Bogor (Syiahindonesia.com) - Sekitar 60 orang dari kalangan du’at di seluruh Indonesia menghadiri undangan berupa seminar Daurah Syar’iyyah yang diselenggarakan AQL Islamic Centre bekerjasama dengan al-Haiah al-‘alamiyah Li al-Ta’rif bi al-Islam, di Puncak, Bogor.
Dauroh yang diadakan selama 2 hari pada tanggal 12-14 Agustus itu, menghadirkan Syeikh Dawud bin Sulaiman al-Mahi, salah seorang ulama dari Arab Saudi sebagai pemateri utama, serta beberapa tokoh agama di Indonesia seperti Ust. Bahtiar Nashir, Ust. Farid Ahmad Okbah, dan Ust. Muhammad Zaitun.
Dauroh dengan tema ‘Alaikum Bisunnati” , membahas seputar kesesatan Syiah dan beberapa persamaannya dengan tasawwuf.
Dalam Dauroh yang di ketuai oleh Syaikh Kholid Al-Hamudi, pemateri Syaikh Dawud bin Sulaiman al-Mahi mejelaskan bahwa Syiah sangatlah berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari kelompok sesat yang lain, karena ajaran sesat ini disebarkan tidak dengan menggunakan dakwah, melainkan dengan tindakan ekstrim seperti peng-kafiran ataupun pembunuhan, hal ini disebabkan karena arah dari tujuan disebarkannya ajaran ini adalah karena sejatinya mereka menginginkan adanya sebuah Daulah Syiah.
Beberapa ringkasan dari materi dauroh oleh syaikh Dawud bin Sulaiman al-Mahi.
Setiap agama haruslah mempunyai sumber pegangan, baik agama itu benar maupun bathil.
Yahudi misalnya, mereka punya sumber agama mereka berupa at-Taurot, Talmud, sumber Hukum-Hukum Tak-tertulis yang menerangkan Taurat, kitab suci asal hukum-hukum Yahudi.
Nashroni, mereka punya sumber agama berupa kitab suci dan tradisi orang Nashroni.
Pun demikian dengan Islam, agama samawi ini mempunyai sumber hukum yang telah disepakati oleh ulama berupa al-Quran, as-Sunnah, Ijma’, dan Qiyas.
Jika kita sudah mengetahui sumber-sumber agama islam ini, maka harus ada metode untuk dapat memahami sumber-sumber ini, sehingga kita dapat beramal dengannya dan bisa menerapkannya dalam kehidupan.
Lantas bagaimana kita memahami sumber ini?
Jawabannya adalah, dalam memahaminya terjadi perbedaan diantara umat islam sampai mereka berpecah belah menjadi kelompok yang bermacam-macam, dan jumlahnya hingga mencapai 73 golongan.
Perhatikanlah golongan syiah beserta bid’ah-bid’ah yang mereka lakukan! Darimana datangnya bid’ah-bid’ah tersebut?!
Seharusnya kita bersepakat atas sumber-sumber agama dan bersepakat pula dalam metode memahaminya agar kita bisa bersatu dan tidak berpecah belah. Jika terjadi perbedaan, maka kita bisa menerapkan firman Allah;
“dan jika kalian berselisih terhadap suatu perkara, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Quran) dan Rasul-Nya (as-Sunnah).” [An-Nisa:59]
Oleh karena itu bisa kita dapati pada kaum-kaum salaf, jika mereka berbeda mereka bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah dengan barometer yang telah kita sebutkan diatas (al-Quran dan as-Sunnah).
Dalam pembahasan kali ini, kita akan mengkaji bagaimana metode syiah dalam memandang sumber-sumber agama mereka. Mereka mengklaim bahwa agama mereka ini termasuk dari madzhab dalam islam, sama seperti madzhab-madzhab yang lain seperti Maliki, Hambali, Syafi’i, dan Hanafi, tak lain karena mereka berargumen bahwa sumber-sumber agama mereka sama dengan sumber-sumber agama Islam. Berikut ulasannya:
1. Al-quran menurut pandangan Syiah
a. Mereka meyakini bahwa al-Quran tidak bisa dijadikan hujjah tanpa adanya para wali (Imam Syiah)
b. Mereka meyakini bahwa para imam mereka mempunyai pengetahuan khusus mengenai al-Quran yang tidak seorangpun bisa menyamainya.
c. Mereka meyakini bahwa perkataan para imam itu bisa menghapus ayat-ayat al-Quran, dan perkataan mereka bisa menjadikan yang muqoyyad menjadi mutlaq, dan yang ‘amm menjadi khosh.
2. As sunnah menurut pandangan Syiah
As sunnah menurut mereka adalah apa saja yang berasal dari orang yang ma’shum, baik itu perkataan, perbuatan, maupun taqrir (persetujuan).1 Adapun yang dimaksud dengan orang yang ma’shum versi mereka Adalah rasulullah saw dan kedua belas imam mereka. Oleh karena itu, salah satu ulama konteporer mereka mengatakan bahwa, “sesungguhnya keyakinan terhadap kema’shuman para imam itu menjadikan hadits-hadtis yang berasal dari mereka itu shohih tanpa mensyaratkan tersambungnya sanad kepada Nabi sebagaimana yang disyaratkan oleh Ahlus Sunnah,2 hal ini karena imamah menurut mereka adalah penerus nubuwah,3 dan para imam itu sama seperti para Rasul, perkataan mereka adalah perkataan Allah dan perintah mereka adalah perintah Allah, mentaati mereka sama dengan mentaati Allah, dan bermaksiat kepada mereka sama dengan bermaksiat kepada Allah, dan para imam tidak berucap kecuali apa yang dari Allah dan apa yang diwahyukan Allah.4
3. Ijma’ menurut pandangan Syiah
Syiah tidak menganggap ijma’ para sahabat, kaum salaf dan ijma’nya umat islam sebagai sebuah ijma (kesepakatan). Dan dalam hal ini mereka mempunyai keyakinan yang berbeda-beda. Diantara mereka ada yang berpendapat bahwa perkataan imam adalah ijma’, dan yang lainnya berpendapat bahwa hal-hal yang menyelisihi umat islam itu terdapat petunjuk.
4. Adapun qiyas menurut syiah pastilah berbeda dengan jalan para sahabat dan salafus sholeh, hal ini karena al-Quran, as-Sunnah, dan ijma’ yang merupakan sumber-sumber Syiah ini berbeda dengan sumber-sumber Islam.
Dengan demikian, dapat disimpulkan dengan jelas bahwa agama Syiah sangatlah berbeda dengan ajaran Islam yang sebenarnya, sangat menyimpang jauh. Agama mereka bathil dan sesat, karena cara pandang mereka tentang sumber-sumber agama itu berbeda, maka berbeda pula agama yang mereka anut. Yang mengartikan bahwa Syiah itu bukan termasuk dari islam, juga bukan termasuk dari madzhab dalam Islam sebagaimana beberapa orang klaim dengan dalih bahwa madzhab dalam Islam tidak hanya berjumlah 4, namun 5. (Nisyi/Syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Dauroh yang diadakan selama 2 hari pada tanggal 12-14 Agustus itu, menghadirkan Syeikh Dawud bin Sulaiman al-Mahi, salah seorang ulama dari Arab Saudi sebagai pemateri utama, serta beberapa tokoh agama di Indonesia seperti Ust. Bahtiar Nashir, Ust. Farid Ahmad Okbah, dan Ust. Muhammad Zaitun.
Dauroh dengan tema ‘Alaikum Bisunnati” , membahas seputar kesesatan Syiah dan beberapa persamaannya dengan tasawwuf.
Dalam Dauroh yang di ketuai oleh Syaikh Kholid Al-Hamudi, pemateri Syaikh Dawud bin Sulaiman al-Mahi mejelaskan bahwa Syiah sangatlah berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari kelompok sesat yang lain, karena ajaran sesat ini disebarkan tidak dengan menggunakan dakwah, melainkan dengan tindakan ekstrim seperti peng-kafiran ataupun pembunuhan, hal ini disebabkan karena arah dari tujuan disebarkannya ajaran ini adalah karena sejatinya mereka menginginkan adanya sebuah Daulah Syiah.
Beberapa ringkasan dari materi dauroh oleh syaikh Dawud bin Sulaiman al-Mahi.
Setiap agama haruslah mempunyai sumber pegangan, baik agama itu benar maupun bathil.
Yahudi misalnya, mereka punya sumber agama mereka berupa at-Taurot, Talmud, sumber Hukum-Hukum Tak-tertulis yang menerangkan Taurat, kitab suci asal hukum-hukum Yahudi.
Nashroni, mereka punya sumber agama berupa kitab suci dan tradisi orang Nashroni.
Pun demikian dengan Islam, agama samawi ini mempunyai sumber hukum yang telah disepakati oleh ulama berupa al-Quran, as-Sunnah, Ijma’, dan Qiyas.
Jika kita sudah mengetahui sumber-sumber agama islam ini, maka harus ada metode untuk dapat memahami sumber-sumber ini, sehingga kita dapat beramal dengannya dan bisa menerapkannya dalam kehidupan.
Lantas bagaimana kita memahami sumber ini?
Jawabannya adalah, dalam memahaminya terjadi perbedaan diantara umat islam sampai mereka berpecah belah menjadi kelompok yang bermacam-macam, dan jumlahnya hingga mencapai 73 golongan.
Perhatikanlah golongan syiah beserta bid’ah-bid’ah yang mereka lakukan! Darimana datangnya bid’ah-bid’ah tersebut?!
Seharusnya kita bersepakat atas sumber-sumber agama dan bersepakat pula dalam metode memahaminya agar kita bisa bersatu dan tidak berpecah belah. Jika terjadi perbedaan, maka kita bisa menerapkan firman Allah;
“dan jika kalian berselisih terhadap suatu perkara, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Quran) dan Rasul-Nya (as-Sunnah).” [An-Nisa:59]
Oleh karena itu bisa kita dapati pada kaum-kaum salaf, jika mereka berbeda mereka bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah dengan barometer yang telah kita sebutkan diatas (al-Quran dan as-Sunnah).
Dalam pembahasan kali ini, kita akan mengkaji bagaimana metode syiah dalam memandang sumber-sumber agama mereka. Mereka mengklaim bahwa agama mereka ini termasuk dari madzhab dalam islam, sama seperti madzhab-madzhab yang lain seperti Maliki, Hambali, Syafi’i, dan Hanafi, tak lain karena mereka berargumen bahwa sumber-sumber agama mereka sama dengan sumber-sumber agama Islam. Berikut ulasannya:
1. Al-quran menurut pandangan Syiah
a. Mereka meyakini bahwa al-Quran tidak bisa dijadikan hujjah tanpa adanya para wali (Imam Syiah)
b. Mereka meyakini bahwa para imam mereka mempunyai pengetahuan khusus mengenai al-Quran yang tidak seorangpun bisa menyamainya.
c. Mereka meyakini bahwa perkataan para imam itu bisa menghapus ayat-ayat al-Quran, dan perkataan mereka bisa menjadikan yang muqoyyad menjadi mutlaq, dan yang ‘amm menjadi khosh.
2. As sunnah menurut pandangan Syiah
As sunnah menurut mereka adalah apa saja yang berasal dari orang yang ma’shum, baik itu perkataan, perbuatan, maupun taqrir (persetujuan).1 Adapun yang dimaksud dengan orang yang ma’shum versi mereka Adalah rasulullah saw dan kedua belas imam mereka. Oleh karena itu, salah satu ulama konteporer mereka mengatakan bahwa, “sesungguhnya keyakinan terhadap kema’shuman para imam itu menjadikan hadits-hadtis yang berasal dari mereka itu shohih tanpa mensyaratkan tersambungnya sanad kepada Nabi sebagaimana yang disyaratkan oleh Ahlus Sunnah,2 hal ini karena imamah menurut mereka adalah penerus nubuwah,3 dan para imam itu sama seperti para Rasul, perkataan mereka adalah perkataan Allah dan perintah mereka adalah perintah Allah, mentaati mereka sama dengan mentaati Allah, dan bermaksiat kepada mereka sama dengan bermaksiat kepada Allah, dan para imam tidak berucap kecuali apa yang dari Allah dan apa yang diwahyukan Allah.4
3. Ijma’ menurut pandangan Syiah
Syiah tidak menganggap ijma’ para sahabat, kaum salaf dan ijma’nya umat islam sebagai sebuah ijma (kesepakatan). Dan dalam hal ini mereka mempunyai keyakinan yang berbeda-beda. Diantara mereka ada yang berpendapat bahwa perkataan imam adalah ijma’, dan yang lainnya berpendapat bahwa hal-hal yang menyelisihi umat islam itu terdapat petunjuk.
4. Adapun qiyas menurut syiah pastilah berbeda dengan jalan para sahabat dan salafus sholeh, hal ini karena al-Quran, as-Sunnah, dan ijma’ yang merupakan sumber-sumber Syiah ini berbeda dengan sumber-sumber Islam.
Dengan demikian, dapat disimpulkan dengan jelas bahwa agama Syiah sangatlah berbeda dengan ajaran Islam yang sebenarnya, sangat menyimpang jauh. Agama mereka bathil dan sesat, karena cara pandang mereka tentang sumber-sumber agama itu berbeda, maka berbeda pula agama yang mereka anut. Yang mengartikan bahwa Syiah itu bukan termasuk dari islam, juga bukan termasuk dari madzhab dalam Islam sebagaimana beberapa orang klaim dengan dalih bahwa madzhab dalam Islam tidak hanya berjumlah 4, namun 5. (Nisyi/Syiahindonesia.com)
Fote note:
[1]
Muhammad Taqi Al Hakim, Al Ushul Al ‘Ammah Lil Fiqh Al Muqoron, hal 122
[2]
Abdullah fayadh, Tarikh Al Imamiyah, hal 140
[3]
Muhammad Ridha Al Mudhofar, ‘Aqoid Asyiah, hal 166
[4] Ibnu Babaweh, Al I’tiqodat, hal 106************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: