Islam
menjadikan sifat sebagai bagian dari akhlak terpuji. Amanah dianjurkan
untuk senantiasa dijaga. Sedangkan khianat adalah akhlak tercela yang
harus selalu dijauhi dan dihindari. Akan tetapi hal ini tidak berlaku
bagi syiah.
Bagi mereka, menyia-nyiakan amanah (khianat), kelicikan, dan tipu muslihat adalah bagian dari ajaran syiah. Syiah mengajarkan taqiyyah (sifat kebohongan dan kepura-puraan) merupakan bagian dari aqidah syiah yang mereka pegang teguh.
Sejarah merupakan kumpulan peristiwa masa lalu yang merupakan gudang informasi. Sepanjang sejarah, syiah telah melakukan pengkhianatan dan tipu muslihat dalam menghancurkan islam. Para pakar sejarah telah menuliskan dengan goresan tintanya tentang pengkhianatan syiah.
Sayangnya, masih banyak umat islam yang tidak tahu akan sejarah pengkhianatan syiah ini. Selain karena adanya upaya distorsi (pembeloka) sejarah, juga karena umat islam buta akan sejarah syiah. Sehingga banyak umat islam yang tidak menyadari dan memahami siapa sebenarnya syiah itu. Padahal seharusnya setiap muslim harus waspada terhadap musuh yang akan menikam dirinya. Mengapa demikian? Karena syiah mengaku sebagai muslim tetapi di dalam harinya tersimpan kebencian kepada umat islam.
Belajar dari sejarah
Dalam alquran terdapat banyak petunjuk tentang arti penting mengkaji, menghayati, dan mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari perjalanan generasi masa silam. Allah berfirman:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Qs. Yusuf (13): 111)
Bukan hanya alquran, as-sunnah juga memperingatkan tentang datangnya fitnah. Fitnah itu akan datang dalam bentuk perpecahan dan ketidak berdayaan. Tujuan peringatan itu agar umat islam tidak menjadi mangsa-mangsa lain. Karena itu, rasulullah menyampaikan prediksi tentang berbagai kejadian yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Berbicara tentang pengkhianatan syiah bagaikan berbicara tentang sesuatu yang sulit diterima akan sehat. Dari segi casing, syiah berpakaian dan berprilaku layaknya seorang muslim. Namun dari sikap hati, mereka tidak segan menikam, melibas, menindas serta memporak-porandakan kehidupan umat islam.
Sikap kewaspadaan kaum muslim kepada syiah bukan tanpa alasan. Sejarah selama ribuan tahun telah memberikan segudang pelajaran berharga. Betapa banyak darah tertumpa, air mata bercucuran, serta penderitaan perih menimpa umat islam, sebagai buah dari pengkhianatan syiah terhadap islam. Syiah berbuat demikian karena mereka meyakini umat selain syiah adalah kafir dan halal darahnya.
Pengkhianatan syiah
Para sejarawan islam telah membukukan pengkhianatan-pengkhianatan syiah ini. Diantaranya adalah ibnu katsir dalam bukunya bidayah wan nihayah dan dr. Imad ali abdus sami’ yang telah menulis buku “pengkhianatan-pengkhianatan syiah dan pengaruhnya terhadap kekalahan umat islam”. Pengkhianatan itu adalah suatu penyakit yang apabila menyatu pada darah seseorang, akan menjadikannya pengkhiat, walaupun kepada orang-orang yang paling dekat dengannya.
Pada tahun 23 H/ 644 M terjadi pengkhianatan yang dilakukan oleh abu lu’lu’ah al-majusi dengan membunuh umar bin khattab. Kaum syiah menjulukinya sebagai “babul syuja’uddin” (sang pembela agama yang gagah berani). Kuburannya di iran dikunjungi dan dihormati oleh kaum syiah. Bahkan para ulama syaih berdoa “ya Allah, kumpulkan kami di akhirat kelak bersama dengan abu lu’lu’ah”.
Dr. Akram dhiya al-umari mengisahkan konspirasi pembunuhan umar bin khattab. Pada masa pemerintahan khalifah umar bin khattab, umat islam berhasil menaklukkan persia, romawi, mesir, dan bulan sabir subur (fortile crescent) yang terdiri atas mesopotamia, suriah, dan palestina. Demikianlah islam terus berkembang, sampai akhirnya orang abu lu’lu’ah berkolaborasi dengan orang romawi dan persia (majusi) melakukan makar untuk membunuh umar bin khattab. Akhir umar bin khattab berhasil diserang oleh abu lu’lu’ah saat sedang mengimami shalat shubuh. Serangan itu tidak membunuhnya, tapi luka sebetan pedang beracun membuat beliau tak bisa bertahan dan akhirnya meninggal.
Pada tahun 35 H/ 656 M abdullah bin saba’ mengadu domba ummat hingga menyebabkan pembunuhan utsman bin affan. Abdullah bin saba’ inilah pendiri syiah. Hal ini dijelaskan oleh mantan ulama syiah yang bernama sayyid husen al-musawi dalam bukunya lillah tsumma lit tarikh.
Abdullah bin saba’ melakukan makar dengan menghasut kalangan masyarakat awam agar memberontak kepada khalifah utsman bin affan. Akhirnya pada tahun 35 H ribuan orang dengan alasan melaksanakan haji, datang ke madinah dan mengepung rumah utsman bin affan selama 40 hari. Beliau dilarang shalat dimasjid, sampai akhirnya mereka membunuh khalifah utsman bin affan.
Pada tahun 40 H/ 661 M terjadi pengkhianatan syiah terhadap ali bin abi thalib. Kemudian tahun berikutnya terjadi pula pembunuhan kepada hasan dan husain. Ketika husain akan pergi ke kuffah, muhammad bin ali bin abi thalib menasehatinya agar tidak pergi ke kuffah. Ia mengatakan, “saudaraku, aku engkau telah mengetahui bahwa penduduk kufah mengkhianati ayahmu dan saudaramu. Saya takut keadaanmu akan seperti keadaan orang-orang yang berlalu pergi ke kufah”.
Dalam kitab “man qatala husain” (siapa pembunuh husain) ditulis oleh abdullah bin abdul aziz menjelaskan secara rinci siapa sebenarnya yang membunuh husain. Bahwa ternyata pembunuhnya adalah orang syiah sendiri yaitu sanan bin anas an-nakhai dan syammar bin dzil jusyan yang dipimpin oleh ubaidillah bin ziyad.
Pada masa pemerintahan harun ar-rosyid terjadi pengkhianatan oleh menteri ali bin yaqtin. Menteri ini merobohkan penjara yang dihuni oleh 500 narapidana kemudian ia mengirim surat kepada imam al-kadzim menanyakan hal itu dan dijawab bila kamu bertanya sebelum peristiwa itu terjadi maka darah tidak masalah (tidak berdosa) tetapi karena kamu bertanya setelah terjadi maka kamu harus membayar kaffarah setiap yang terbunuh dengan seekor kambing jantan (hakikat syiah, hlm. 55)
Pada masa pemerintahan khalifah abbasiyah terjadi pengkhianatan syiah oleh an-nashir lidinillah. Ibnu katsir menjelaskan nashir lidinillah memiliki perilaku buruk terhadap rakyatnya dan mendhaliminya. Ia menghancurkan dan memisahkan keluarganya ketika berada di iraq. Bahkan dirinya yang telah mengirim surat kepada tartar agar tertarik kepada negerinya. (albidayah wa nihayah, ibnu katsir juz 13 hlm. 106-107)
Pada tahun 301-567 H dinasti fathimiyah di mesir yang menganut syiah memaksakan ajaran syiah kepada penduduk ahlus sunnah dengan berbagai cara. Dan pengkhianatan yang lebih pahit adalah ketika dinasti fathimiyah bekerja sama dengan tentara salib untuk membantai umat islam ahlussunnah yang berada dibawah kekuasaan dinasti saljuk.
Pada tahun 317 H terjadi penyerangan mekkah oleh orang-orang al-qaramithah pada hari tarwiya. Mereka membantai jama’ah haji diperbatasan kota makkah dan perkapungannya, di masjidil haram dan di dalam ka’bah. Pemimpin mereka adalah abu thahit al-qaramithi. Setelah melakukan pembantaian ia memerintahkan pasukannya untuk mencabut hajar aswad. Dia berkata: “dimanakah burung ababil? Dan dimanakah batu yang berasal dari tanah yang terbakar itu (seraya menantang)?”. Ia kemudian mencuri dan membawa hajar aswad ke negaranya 20 tahun. Hajar aswad baru dikembalikan tahun 339 H.
Pada tahun 569 H terjadi pengkhianatan syiah dalam usaha membunuh shalahuddin an ayyubi. Syiah dendam kepada shalahuddin karena ia telah melenyapkan daulah fathimiyah di mesir dan memberikan tempat bagi ahlussunnah. Sehingga mereka membuat makar untuk membunuhnya untuk mendirikan daulah fathimiyah yang baru. Dan dalam semua konspirasi ini mereka meminta bantuan kepada pasukan salib.
Pada tahun 624 H terjadi pengkhianatan syiah terhadap sultan jalaluddin bin khawarizim syah. Ia adalah salah seorang pemimpin besar dari saljuk dan bermadzhab ahlussunnah. Ibnu katsir menjelaskan pada tahun ini, peristiwa menimpa sebagian besar penduduk taflis al-kuruj. Syiah datang kepada mereka, kemudia masuk dan membunuh para pejabat dan rakyat biasa yang tidak tahu apa-apa. Mereka mencuri, menyandera, menghancurkan dan membakar, lalu mereka kaluar dengan penuh semangat.
Kabar ini sampai kepada sultan jalaluddin, beliau segera berangkat dan mengejar mereka, tetapi sayang tidak menemukan mereka. Kemudian sultan mengutus kepada mereka, akan tetapi utusan itu semua dibunuh dan merampas harta benda mereka.
Pada tahun 656 H terjadi pengkhianatan menteri syaih muhammad bin qami dan nashiruddin ath-thursi pada pemerintahan al-mu’tasham billah. Syiah bekerja sama dengan pasukan tartar yang dipimpin oleh hulako khan dengan pasukan berjumlah 200 ribu dan mengepung baghdad serta membantai kaum muslimin baik laki-laki, perempuan, orang tua maupun anak-anak. Ibnu katsir mengatakan ada perbedaan pendapat mengenai jumlah kaum muslimin yang tewas dalam peristiwa ini. Ada yang mengatakan 800 ribu, ada yang mengatakan 1,8 juta dan ada yang mengatakan jumlahnya 2 juta jiwa.
Mayat-mayat kaum muslimin berserakan dijalanan. Sebagian ditumpuk bak gunungan. Ketika hujan turun, mayat-mayat membusuk dan menyebarkan bau busuk ke seluruh penjuru kota. Udara tercemar dan timbul wabah penyakit menular yang luar biasa yang menyebar lewat hembusan angin sampai ke negeri syam. Banyak orang yang meninggal akibat perubahan cuaca dan tercemarnya udara. Semua orang menderita akibat krisis, kenaikan harga, wabah penyakit kematian. (al-bidayah wa nihayah, ibnu katsir).
Pada tahun 657 H terjadi pengkhianatan syiah aleppo. Ketika pasulan tartar datang ke aleppo dan membunuh banyak orang disana. Mereka mencuri dan merampas. Raja an-nahsr penguasa aleppo menulis surat minta bantuan ke mesir. Akan tetapi pemimpin syiah zainuddin al-hafidzi mengagungkan pasukan tartar dan memprovokasi kaum muslimin agar tidak melawa kepada tartar. Ia mengajak kaum muslimin untuk patuh dan tunduk kepada hulako.
Pada tahun 1979 H terjadi pengkhianatan oleh khomeini. Dr. Musa al-musawi menjelaskan khomeini telah memimpin iran selama 10 tahun dengan api dan besi. Saat berkuasa ia menggantung opisisinya sebanyak 150.000 orang, mengusir 3 juta orang, dan membungkam sebanyka 50 juta warga syiah dalam ranah politik, pemikiran, dan sosial, sehingga menimbulkan kemiskinan yang tiada taranya.
Pengkhianatan demi pengkhianatan terus dilakukan oleh syiah di zaman modern ini. Pada tahun 1985 M. Sebanyak 3100 penduduk palestina dibantai oleh hizbullah lebanon. Sedangkan pada tahun 2003 M di iraq, syiah bekerja sama dengan amerika untuk menumbangkan saddam husain. Dr. Harits adh-dhori menjelaskan tatkala pendudukan amerika atas iraq, jumlah ahlussunnah iraq yang terbunuh 200 ribu orang. Syiah banyak membunuh ulama dan para khatib ahlussunnah dengan cara sadis seperti memotong-motong anggota tubuh dan mengcongkel mata dengan besi panas sebelum dibunuh. Bahkan para pembesar iram qum dan bashrah menyatakan kalau tidak karena syiah, kota kabul dan baghdad tidak akan jatuh ke tangan pasukan amerika.
Sebenarnya masih banyak pengkhianatan syiah diantaranya di india, bahrain, yaman, suadi arabia, pakistan. Berita yang masih hangat adalah kisah pembantaian di suriah. Hingga 2013 M ini pembantaian oleh syiah di suriah terhadap umat islam sudah mencapai 100 ribu lebih korban jiwa. Bahkan diberitakan bahwa dalam satu bulan jumlah umat islam yang meninggal mencapai 5000 orang. Jumlah itu belum termasuk korban luka-luka akibat kontak senjata, pengeboman maupun para pengungsi yang terusir dari negerinya.
Ibrah history syiah
Perjalan menelusuri sejarah syiah yang telah terjadi dan tercatat adalah suatu bukti akan penghinaan syiah terhadap islam. Syiah telah banyak melakukan pengkhianatan sampai tidak terhitung berapa banyak pengkhianatan mereka. Semua fakta dan data ini bukan suatu rahasia lagi bisa ditelusuri dalam kitab-kitab para ulama.
Kaum muslim adalah kaum yang cerdas, pasti tidak ingin terjerumus ke jurang untuk kedua kalinya. Maka umat islam tidak boleh tertipu oleh makar-makar syiah yang ingin mengaburkan antara sunni dan syiah melalui usaha taqrib (menyatukan sunni dan syiah). Antara sunni dan syiah bagaikan air dan minyak yang tidak akan pernah bisa menyatukan karena pondasi aqidahnya sudah berbeda.
Syiah merupakan penyebab kekalahan umat islam baik dimasa lalu maupun masa kini. Umat islam harus senantiasa waspada akan makar-makar syiah. Karena sejarah itu akan terulang. Sama hakekatnya tetapi berbeda pelakunya.* (anwar ihsanuddin)
sumber: majalah annajah edisi khusus syawal 1434 H/ september 2013 M
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Bagi mereka, menyia-nyiakan amanah (khianat), kelicikan, dan tipu muslihat adalah bagian dari ajaran syiah. Syiah mengajarkan taqiyyah (sifat kebohongan dan kepura-puraan) merupakan bagian dari aqidah syiah yang mereka pegang teguh.
Sejarah merupakan kumpulan peristiwa masa lalu yang merupakan gudang informasi. Sepanjang sejarah, syiah telah melakukan pengkhianatan dan tipu muslihat dalam menghancurkan islam. Para pakar sejarah telah menuliskan dengan goresan tintanya tentang pengkhianatan syiah.
Sayangnya, masih banyak umat islam yang tidak tahu akan sejarah pengkhianatan syiah ini. Selain karena adanya upaya distorsi (pembeloka) sejarah, juga karena umat islam buta akan sejarah syiah. Sehingga banyak umat islam yang tidak menyadari dan memahami siapa sebenarnya syiah itu. Padahal seharusnya setiap muslim harus waspada terhadap musuh yang akan menikam dirinya. Mengapa demikian? Karena syiah mengaku sebagai muslim tetapi di dalam harinya tersimpan kebencian kepada umat islam.
Belajar dari sejarah
Dalam alquran terdapat banyak petunjuk tentang arti penting mengkaji, menghayati, dan mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari perjalanan generasi masa silam. Allah berfirman:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Qs. Yusuf (13): 111)
Bukan hanya alquran, as-sunnah juga memperingatkan tentang datangnya fitnah. Fitnah itu akan datang dalam bentuk perpecahan dan ketidak berdayaan. Tujuan peringatan itu agar umat islam tidak menjadi mangsa-mangsa lain. Karena itu, rasulullah menyampaikan prediksi tentang berbagai kejadian yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Berbicara tentang pengkhianatan syiah bagaikan berbicara tentang sesuatu yang sulit diterima akan sehat. Dari segi casing, syiah berpakaian dan berprilaku layaknya seorang muslim. Namun dari sikap hati, mereka tidak segan menikam, melibas, menindas serta memporak-porandakan kehidupan umat islam.
Sikap kewaspadaan kaum muslim kepada syiah bukan tanpa alasan. Sejarah selama ribuan tahun telah memberikan segudang pelajaran berharga. Betapa banyak darah tertumpa, air mata bercucuran, serta penderitaan perih menimpa umat islam, sebagai buah dari pengkhianatan syiah terhadap islam. Syiah berbuat demikian karena mereka meyakini umat selain syiah adalah kafir dan halal darahnya.
Pengkhianatan syiah
Para sejarawan islam telah membukukan pengkhianatan-pengkhianatan syiah ini. Diantaranya adalah ibnu katsir dalam bukunya bidayah wan nihayah dan dr. Imad ali abdus sami’ yang telah menulis buku “pengkhianatan-pengkhianatan syiah dan pengaruhnya terhadap kekalahan umat islam”. Pengkhianatan itu adalah suatu penyakit yang apabila menyatu pada darah seseorang, akan menjadikannya pengkhiat, walaupun kepada orang-orang yang paling dekat dengannya.
Pada tahun 23 H/ 644 M terjadi pengkhianatan yang dilakukan oleh abu lu’lu’ah al-majusi dengan membunuh umar bin khattab. Kaum syiah menjulukinya sebagai “babul syuja’uddin” (sang pembela agama yang gagah berani). Kuburannya di iran dikunjungi dan dihormati oleh kaum syiah. Bahkan para ulama syaih berdoa “ya Allah, kumpulkan kami di akhirat kelak bersama dengan abu lu’lu’ah”.
Dr. Akram dhiya al-umari mengisahkan konspirasi pembunuhan umar bin khattab. Pada masa pemerintahan khalifah umar bin khattab, umat islam berhasil menaklukkan persia, romawi, mesir, dan bulan sabir subur (fortile crescent) yang terdiri atas mesopotamia, suriah, dan palestina. Demikianlah islam terus berkembang, sampai akhirnya orang abu lu’lu’ah berkolaborasi dengan orang romawi dan persia (majusi) melakukan makar untuk membunuh umar bin khattab. Akhir umar bin khattab berhasil diserang oleh abu lu’lu’ah saat sedang mengimami shalat shubuh. Serangan itu tidak membunuhnya, tapi luka sebetan pedang beracun membuat beliau tak bisa bertahan dan akhirnya meninggal.
Pada tahun 35 H/ 656 M abdullah bin saba’ mengadu domba ummat hingga menyebabkan pembunuhan utsman bin affan. Abdullah bin saba’ inilah pendiri syiah. Hal ini dijelaskan oleh mantan ulama syiah yang bernama sayyid husen al-musawi dalam bukunya lillah tsumma lit tarikh.
Abdullah bin saba’ melakukan makar dengan menghasut kalangan masyarakat awam agar memberontak kepada khalifah utsman bin affan. Akhirnya pada tahun 35 H ribuan orang dengan alasan melaksanakan haji, datang ke madinah dan mengepung rumah utsman bin affan selama 40 hari. Beliau dilarang shalat dimasjid, sampai akhirnya mereka membunuh khalifah utsman bin affan.
Pada tahun 40 H/ 661 M terjadi pengkhianatan syiah terhadap ali bin abi thalib. Kemudian tahun berikutnya terjadi pula pembunuhan kepada hasan dan husain. Ketika husain akan pergi ke kuffah, muhammad bin ali bin abi thalib menasehatinya agar tidak pergi ke kuffah. Ia mengatakan, “saudaraku, aku engkau telah mengetahui bahwa penduduk kufah mengkhianati ayahmu dan saudaramu. Saya takut keadaanmu akan seperti keadaan orang-orang yang berlalu pergi ke kufah”.
Dalam kitab “man qatala husain” (siapa pembunuh husain) ditulis oleh abdullah bin abdul aziz menjelaskan secara rinci siapa sebenarnya yang membunuh husain. Bahwa ternyata pembunuhnya adalah orang syiah sendiri yaitu sanan bin anas an-nakhai dan syammar bin dzil jusyan yang dipimpin oleh ubaidillah bin ziyad.
Pada masa pemerintahan harun ar-rosyid terjadi pengkhianatan oleh menteri ali bin yaqtin. Menteri ini merobohkan penjara yang dihuni oleh 500 narapidana kemudian ia mengirim surat kepada imam al-kadzim menanyakan hal itu dan dijawab bila kamu bertanya sebelum peristiwa itu terjadi maka darah tidak masalah (tidak berdosa) tetapi karena kamu bertanya setelah terjadi maka kamu harus membayar kaffarah setiap yang terbunuh dengan seekor kambing jantan (hakikat syiah, hlm. 55)
Pada masa pemerintahan khalifah abbasiyah terjadi pengkhianatan syiah oleh an-nashir lidinillah. Ibnu katsir menjelaskan nashir lidinillah memiliki perilaku buruk terhadap rakyatnya dan mendhaliminya. Ia menghancurkan dan memisahkan keluarganya ketika berada di iraq. Bahkan dirinya yang telah mengirim surat kepada tartar agar tertarik kepada negerinya. (albidayah wa nihayah, ibnu katsir juz 13 hlm. 106-107)
Pada tahun 301-567 H dinasti fathimiyah di mesir yang menganut syiah memaksakan ajaran syiah kepada penduduk ahlus sunnah dengan berbagai cara. Dan pengkhianatan yang lebih pahit adalah ketika dinasti fathimiyah bekerja sama dengan tentara salib untuk membantai umat islam ahlussunnah yang berada dibawah kekuasaan dinasti saljuk.
Pada tahun 317 H terjadi penyerangan mekkah oleh orang-orang al-qaramithah pada hari tarwiya. Mereka membantai jama’ah haji diperbatasan kota makkah dan perkapungannya, di masjidil haram dan di dalam ka’bah. Pemimpin mereka adalah abu thahit al-qaramithi. Setelah melakukan pembantaian ia memerintahkan pasukannya untuk mencabut hajar aswad. Dia berkata: “dimanakah burung ababil? Dan dimanakah batu yang berasal dari tanah yang terbakar itu (seraya menantang)?”. Ia kemudian mencuri dan membawa hajar aswad ke negaranya 20 tahun. Hajar aswad baru dikembalikan tahun 339 H.
Pada tahun 569 H terjadi pengkhianatan syiah dalam usaha membunuh shalahuddin an ayyubi. Syiah dendam kepada shalahuddin karena ia telah melenyapkan daulah fathimiyah di mesir dan memberikan tempat bagi ahlussunnah. Sehingga mereka membuat makar untuk membunuhnya untuk mendirikan daulah fathimiyah yang baru. Dan dalam semua konspirasi ini mereka meminta bantuan kepada pasukan salib.
Pada tahun 624 H terjadi pengkhianatan syiah terhadap sultan jalaluddin bin khawarizim syah. Ia adalah salah seorang pemimpin besar dari saljuk dan bermadzhab ahlussunnah. Ibnu katsir menjelaskan pada tahun ini, peristiwa menimpa sebagian besar penduduk taflis al-kuruj. Syiah datang kepada mereka, kemudia masuk dan membunuh para pejabat dan rakyat biasa yang tidak tahu apa-apa. Mereka mencuri, menyandera, menghancurkan dan membakar, lalu mereka kaluar dengan penuh semangat.
Kabar ini sampai kepada sultan jalaluddin, beliau segera berangkat dan mengejar mereka, tetapi sayang tidak menemukan mereka. Kemudian sultan mengutus kepada mereka, akan tetapi utusan itu semua dibunuh dan merampas harta benda mereka.
Pada tahun 656 H terjadi pengkhianatan menteri syaih muhammad bin qami dan nashiruddin ath-thursi pada pemerintahan al-mu’tasham billah. Syiah bekerja sama dengan pasukan tartar yang dipimpin oleh hulako khan dengan pasukan berjumlah 200 ribu dan mengepung baghdad serta membantai kaum muslimin baik laki-laki, perempuan, orang tua maupun anak-anak. Ibnu katsir mengatakan ada perbedaan pendapat mengenai jumlah kaum muslimin yang tewas dalam peristiwa ini. Ada yang mengatakan 800 ribu, ada yang mengatakan 1,8 juta dan ada yang mengatakan jumlahnya 2 juta jiwa.
Mayat-mayat kaum muslimin berserakan dijalanan. Sebagian ditumpuk bak gunungan. Ketika hujan turun, mayat-mayat membusuk dan menyebarkan bau busuk ke seluruh penjuru kota. Udara tercemar dan timbul wabah penyakit menular yang luar biasa yang menyebar lewat hembusan angin sampai ke negeri syam. Banyak orang yang meninggal akibat perubahan cuaca dan tercemarnya udara. Semua orang menderita akibat krisis, kenaikan harga, wabah penyakit kematian. (al-bidayah wa nihayah, ibnu katsir).
Pada tahun 657 H terjadi pengkhianatan syiah aleppo. Ketika pasulan tartar datang ke aleppo dan membunuh banyak orang disana. Mereka mencuri dan merampas. Raja an-nahsr penguasa aleppo menulis surat minta bantuan ke mesir. Akan tetapi pemimpin syiah zainuddin al-hafidzi mengagungkan pasukan tartar dan memprovokasi kaum muslimin agar tidak melawa kepada tartar. Ia mengajak kaum muslimin untuk patuh dan tunduk kepada hulako.
Pada tahun 1979 H terjadi pengkhianatan oleh khomeini. Dr. Musa al-musawi menjelaskan khomeini telah memimpin iran selama 10 tahun dengan api dan besi. Saat berkuasa ia menggantung opisisinya sebanyak 150.000 orang, mengusir 3 juta orang, dan membungkam sebanyka 50 juta warga syiah dalam ranah politik, pemikiran, dan sosial, sehingga menimbulkan kemiskinan yang tiada taranya.
Pengkhianatan demi pengkhianatan terus dilakukan oleh syiah di zaman modern ini. Pada tahun 1985 M. Sebanyak 3100 penduduk palestina dibantai oleh hizbullah lebanon. Sedangkan pada tahun 2003 M di iraq, syiah bekerja sama dengan amerika untuk menumbangkan saddam husain. Dr. Harits adh-dhori menjelaskan tatkala pendudukan amerika atas iraq, jumlah ahlussunnah iraq yang terbunuh 200 ribu orang. Syiah banyak membunuh ulama dan para khatib ahlussunnah dengan cara sadis seperti memotong-motong anggota tubuh dan mengcongkel mata dengan besi panas sebelum dibunuh. Bahkan para pembesar iram qum dan bashrah menyatakan kalau tidak karena syiah, kota kabul dan baghdad tidak akan jatuh ke tangan pasukan amerika.
Sebenarnya masih banyak pengkhianatan syiah diantaranya di india, bahrain, yaman, suadi arabia, pakistan. Berita yang masih hangat adalah kisah pembantaian di suriah. Hingga 2013 M ini pembantaian oleh syiah di suriah terhadap umat islam sudah mencapai 100 ribu lebih korban jiwa. Bahkan diberitakan bahwa dalam satu bulan jumlah umat islam yang meninggal mencapai 5000 orang. Jumlah itu belum termasuk korban luka-luka akibat kontak senjata, pengeboman maupun para pengungsi yang terusir dari negerinya.
Ibrah history syiah
Perjalan menelusuri sejarah syiah yang telah terjadi dan tercatat adalah suatu bukti akan penghinaan syiah terhadap islam. Syiah telah banyak melakukan pengkhianatan sampai tidak terhitung berapa banyak pengkhianatan mereka. Semua fakta dan data ini bukan suatu rahasia lagi bisa ditelusuri dalam kitab-kitab para ulama.
Kaum muslim adalah kaum yang cerdas, pasti tidak ingin terjerumus ke jurang untuk kedua kalinya. Maka umat islam tidak boleh tertipu oleh makar-makar syiah yang ingin mengaburkan antara sunni dan syiah melalui usaha taqrib (menyatukan sunni dan syiah). Antara sunni dan syiah bagaikan air dan minyak yang tidak akan pernah bisa menyatukan karena pondasi aqidahnya sudah berbeda.
Syiah merupakan penyebab kekalahan umat islam baik dimasa lalu maupun masa kini. Umat islam harus senantiasa waspada akan makar-makar syiah. Karena sejarah itu akan terulang. Sama hakekatnya tetapi berbeda pelakunya.* (anwar ihsanuddin)
sumber: majalah annajah edisi khusus syawal 1434 H/ september 2013 M
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Subhanalloh...
ReplyDelete