Syiahindonesia.com - Ironis, kaum yang meninggikan bahkan mengkultuskan Imam Ali justru malah tidak mau mendengar perkataan sahabat Ali ra.
Syiah adalah kaum yang menghalalkan Nikah Mut’ah, bid’ah sesat yang diada-adakan Syiah hanya untuk melampiaskan hawa nafsu semata. Padahal, Islam dengan tegas melarang nikah mut’ah sesuai dengan sabda Nabi saw:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ، عَنِ الْحَسَنِ، وَعَبْدِ اللَّهِ ابني محمد بن علي، عَنْ أَبِيهِمَا، أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قِيلَ لَهُ: إِنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ " لَا يَرَى بِمُتْعَةِ النِّسَاءِ بَأْسًا، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْهَا يَوْمَ خَيْبَرَ، وَعَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ "
Telah menceritakan kepada kami Musaddad : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Umar : Telah menceritakan kepada kami Az-Zuhriy, dari Al-Hasan dan ‘Abdullah – keduanya anak Muhammad bin ‘Aliy - , dari ayahnya : Bahwasannya ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu pernah dikatakan kepadanya : ‘Sesungguhnya Ibnu ‘Abbaas berpandangan nikah mut’ah itu tidak apa-apa’. Maka ia (‘Aliy) berkata : “Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang nikah mut’ah dan daging keledai peliharaan/jinak pada hari Khaibar” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6961]
Kalau melihat hadits diatas, justru larangan Nikah Mut’ah justru disampaikan oleh Ali ra, sahabat yang selama ini dikultuskan oleh kaum sesat Syiah. Tidaklah Syiah kecuali hanya menjadikan Mut’ah sebagai pelampiasan Nafsu belaka. Mereka berdusta atas nama Nabi dan para Imam mereka hanya untuk menghalalkan apa yang telah Allah dan Rasul-Nya larang.
Berikut beberapa hadits terkait larangan Nikah Mut’ah (Kawin Kontrak):
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ مُتْعَةِ النِّسَاءِ يَوْمَ خَيْبَرَ وَعَنْ أَكْلِ لُحُومِ الْحُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ
سَمِعَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ يَقُولُ لِفُلَانٍ إِنَّكَ رَجُلٌ تَائِهٌ نَهَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ
Dari ‘Aliy bin Abi Thalib, “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarang menikahi wanita secara Mut’ah pada perang Khaibar dan makan daging keledai jinak.”
Ia pernah mendengar Aliy bin Abi Thalib berkata kepada seseorang, “Sesungguhnya engkau adalah orang yang sesat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarang kami... [sama dengan redaksi hadits yang di atas yaitu melarang menikahi wanita secara Mut’ah pada perang Khaibar dan makan daging keledai jinak]
[Muslim no.2510]
عَنْ عَلِيٍّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ نِكَاحِ الْمُتْعَةِ يَوْمَ خَيْبَرَ وَعَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ
Dari ‘Aliy, “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarang nikah Mut’ah pada perang Khaibar dan (makan) daging keledai jinak.”
[Muslim no.2511]
عَنْ عَلِيٍّ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ يُلَيِّنُ فِي مُتْعَةِ النِّسَاءِ فَقَالَ مَهْلًا يَا ابْنَ عَبَّاسٍ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْهَا يَوْمَ خَيْبَرَ وَعَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ
Dari ‘Aliy, bahwasanya ia mendengar Ibnu ‘Abbas lunak (tidak tegas) mengenai menikahi wanita secara Mut’ah. Lantas ia (‘Aliy) berkata, “Sebentar wahai Ibnu ‘Abbas, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarangnya pada perang Khaibar dan (makan) daging keledai jinak.”
[Muslim no.2512]
أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ يَقُولُ لِابْنِ عَبَّاسٍ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ مُتْعَةِ النِّسَاءِ يَوْمَ خَيْبَرَ وَعَنْ أَكْلِ لُحُومِ الْحُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ
Bahwasanya ia telah mendengar ‘Aliy bin Abi Thalib berkata kepada Ibnu ‘Abbas, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarang menikahi wanita secara Mut’ah pada perang Khaibar dan makan daging keledai jinak.”
[Muslim no.2513]
أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ لِابْنِ عَبَّاسٍ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الْمُتْعَةِ وَعَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ زَمَنَ خَيْبَرَ
Bahwasanya ‘Aliy Radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Ibnu ‘Abbas, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarang nikah Mut’ah dan (makan) daging keledai jinak pada masa Khaibar.
[Bukhari no.4723]
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّمَا رَجُلٍ وَامْرَأَةٍ تَوَافَقَا فَعِشْرَةُ مَا بَيْنَهُمَا ثَلَاثُ لَيَالٍ فَإِنْ أَحَبَّا أَنْ يَتَزَايَدَا أَوْ يَتَتَارَكَا تَتَارَكَا فَمَا أَدْرِي أَشَيْءٌ كَانَ لَنَا خَاصَّةً أَمْ لِلنَّاسِ عَامَّةً قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ وَبَيَّنَهُ عَلِيٌّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ مَنْسُوخٌ
Dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Siapa saja laki-laki dan wanita yang sepakat (Mut’ah) maka pergaulan di antara keduanya adalah 3 (tiga) malam. Jika keduanya ingin untuk melebihkan atau saling meninggalkan, maka keduanya dapat berpisah.” Aku (perawi) tidak tahu apakah itu dikhususkan untuk kami atau untuk manusia secara umum.” Abu Abdullah berkata, “’Aliy telah menjelaskan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwa ia (Mut’ah) telah manskuh (dihapus).”
[Bukhari no.4725]
وَقَالَ الْخَطَّابِيُّ تَحْرِيمُ الْمُتْعَةِ كَالْإِجْمَاعِ إِلَّا عَنْ بَعْضِ الشِّيعَةِ وَلَا يَصِحُّ عَلَى قَاعِدَتِهِمْ فِي الرُّجُوعِ فِي الْمُخْتَلِفَاتِ إِلَى عَلِيٍّ وَآلِ بَيْتِهِ فَقَدْ صَحَّ عَنْ عَلِيٍّ أَنَّهَا نُسِخَتْ
Al-Khaththabiy berkata, “Pengharaman Mut’ah berdasarkan ijma’ kecuali dari sebagian Syiah, namun (hal ini) tidak sesuai dengan kaidah mereka (Syiah) dalam mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada ‘Aliy dan Ahlul Baitnya. Dan telah Shahih dari ‘Aliy bahwasanya ia (Mut’ah) telah mansukh (dihapus).”[Fathul Baariy 9/173, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani] (Nisyi/Syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Syiah adalah kaum yang menghalalkan Nikah Mut’ah, bid’ah sesat yang diada-adakan Syiah hanya untuk melampiaskan hawa nafsu semata. Padahal, Islam dengan tegas melarang nikah mut’ah sesuai dengan sabda Nabi saw:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ، عَنِ الْحَسَنِ، وَعَبْدِ اللَّهِ ابني محمد بن علي، عَنْ أَبِيهِمَا، أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قِيلَ لَهُ: إِنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ " لَا يَرَى بِمُتْعَةِ النِّسَاءِ بَأْسًا، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْهَا يَوْمَ خَيْبَرَ، وَعَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ "
Telah menceritakan kepada kami Musaddad : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Umar : Telah menceritakan kepada kami Az-Zuhriy, dari Al-Hasan dan ‘Abdullah – keduanya anak Muhammad bin ‘Aliy - , dari ayahnya : Bahwasannya ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu pernah dikatakan kepadanya : ‘Sesungguhnya Ibnu ‘Abbaas berpandangan nikah mut’ah itu tidak apa-apa’. Maka ia (‘Aliy) berkata : “Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang nikah mut’ah dan daging keledai peliharaan/jinak pada hari Khaibar” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6961]
Kalau melihat hadits diatas, justru larangan Nikah Mut’ah justru disampaikan oleh Ali ra, sahabat yang selama ini dikultuskan oleh kaum sesat Syiah. Tidaklah Syiah kecuali hanya menjadikan Mut’ah sebagai pelampiasan Nafsu belaka. Mereka berdusta atas nama Nabi dan para Imam mereka hanya untuk menghalalkan apa yang telah Allah dan Rasul-Nya larang.
Berikut beberapa hadits terkait larangan Nikah Mut’ah (Kawin Kontrak):
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ مُتْعَةِ النِّسَاءِ يَوْمَ خَيْبَرَ وَعَنْ أَكْلِ لُحُومِ الْحُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ
سَمِعَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ يَقُولُ لِفُلَانٍ إِنَّكَ رَجُلٌ تَائِهٌ نَهَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ
Dari ‘Aliy bin Abi Thalib, “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarang menikahi wanita secara Mut’ah pada perang Khaibar dan makan daging keledai jinak.”
Ia pernah mendengar Aliy bin Abi Thalib berkata kepada seseorang, “Sesungguhnya engkau adalah orang yang sesat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarang kami... [sama dengan redaksi hadits yang di atas yaitu melarang menikahi wanita secara Mut’ah pada perang Khaibar dan makan daging keledai jinak]
[Muslim no.2510]
عَنْ عَلِيٍّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ نِكَاحِ الْمُتْعَةِ يَوْمَ خَيْبَرَ وَعَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ
Dari ‘Aliy, “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarang nikah Mut’ah pada perang Khaibar dan (makan) daging keledai jinak.”
[Muslim no.2511]
عَنْ عَلِيٍّ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ يُلَيِّنُ فِي مُتْعَةِ النِّسَاءِ فَقَالَ مَهْلًا يَا ابْنَ عَبَّاسٍ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْهَا يَوْمَ خَيْبَرَ وَعَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ
Dari ‘Aliy, bahwasanya ia mendengar Ibnu ‘Abbas lunak (tidak tegas) mengenai menikahi wanita secara Mut’ah. Lantas ia (‘Aliy) berkata, “Sebentar wahai Ibnu ‘Abbas, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarangnya pada perang Khaibar dan (makan) daging keledai jinak.”
[Muslim no.2512]
أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ يَقُولُ لِابْنِ عَبَّاسٍ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ مُتْعَةِ النِّسَاءِ يَوْمَ خَيْبَرَ وَعَنْ أَكْلِ لُحُومِ الْحُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ
Bahwasanya ia telah mendengar ‘Aliy bin Abi Thalib berkata kepada Ibnu ‘Abbas, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarang menikahi wanita secara Mut’ah pada perang Khaibar dan makan daging keledai jinak.”
[Muslim no.2513]
أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ لِابْنِ عَبَّاسٍ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الْمُتْعَةِ وَعَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ زَمَنَ خَيْبَرَ
Bahwasanya ‘Aliy Radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Ibnu ‘Abbas, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarang nikah Mut’ah dan (makan) daging keledai jinak pada masa Khaibar.
[Bukhari no.4723]
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّمَا رَجُلٍ وَامْرَأَةٍ تَوَافَقَا فَعِشْرَةُ مَا بَيْنَهُمَا ثَلَاثُ لَيَالٍ فَإِنْ أَحَبَّا أَنْ يَتَزَايَدَا أَوْ يَتَتَارَكَا تَتَارَكَا فَمَا أَدْرِي أَشَيْءٌ كَانَ لَنَا خَاصَّةً أَمْ لِلنَّاسِ عَامَّةً قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ وَبَيَّنَهُ عَلِيٌّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ مَنْسُوخٌ
Dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Siapa saja laki-laki dan wanita yang sepakat (Mut’ah) maka pergaulan di antara keduanya adalah 3 (tiga) malam. Jika keduanya ingin untuk melebihkan atau saling meninggalkan, maka keduanya dapat berpisah.” Aku (perawi) tidak tahu apakah itu dikhususkan untuk kami atau untuk manusia secara umum.” Abu Abdullah berkata, “’Aliy telah menjelaskan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwa ia (Mut’ah) telah manskuh (dihapus).”
[Bukhari no.4725]
وَقَالَ الْخَطَّابِيُّ تَحْرِيمُ الْمُتْعَةِ كَالْإِجْمَاعِ إِلَّا عَنْ بَعْضِ الشِّيعَةِ وَلَا يَصِحُّ عَلَى قَاعِدَتِهِمْ فِي الرُّجُوعِ فِي الْمُخْتَلِفَاتِ إِلَى عَلِيٍّ وَآلِ بَيْتِهِ فَقَدْ صَحَّ عَنْ عَلِيٍّ أَنَّهَا نُسِخَتْ
Al-Khaththabiy berkata, “Pengharaman Mut’ah berdasarkan ijma’ kecuali dari sebagian Syiah, namun (hal ini) tidak sesuai dengan kaidah mereka (Syiah) dalam mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada ‘Aliy dan Ahlul Baitnya. Dan telah Shahih dari ‘Aliy bahwasanya ia (Mut’ah) telah mansukh (dihapus).”[Fathul Baariy 9/173, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani] (Nisyi/Syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: