Jember – Bentrokan antara warga Ahlusunnah wal Jamaah yang berada di Puger Kulon, Kecamatan Puger, Jember Selatan masih menyimpan kepingan misteri yang belum terkuak. Ada beberapa perbedaan versi yang disampaikan oleh media-media mainstream dalam menceritakan pemicu bentrokan antara dua kubu yang saling bertentangan itu.
Untuk menelisik lebih lanjut kronologis bentrokan di Jember, Kiblat.net mengirimkan reporternya ke Puger Kulon untuk mengetahui kejadian yang sesungguhnya sejak Jumat, (13/09).
Berdasarkan penuturan beberapa narasumber yang ditemui wartawan Kiblat.net, inilah kronologis sebenarnya:
1.Kamis, 5 September 2013, pihak pondok pesantren Darus Sholihin mengajukan izin ke pihak kepolisian untuk mengadakan karnaval HUT -RI, meski telah lewat bulan Agustus. Izin ini diajukan oleh pihak yayasan yang ditandangani oleh Isa Al-Mahdi, seorang mayor angkatan laut yang sudah pensiun dini. Isa Al-Mahdi ini adalah putra Habib Ali bin Umar Al-Habsyi.
2.Senin, 9 September 2013, Pihak Polres Jember tidak mengeluarkan izin untuk mengadakan kegiatan karena pihak Muspika (Kecamatan Puger) telah melarang pihak Yayasan Ponpes Darus Sholihin mengadakan acara di luar pondok. Sebab, pihak warga ahlu sunnah di Puger berkeberatan dengan kegiatan Pondok yang telah menyebarkan ajaran Syiah.
Pihak keamanan dan aparat memang telah melarang hasrat pihak Ponpes untuk mengadakan acara semacam ini sebab rawan menimbulkan konflik. Mengingat gejolak penolakan dari masyarakat telah menguat semenjak tragedi pembacokan salah seorang ahlu sunnnah pada Mei 2012.
3.Selasa, 10 September 2013 Pihak Polres Jember membuat larangan resmi kepada pihak Ponpes secara tertulis kepada pihak Ponpes Darus Sholihin.
4.Rabu, 11 September 2013, Paginya, Pihak Ponpes dengan jumlah puluhan orang tetap memaksakan kehendak mereka untuk mengadakan karnaval HUT RI. Pihak kepolisian telah melakukan antisipasi dengan memasang barikade pagar berduri untuk menghalangi niat santri dan pendukung Pondok Darus Sholihin berkarnaval.
5.Rabu, sekitar pukul 12:00, tanpa menghiraukan larangan aparat keamanan dan rekomendasi pihak pemerintah, kelompok Syiah menjebol barikade dan berpawai mengelilingi desa.
Penjebolan barikade juga diwarnai dengan bentrokan antara kelompok Syiah dengan aparat kepolisian. Peserta karnaval laki-laki dan perempuan melemparkan batu ke arah polisi.
Lemparan batu peserta karnaval menyebabkan kepala Ajun Inspektur Satu Suparman bocor kepalanya.
6.Warga yang mengetahui pihak ponpes menjebol barikade dan tidak menghiraukan aparat tersulut emosinya dan mendatangi pondok pesantren Darus Sholihin.
Ada 5 motor yang dirusak, tiga di antaranya dibakar. Masjid ponpes pun jadi sasaran warga, beduk dan mimbar tempat imam berceramah dirusak.
7.Kelompok Syiah yang sedang pawai mendapatkan kabar bahwa pondoknya diserang, bahkan disebar berita bohong bahwa Isa Al-Mahdi dikabarkan terbunuh.
8.Kelompok syiah tersebut segera kembali ke Ponpes dan mengumpulkan pendukungnya untuk mengejar para penyerang.
9.Pukul 14:00 Kerusuhan pun pecah, massa kelompok Syiah menyerang rumah warga ahlu sunnah. Sebanyak 13 rumah warga, 1 buah ruko, 1 kostorit (tempat penyimpanan ikan), 1 buah truk dihancurkan massa Syiah yang diperkirakan berjumlah ratusan.
10.Sementara itu, tiga perahu dibakar. Pada saat itu, angin laut sedang bertiup kencang, beruntung warga bereaksi cepat memadamkan api sehingga tidak merembet ke perahu yang lain.
11.Sekitar pukul 15.00, Eko Mardi Santoso salah seorang warga ahlu sunnah memeriksa perahu yang dibakar oleh penganut syiah tersebut. Ia mendapati perahu milik Haji Atim salah seorang tokoh sunni di Jember ikut terbakar. Selain perahu, rumah dan kostorit Haji Atim juga ikut dirusak.
12.Melihat hal tersebut, Eko berteriak lantang menantang kelompok syiah. “Kalau Syiah tidak dihabisi, akan terus begini.”
13.Pada saat itu, Eko bersama Haji Atim dan Pak Agus Mudhofir dari MWC NU Jember. Namun, Eko tertinggal di belakang saat rombongan beranjak dari pesisir pantai.
14.Tiba-tiba ada puluhan pemuda (sekitar 30-an) menyerang Eko Mardi Santoso dengan batu. Ia dilempari hingga terjatuh. Setelah terjatuh dihantam terus hingga mukanya hancur. Korban juga dibacok dengan senjata tajam.
15.Saat kejadian, warga sekitar melapor kepada aparat yang berjaga di sekitar. Namun, aparat tidak ada yang mau mendekat dengan alasan tugasnya menjaga pos yang telah ditentukan dan mereka dilarang meninggalkan posisinya.
16.Akhirnya, Eko dalam kondisi kritis saat ditemukan. Kemudian ia dilarikan ke RSUD Balung namun nyawanya tidak tertolong.
Eko Mardi Santoso ini merupakan keponakan Ustadz Fauzi yang merupakan tokoh penentang keberadaan Ponpes Syiah Darus Sholihin pimpinan Habib Ali bin Umar Al-Habsyi.
Selain itu, Eko merupakan saksi kunci yang mengetahui pembacokan yang dilakukan tujuh orang pendukung Syiah pada Mei 2012 lalu.
Saat jatuh korban jiwa dari pihak warga Aswaja, barulah aparat menurunkan pengamanan ke wilayah Puger. Status keamanan di Puger dinaikkan menjadi siaga penuh. Sebanyak 8 Satuan Setingkat Kompi (SSK) Sabhara Polda Jatim, Dalmas Surabaya, dan 4 SSK dari TNI diturunkan untuk mengendalikan situasi.
Hingga laporan ini diturunkan pada Jumat (13/09), ratusan aparat bersenjata masih mengamankan wilayah Puger. (Kiblat.net)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: