Ketua Dewan Syura Jamaah Ahli Bait (Ijabi)
Indonesia Prof Dr KH Jalaluddin Rakhmat (JR) tampil Sebagai pemateri tunggal
dalam Dialog Muballigh dengan tema : “Syiah dalam Timbangan Alquran dan
Sunnah”. Kamis Malam, 1 Januari 2009 di hotel horison Makassar.
Dedengkot Syiah Indonesia, yang biasa disapa Kang
Jalal ini, memaparkan makalahnya dengan judul “Mengapa Kami Memilih Mazhab
Ahlulbait as.?”.
Acara yang dilaksanakan oleh Lembaga Studi dan
Informasi Islam (LSII) Makassar , yang diketuai Syamsuddin Baharuddin dan
didukung ICC dan Ijabi ini dihadiri tiga asatidzah dari Wahdah, yakni Ust. M.
Said Abd.Shamad, Ust. M. Ikhwan AJ, Ust. Rahmat AR dan beberapa ulama,
cendekiawan dan muballigh Kota Makassar, di antaranya Prof. Dr. Rusydi Khalid,
Prof.Dr. Ahmad Sewang, Prof.Dr. Qasim Mathar, Fuad Rumi, Das’ad Latif,
DR.Mustamin Arsyad, MA .
Dalam sesi kedua, dialog yang dipandu oleh
pengamat politik Islam UIN DR.Hamdan Juhannis ini, Ustadz Rahmat mendapat
kesempatan pertama, mengutarakan argumen.
Ustadz yang merupakan Ketua Lembaga Kajian dan
Konsultasi Syariah (LKKS) Wahdah Islamiyah ini, sebelum mengomentari makalah
JR, mengatakan bahwa Ahlus Sunnah tidak pernah membenci Ahlul Bait, Ahlussunnah
sangat paham terhadap Sunnah dan menjunjung tinggi wasiat Rasulullah untuk
mencintai Ahlul Bait.
Dari makalah tersebut, Ustadz memberikan komentar
tentang buku acuan yang dituliskan JR, “ini adalah suatu bentuk pengelabuan
terhadap data, dalam pembicaraan tentang buku-buku yang diambil acuan ternyata
tidak seperti apa yang dituliskan atau kurang menyimpulkan secara sempurna”.
Pembatasan Ahlul Bait hanya Ali, Fatimah,
Hasan, Husain Radhiyallahu Ajmain
Misalnya, tentang pembatasan ahlul bait hanya Ali, Fatimah, Hasan, Husain Radhiyallahu Ajmain yang berkenaan dengan Surah Al Ahzab:33.
Misalnya, tentang pembatasan ahlul bait hanya Ali, Fatimah, Hasan, Husain Radhiyallahu Ajmain yang berkenaan dengan Surah Al Ahzab:33.
Disebutkan dalam makalah JR:
“Masih dari Ummu Salamah: Ayat ini-Sesungguhnya Allah…-turun di rumahku. Aku berkata:Ya Rasululah, bukannkah aku termasuk Ahlulbait?Beliau bersabda:Kamu dalam kebaikan. Kamu termasuk istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.. Ia berkata Ahlul bait adalah Ali, Fathimah, Al Hasan dan Al Husain. Kata Ibn Asakir:Hadits ini Shahih (Al Arbain fi Manaqib Ummil Mu’minin 106). Hadits-hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa ahlulbait itu tidak termasuk ke dalamnya istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”
“Masih dari Ummu Salamah: Ayat ini-Sesungguhnya Allah…-turun di rumahku. Aku berkata:Ya Rasululah, bukannkah aku termasuk Ahlulbait?Beliau bersabda:Kamu dalam kebaikan. Kamu termasuk istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.. Ia berkata Ahlul bait adalah Ali, Fathimah, Al Hasan dan Al Husain. Kata Ibn Asakir:Hadits ini Shahih (Al Arbain fi Manaqib Ummil Mu’minin 106). Hadits-hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa ahlulbait itu tidak termasuk ke dalamnya istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”
Ketua Departemen Dakwah DPP Wahdah ini sambil
memegang laptop yang dilengkapi dengan program Maktabah Syamilah (kumpulan
ribuan kitab), menegaskan bahwa adanya pembatasan tersebut di atas tidak sesuai
dengan apa yang ada dalam syarah Shahih Muslim yang bekenaan dengan hal
tersebut. Ketika kita kembali kepada surahAl Ahzab:33, ayat ini justru
turun kepada Istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Hadits yang menyebutkan pembatasan di atas
sebenarnya tidak bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Zaid Ibnu Arqam Radhiyallalu
‘Anhu yang disebut juga dalam penjelasan JR sebelumnya.
“Said Ibnu Arqam Radhiyallalu ‘Anhu
ditanya tentang siapa itu Ahlul Bait, apakah hanya khusus Ali, Fathimah,
Al Hasan dan Al Husain? kata beliau Radhiyallalu ‘Anhu, bahwa
istri-istri Nabi adalah ahlul bait beliau, kemudian siapa yang diharamkan
memakan sedekah, beliau mengatakan alu ja’far, alu atiq, alu Abbas (HR.Muslim).
Menurut Ustadz Rahmat bahwa semua itu dari keturunan bani Abdul Muttalib, dan
tentu termasuk Istri-istri Nabi, sebab ayat tersebut memang turun untuk mereka.
Dari hadits ini menunjukkan dengan sangat jelas
bahwa JR hanya mengambil hadits yang mendukung pemahaman Syiah, tanpa
melihat hadits shahih yang lainnya, sehingga mengambil kesimpulan pembatasan
ahlul bait yang keliru.
Masalah Kepemimpinan Setelah Rasulullah
jatuh ke tangan Ali Radhiyallalu ‘Anhu
Contoh kedua, tentang Ayat Wilayah (kepemimpinan) yang tercantum dalam makalah. Disebutkan pemimpin dalam alquran disebut ‘waliy”. Al Quran sudah memberikan petunjuk siapa yang sepatutnya dijadikan pemimpin setelah Allah dan RasulNya: Sesungguhnya pemimpin kamu itu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman yang mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat dalam keadaan rukuk (Al Maidah:55). Berkata Ibn Abbas, Al Suddi, Utbah bin hakim dan tsabit bin Abdullah:yang dimaksud dengan orang-orang beriman yang mendirikan salat dan mengeluarkan zakat dalam keadaan rukuk adalah Ali bin Abi Thalib. Seorang pengemis lewat (meminta tolong) dan Ali sedang rukuk di Masjid. Lalu Ali menyerahkan cincinnya (tafsir al Tsa’labi 4:80).
Contoh kedua, tentang Ayat Wilayah (kepemimpinan) yang tercantum dalam makalah. Disebutkan pemimpin dalam alquran disebut ‘waliy”. Al Quran sudah memberikan petunjuk siapa yang sepatutnya dijadikan pemimpin setelah Allah dan RasulNya: Sesungguhnya pemimpin kamu itu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman yang mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat dalam keadaan rukuk (Al Maidah:55). Berkata Ibn Abbas, Al Suddi, Utbah bin hakim dan tsabit bin Abdullah:yang dimaksud dengan orang-orang beriman yang mendirikan salat dan mengeluarkan zakat dalam keadaan rukuk adalah Ali bin Abi Thalib. Seorang pengemis lewat (meminta tolong) dan Ali sedang rukuk di Masjid. Lalu Ali menyerahkan cincinnya (tafsir al Tsa’labi 4:80).
Di antara rujukan yang dipakai JR dalam
menetapkan sebab turunnya ayat ini adalah Tafsir Ibnu Katsir, namun setelah
diperiksa ternyata Ibnu Katsir sendiri melemahkan riwayat yang menyatakan ayat
ke 55 ini turun karena Ali ibn Abi Thalib dan menegaskan bahwa sebab turunnya
ayat-ayat al-Maidah ini adalah untuk Ubadah ibn as-Shamit Radhiyallalu
‘Anhu.
Sebelumnya, Ibnu Katsir menjelaskan makna (wa
hum raki’un), bahwa kalimat ini bukan menunjukkan keadaan bagi orang yang
berzakat sebab jika demikian berarti berzakat dalam keadaan ruku’ lebih afdhal
dari berzakat tidak dalam keadaan ruku’ dan tidak ada seorang ulama pun yang
mengatakan akan hal itu. Namun sayang JR tidak menyebutkan komentar Ibnu Katsir
untuk sebab turunnya ayat ini, metode penetapan yang dipakai menyiratkan bahwa
Ibnu Katsir sepakat dengan mazhab ini padahal itu jauh panggang dari api.
(Tafsir Ibnu Katsir, Qs. Al-Maidah:55)
Tidak Mengakui Kedudukan Hadits perintah
untuk kembali kepada “Al Qur’an dan Sunnahku”.
Terakhir, komentar Ustadz Rahmat, tentang hadits kembali pada Al Quran dan Assunnah yang didhaifkan. Sayang JR tidak kembali ke perkataan al-Albani sebagaimana kuatnya, ia merujukkan hadits al-Qur’an dan al-Ithrah ke beliau, padahal al-Albani menshahihkan keduanya. (Hadits al-Kitab dan Sunnahku dishahihkan dalam Shahih at-Targib wat Tarhib, Hadits No. 40)
Terakhir, komentar Ustadz Rahmat, tentang hadits kembali pada Al Quran dan Assunnah yang didhaifkan. Sayang JR tidak kembali ke perkataan al-Albani sebagaimana kuatnya, ia merujukkan hadits al-Qur’an dan al-Ithrah ke beliau, padahal al-Albani menshahihkan keduanya. (Hadits al-Kitab dan Sunnahku dishahihkan dalam Shahih at-Targib wat Tarhib, Hadits No. 40)
Hadits Itrati kalau dilanjutkan dalam
As-Shahihah al-Albani sangat jelas mengatakan orang-orang Syiah
menggunakan hadits ini untuk membenarkan mazhab Rafidhah dan hal itu sama
sekali tidak benar, tidak seperti itu, beliau bantah dalam kitab tersebut,
bahkan dalam mukaddimah kitab tersebut.
Kitab lain yang dipakai oleh JR dalam membenarkan
mazhabnya adalah Kitab as-Shawaiq al-Muhriqah karangan Ibnu Hajaral-Haitami,
justru kitab itu untuk membantah Syiah, judulnya adalah: as-Shawaiq al-Muhriqah
fi ar-Raddi ala Ahli ar-Rafdhi wa ad-Dhalali wa az-Zandaqah , ini bantahan
Syiah yang “menuhankan” Ahlul Bait, namun sayang JR tidak jujur dalam mengambil
pendapat-pendapat penulis.
“Seandainya ada waktu mengecek semua riwayat ini
(dalam makalah JR), saya yakin bahwa riwayat-riwayat dalam buku tersebut, tidak
seperti yang diinginkan Kang Jalal dalam Istidlalnya”, tegas Ustadz menutup
komentarnya.
Pada kesempatan kedua, Ustadz Muh.Said
Abd.Shamad, Lc mengutarakan komentarnnya. Ketua Dewan Syariah WI ini diawal
pembicaraannya mengusulkan agar pembicaraan ini tuntas, “ Biar sampai jam 1
malam saya siap, karena kita mencari kebenaran”, katanya.
Ustadz juga sangat menyesalkan kepada panitia
karena makalahnya tidak dibagikan sebelum hari H, sehingga tidak punya banyak
waktu untuk mengkritisi.
Mencela dan Melaknat Sahabat Amr bin Ash
Pada sisi yang lain, Ustadz mengingatkan tulisan Supha Atana pada konferensi Syiah di Makassar beberapa waktu lalu, yang berjudul “Mahzab Cinta dan Akhlak” yang banyak memuji JR sebagai Ulama dan Cendikiawan yang paling intens membicarakan dan menganjurkan Mahzab Cinta dan Akhlak. Supha Atana yang sekarang Pimpinan Iran Corner Unhas mengatakan juga bahwa andaikata tidak karena cinta dan akhlak maka setiap hari kita akan mengkafirkan orang lain.
Pada sisi yang lain, Ustadz mengingatkan tulisan Supha Atana pada konferensi Syiah di Makassar beberapa waktu lalu, yang berjudul “Mahzab Cinta dan Akhlak” yang banyak memuji JR sebagai Ulama dan Cendikiawan yang paling intens membicarakan dan menganjurkan Mahzab Cinta dan Akhlak. Supha Atana yang sekarang Pimpinan Iran Corner Unhas mengatakan juga bahwa andaikata tidak karena cinta dan akhlak maka setiap hari kita akan mengkafirkan orang lain.
Dan dalam forum malam ini JR mengemukakan hadits
yang menurutnya sudah banyak dilupakan oleh kaum muslimin, yaitu bahwa darah
kamu, harta kamu dan kehormatan kamu diharamkan dan tidak boleh dirusak .
Ungkapan di atas sangat bertolak belakang sekali dengan tulisan JR dalam bukunya
terbitan 2008 yang lalu yang sangat mempermalukan dan mengkafirkan Sahabat Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam. Dalam buku tersebut JR menyebut Sahabat Amr
bin Ash Radhiyallahu Anhu sebagai anak haram yang tidak diketahui
bapaknya secara pasti dan dia sangat banyak dilaknat oleh Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam. Siapa yang dilaknat oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam berarti dilaknat oleh Allah.
Ternyata kitab rujukan JR adalah kitab golongan
Syiah yang memang sangat membenci Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam dan sangat banyak memalsukan keterangan-keterangan dengan
dalil-dalil yang lemah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, sehingga Imam
Syafii mengatakan bahwa golongan yang paling berani dan paling banyak membuat
kepalsuan dan dusta ialah golongan Syiah.
Padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
memuji Amr bin Ash dengan sabdanya: Manusia sekedar masuk Islam, tapi Amr Bin
Ash masuk Islam dengan iman (Hadits Shahih riwayat Ahmad dan Tirmidzi). Juga
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Kedua anak al Ash (termasuk Amr bin
Ash) adalah orang berimannya Qurais. Beliau masuk Islam dalam perjanjian
Hudaibiyah kemudian ditugaskan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memimpin
tentara Islam dalam perang Dzat al salasil dan selanjutnya ditugaskan sebagai
penguasa di Oman. Beliau terkenal sebagai Panglima Islam yang banyak merebut
daerah-daerah baru termasuk Palestina dan sekitarnya serta negeri Mesir, maka
beliau ditunjuk sebagai Gubernur di Mesir oleh Muawiyah RA pada tahun 38 H.
Beliau meriwayatkan 39 hadits dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (lihat
Nushatul Muttaqin Syarah Riyadul Shalihin Hal.1324). Oleh karena itu Ustadz
Said meminta JR mempertanggung jawabkan tulisannya dengan dalil yang Shahih.
Mengkafirkan Sahabat Muawwiyah Radhiyallahu ‘Anhu
Selanjutnya, JR menulis tentang Sahabat Muawwiyah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa dia itu bukan saja fasik bahkan Kafir menurut riwayat versi Syiah. Ustadz Said sangat tersinggung akan hal tersebut.
Mengkafirkan Sahabat Muawwiyah Radhiyallahu ‘Anhu
Selanjutnya, JR menulis tentang Sahabat Muawwiyah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa dia itu bukan saja fasik bahkan Kafir menurut riwayat versi Syiah. Ustadz Said sangat tersinggung akan hal tersebut.
Kata Ustadz, Muawiyah, iparnya Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam dan penulis wahyunya. Mungkinkah Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam memilih orang yang berjiwa kafir sebagai Penulis Wahyu? Juga Muawiyah Radhiyallahu
‘Anhu ditunjuk oleh Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu
dan sesudahnya Khalifah Utsman juga menunjuk sebagai Gubernur di Syam. Bahkan
beliau menjabat sebagai Khalifah sesudah Hasan bin Ali Radhiyallahu ‘Anhu
sekitar 20 tahun. Beliau meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam sebanyak 130 (lihat Nushatul Muttaqin Syarah Riyadul Shalihin
Hal.1330).
Dan ternyata Muawwiyah Radhiyallahu ‘Anhu
telah didoakan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: Ya Allah jadikanlah
iya orang yang memberi petunjuk, orang mendapat petunjuk dan berilah petunjuk
manusia dengannya (Hadits Shahih riwayat at Tirmidzi). Begitu banyak kelebihan
Muawiyah yang tidak dapat disebut satu per satu dapat kita lihat diantaranya
dalam kitab al ‘awashim min al qawasim hal.202-210 karangan al Qadhi Abi Bakr
al Arabi
Bukan itu saja bahkan JR menulis dari sumber yang
sama bahwa Muawiyah itu tidak senang mendengar nama Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam selalu disebut dalam Adzan dan menganggapnya sebagai tanda
bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat ambisius karena tidak
senang kecuali namanya digandengkan dengan nama Allah Rabbul Alamin.
Beginikah Mahzab cinta dan akhlak?dan
beginikah menjaga kehormatan kaum muslimin?
“Kami, Pak Jalal, sangat sakit hati kalau
keluarga kami dicela, apalagi dikatakan anak haram, dan dikafirkan. Tapi kami
lebih sakit hati lagi kalau Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dikatakan
anak haram, tidak ditau orangtuanya, dikatakan kafir”, Ungkap Ustadz dengan
nada sedikit tinggi.
Lanjut Ustadz, Kalau tulisan JR yang berdasarkan
keterangan yang lemah tersebut diterima, berarti kita mendustakan al Quran dan
Hadits yang Shahih yang sangat banyak memuji para Sahabat Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam. Dan juga dapat berdampak kita meragukan al Qur’an yang
telah dikumpulkan oleh para Sahabat dan juga menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam tidak mampu mendidik para Sahabatnya dengan baik. Naudzu
Billahi min Dzalik dan sangat mengherankan JR sampai hati menulis tentang
Sahabat dengan secara keji.
Ustadz sempat membacakan surah al
Fath ayat 29: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang
yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas
itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir”, Imam Malik mengatakan,
orang-orang Syiah yang benci terhadap Sahabat adalah orang kafir berdasarkan
ayat ini.
Fathimah Melaknat Abubakar Radhiyallahu
‘Anhu (Pada akhirnya dikatakan Rasulullah dan Allah Melaknat
Abubakar)
Dalam buku kecil yang memuat ceramah Asyura, JR
mengatakan bahwa Fatimah Radhiyallahu ‘Anha telah mengutuk Abubakar Radhiyallahu
‘Anhu karena tidak memberikan kepadanya harta peninggalan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam. Hal tersebut dibenarkan oleh JR berdasarkan hadits bahwa
Fathimah itu adalah bahagian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Apa yang menjadikan Fathimah murka berarti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam juga akan murka dan melaknatnya dan apa yang dilaknat oleh Rasul
berari dilaknat oleh Allah. Lalu JR membaca ayat surat al ahzab ayat 58.
Ustadz Said mengatakan bahwa sebenarnya Abubakar Radhiyallahu
‘Anhu tidak memberikan harta peninggalan tersebut karena berdasarkan
hadits yang shahih bahwa para Nabi itu tidak diwarisi, harta yang dia
tinggalkan adalah menjadi sedekah (Hadits Bukhari Muslim).
Dan dalam hadits yang lain disebutkan bahwa
Fathimah telah memaafkan Abubakar Radhiyallahu ‘Anhu diahir hayatnya,
setelah Abubakar datang menjenguknya dan meminta ridhanya (Hadits Riwayat
Baihaqi dengan sanad yang kuat, lihat albidayah wa al Nihayah Juz V Hal.253)
Di akhir sesi dialog, Ustadz Said dengan
lantang menantang JR untuk berdiskusi pada waktu yang lain dan menegaskan bahwa
Sunni-Syiah tidak akan mungkin dapat dipertemukan. Alasannya karena Sunni
sangat menghormati Sahabat Abubakar, Umar, dan Ustman dan Ali Radhiyallahu
‘Anhu Ajmain, sedangkang Syiah hanya mengakui Syaidina Ali Radhiyallahu
‘Anhu dan sangat mencerca tiga sahabat sebelumnya serta menganggap bahwa
melaknat seluruh Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selain ahli
bait dan pengikutnya, sebagai ibadah.
Lain halnya dengan Ustadz Ikhwan yang menjadi
penanggap berikutnya, Ustadz memulai dengan sedikit nostalgia pada masa SMU,
terkesan dengan buku karangan JR yang berjudul Islam Alternatif, “lama-kelamaan
saya menyadari barangkali yang dimaksud JR Islam alternatife itu adalah Syiah”,
ungkap Ustadz dengan nada bertanya.
Komentar Wakil Ketua Umum DPP WI ini selanjutnya,
tentang ketertarikannya dengan ungkapan JR mengenai orang Syiah yang ahlul
wara wal wafa, orang yang obyektif dan adil dalam memberi penilaian.
Ustadz sedikit terusik, dikatakan JR dalam bukunya bahwa Imam Adzahabi
menulis Mizanul I’tiqadi untuk memberi komentar kepada perawi dhaif.
Lanjut Ustadz, justru dalam mukaddimah Mizanul
I’tiqadi diungkapkan bahwa, Imam Adzahabi mengatakan “saya tidak mengatakan
semua yang saya sebutkan dalam buku saya, adalah perawi-perawi dhaif, tetapi
orang-orang yang dianggap dhaif”. Maka dapat dikatakan itu adalah mizan
(timbangan), apakah benar itu dhaif atau tidak.
“Makanya saya semakin terusik lagi ketika
sempat membaca kitab al Mustafa pada bagian masa muda Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, Pak Jalal di situ mengomentari seseorang yang sangat
terkenal, Sufyan Ats Sauri disebut :yudallis (mengelabui) wayaktubu
anil kadzabin (pembohong). Saya merasa terheran-heran karena sebelumnya
saya pernah membaca tahzibut tahdzib Ibnu hajar, sebagian ulama
mengatakan bahwa beliau adalah amirul mukminin fil hadits. Di
buku Mizanul I’tidal Di buku Mizanul I’tidal, ternyata Sufyan Ats Tsauri
adalah al Hujjah Ats Sabtu (Sumber yang dipercaya), ada kata yang
tidak dimasukkan kang jalal, saya tidak tahu apakah itu kutipan langsung atau
kutipan antara dari kitab sirah an nabi al a’dham.
Dikatakan bahwa: Laa ‘ibrata liman qala
innahu yudallis (mengelabui) wayaktubu anil kadzabin, yang
artinya : tidak ada atau tidak dianggap (ini kata yang tidak dimasukkan), orang
yang mengatakan bahwa ats Tsauri melakukan tadlis dan menulis dari orang-orang
dusta. Sekali lagi saya tidak tahu dan saya tidak ingin menghakimi di sini
apakah Pak Jalal menyengajakan diri mengutip atau tidak membaca”, terang
Pengurus MUI Kota Makassar ini.
“Saya berharap bahwa kita dapat berjumpa di dalam
media yang lebih tepat, dalam dialog yang lebih sehat dan dalam ruang yang
lebih obyektif”, tutup Ustadz dalam komentarnya.`
Senada dengan Asatidzah Wahdah, Dr.Hj.Amrah
Kasim, MA, Dosen UIN Alauddin Makassar di awal komentarnya menyatakan
penolakannya terhadap ajaran Syiah. Lulusan Al Ahzar Kairo ini pernah
menanyakan ke Ulama-ulama Al Ahzar, kenapa referensi Syiah tidak diajarkan di
kampus yang dikenal menara ilmu ini. Lalu Ulama-ulama Al Ahzar menjawab: “Ya
Binti, nahnu nuhibbu Rasulallah wa Ahlal Bait, wa lakin laa natasyayya’ ”,
disambut teriakan Alllahu Akbar dari beberapa peserta, artinya: kami mencintai
Rasulullah dan Ahlul Bait dan kami tidak bersyiah. “Sikap saya seperti itu
juga, saya mencintai Rasulallah, Ahlul Bait tapi saya tidak bersyiah”,
tegas yang mengaku Azhary ini di dalam forum itu.
Kesalahan Fatal Menerjemahkan Penggalan
Surah Al Maidah:55 dan Surah Al Ahzab:33
Yang kedua, yang dikomentari Direktur Pesantren Putri IMMIM Makassar ini setelah menyimak buah-buah pikiran JR. Kesalahan fatal JR dalam penerjemahan surah al Maidah:55 dalam penggalan ayat, …innama waliyyukum…. “ , suatu kekeliruan menerjemahkan innama menjadi sesungguhnya. “innama itu, tidak bisa diterjemahkan sesungguhnya di situ, itulah salah satu perilaku orang Syiah dalam membelokkan makna ayat untuk kepentingannya”, jelas Istri Doktor Tafsir Al Ahzar, DR.Mustamin Arsyad MA ini.
Yang kedua, yang dikomentari Direktur Pesantren Putri IMMIM Makassar ini setelah menyimak buah-buah pikiran JR. Kesalahan fatal JR dalam penerjemahan surah al Maidah:55 dalam penggalan ayat, …innama waliyyukum…. “ , suatu kekeliruan menerjemahkan innama menjadi sesungguhnya. “innama itu, tidak bisa diterjemahkan sesungguhnya di situ, itulah salah satu perilaku orang Syiah dalam membelokkan makna ayat untuk kepentingannya”, jelas Istri Doktor Tafsir Al Ahzar, DR.Mustamin Arsyad MA ini.
Berikutnya, yang fatal sekali, tidak
dimasukkannya Istri Nabi dalam Ahlul Bait. “Keluarnya zaujati Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam dari Ahlul Bait, saya pikir ini adalah suatu kekeliruan
besar (disambut ucapan Allahu Akbar dari Ustadz Said). Saya banyak mengkaji
buku-buku Syiah, memang metodenya sama, banyak membelok-belokkan makna ayat “,
tegasnya lagi.
Sementara itu, JR dalam jawabannya mengakui
kesalahannya, termasuk tanggapannya terhadap Dr. Hj. Amrah, tentang
kesalahannya dalam menerjemahkan Al Qur’an surat Al Maidah: 55, JR minta maaf.
Sebagai kesimpulan dari dialog tersebut, JR yang
terpojok dialog ini akhirnya berkilah kalau dirinya bukan syiah, “Saya cinta
ahlul bait, dan Saya tidak jadi Syiah, (lalu dilanjut) tapi Syiah menurut
definisi saya, dan itu definisi yang diajarkan oleh para iman ahlul bait kami,”
kilah JR. Meskipun dari ucapan itu dapat dipahami hanyalah kedok semata, sebab
selama ini JR selalu mengagung-agungkan mazhab Syiah, termasuk banyak
mengangkat referensi syiah, bahkan JR dianggap sebagai pelopor Syiah di
Indonesia.
Sebagai penguat, kami kutip dua sms dari
salah seorang tokoh dan pengamat Islam yang hadir malam itu ke asatidzah
Wahdah:
“Tadi malam, ijabi laksana mulai menggali lubang
kuburnya sendiri. Meskipun tampaknya mereka tdk menyadari dan boleh jadi justru
sebaliknya.”
“ Alhamdulillah. Saya teringat, sebgmna ketika
buku islam alternatif ditimbang o/org dewan dakwah, ketidakjujuran (kelicikan?)
Kg jalal semalam, kembali terulang-pamer referensi. Tapi mengutip sec tidak
fair. Smoga kg jalal mau menyadarinya. Wallahu a’lam”
Kepada para pengagum dan pengikut JR agar tidak
menelan mentah-mentah pemikiran JR, yang banyak mengambil dalil dan
pendapat Ulama Ahlussunah secara sepotong-potong yang “menguntungkan” mazhabnya
sendiri, namun perkataan yang membantah mazhab tersebut dari ulama yang sama
tidak akan dikutip bahkan meskipun datang dalam konteks dan rujukan yang sama.
Semoga Allah menunjuki kita semua jalan yang lurus dan mengembalikan ke jalan
lurus itu orang-orang yang tersesat dan menyimpang. (Nisyi/syiahindonesia.com/gensyiah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: