Dilema Hizbullah dan Perang tahun 2006
Syiahindonesia.com - Setelah keluarnya Suriah, Hizbullah menghadapi dilema di Lebanon, lebih-lebih dengan makin kuatnya persaingan antar golongan pasca terbunuhnya Al Hariri. Sebab itulah Hizbullah memilih untuk beraliansi secara politik bersama kekuatan-kekuatan lain untuk ikut serta dalam pemilu parlemen Lebanon bulan Mei 2005 M. Ia bergabung dengan ketiga kelompok lain yaitu Gerakan Al Mustaqbal yang Sunni, Gerakan Jumbalat yang Druz –meski mereka sangat memusuhi kedua gerakan ini-, di samping itu,mereka juga bergabung dengan Gerakan politik Harakah AMAL. Aliansi ini dikenal dengan aliansi kwartet.Secara keseluruhan mereka berhasil meraih 72 kursi di Parlemen dari total 128 kursi. Dengan demikian, mereka menjadi mayoritas di parlemen, yang akhirnya menjadi bagian dari pemerintah Lebanon yang dipimpin oleh Fuad Seniora.
Hizbullah telah menekan dirinya sendiri, dan beraliansi dengan kelompok Sunni meski mereka berseberangan. Ini semua demi menampakkan bahwa Hizbullah ikut serta dalam kepentingan Nasional. Padahal Hasan Nashrullah sendiri tidak pernah hadir dalam sidang-sidang parlemen maupun muktamar umum mereka. Ia hanya mengirim utusannya dan bersikap kepada semua pihak sebagai atasan, sebagai persiapan untuk menjadi pemimpin masa depan atas mereka semua.
Bukti terbesar atas asumsi ini adalah terlibatnya Hizbullah dalam operasi militer melawan Zionis Israelyang terjadi pada tanggal 12 Juli 2006. Hizbullah berhasil menawan dua tentara Israel dan menewaskan delapan lainnya. Semua itu ia lakukan tanpa konsultasi sedikit pun dengan negara yang ia menjadi bagian dalam pemerintahannya; dan juga tidak berkonsultasi dengan faksi-faksi lain yang menjadi sekutunya dalam parlemen. Padahal operasi militer inilah yang menyeret negara seluruhnya –dan bukan hanya Hizbullah- dalam perang melawan tentara Israel.
Pada akhirnya terjadilah perang besar yang terkenal pada bulan Juli 2006 M. Israel terus-menerus menyerang Lebanon selama 33 hari penuh, dengan target menghancurkan bungker-bungker Hizbullah sekaligus Lebanon. Hizbullah melakukan serangan balik kepada Israel dengan menembakkan roket-roket, sehingga korban tewas dari rakyat Lebanon sangat banyak dalam perang ini.
Ketidak berhasilan tentara Israil menghentikan serangan roket Hizbullah dianggap sebagai ‘kemenangan besar’ bagi Hizbullah, sebab Yahudi telah menghentikan serangan udara mereka tanpa berhasil melumpuhkan sistem kekuatan roket Hizbullah, maupun membebaskan dua orang pasukannya yang ditawan Hizbullah.
Perang pun berakhir seiring dengan kehancuran besar yang dialami oleh rakyat Lebanon atas negerinya. Kehancuran tersebut merata di setiap daerah di Lebanon. Di samping itu, rakyat Lebanon merasakan eksistensi Syi’ah yang semakin kuat, yang tercermin melalui Hizbullah yang tetap memegang senjata canggih produk Iran-nya, dan didukung penuh oleh Suriah. Hal ini sengaja diciptakan agar semua orang merasa bahwa negara mereka sedang mengarah ke seorang tokoh Syi’ah tertentu, seiring dengan banyaknya simpati dari umat Islam secara umum atas Hizbullah dalam melawan Yahudi (Israil).
Menurut anda, apakah yang terjadi di Lebanon setelah itu?
Apa langkah-langkah yang ditempuh oleh Syi’ah selanjutnya dalam skenario mereka?
Bagaimana visi Hasan Nashrullah sehubungan dengan masa depan Lebanon?
Mengapa Hizbullah kalah dalam pemilu parlemen bulan Juni 2009 M, padahal Hizbullah semakin kuat?
Dan apa yang semestinya diperbuat oleh segenap umat Islam dalam menyikapi permasalahan ini?
KISAH HIZBULLAH 3
Dalam dua makalah sebelumnya, kita telah membicarakan berkenaan dengan kisah Hizbullah 1 dan 2 sekaligus pendirinya, hubungan Hizbullah-Iran dan Hizbullah-Suriah, serta megaproyek mereka untuk mendirikan Negara Syi’ah di Lebanon. Pembahasan kita berakhir pada meletusnya perang Lebanon tahun 2006 M di mana Zionis Israel gagal menghancurkan kekuatan Hizbullah, dan gagal membidik pemimpinnya. Hal ini mengakibatkan kegembiraan luar biasa di dunia Islam, dan kebanggaan besar bagi pemuda-pemuda Islam. Lebih-lebih mengingat mereka belum pernah menyaksikan kemenangan hakiki melawan Yahudi dalam peperangan sejak tahun 1973 M, yaitu sejak lebih dari 30 tahun! Orang-orang pun saling memberikan selamat kepada Hizbullah dan pemimpinnya, Hasan Nashrullah. Bahkan sebagian mengira bahwa Hasan Nashrullah adalah pemimpin gerakan seluruh umat Islam. Mereka seakan lupa latar belakang orang ini, yaitu Syi’ah Itsna Asyariah; yang memiliki permusuhan abadi terhadap Ahlisunnah, baik hal itu ia nampakkan ataupun tidak.
Hizbullah dan Kudeta Pemerintahan
Keluarnya Hizbullah dari perang Lebanon 2006 M dengan harapan dapat memanfaatkan momentum besar tersebut. Ia segera menetapkan untuk mengkudeta pemerintah Lebanon yang tidak lain ia adalah bagian darinya. Pada tanggal 30 Desember 2006 M, Hizbullah menggalang aksi besar-besaran di sekitar istana pemerintahan. Mereka bahkan mendirikan lebih dari 600 tenda agar aksi tersebut bertahan lebih lama. Mereka menuntut agar PM Sunni Fuad Seniora mengundurkan diri, padahal menurut undang-undang Lebanon, penggantinya juga harus Sunni; akan tetapi keinginan Hizbullah tadi menandakan bahwa mereka mampu merubah-rubah keadaan semau mereka, dan siapa saja yang akan menggantikan PM harus taat dan mendengar terhadap instruksi ‘pemimpin masa depan’ Lebanon, yang digambarkan sosok Hasan Nashrullah. Akan tetapi pemerintah tidak menggubris ‘instruksi’ Hasan Nashrullah tersebut, hingga aksi berkemah tadi berlangsung hingga 18 bulan berturut-turut!
Keadaan semakin runyam ketika Hizbullah melakukan operasi militer anarkis, dengan mengerahkan pasukan bersenjatanya untuk mengepung Beirut barat secara total, yang merupakan wilayah penduduk Ahlisunnah. Mereka mengancam akan menduduki wilayah tersebut, atau tidak akan melonggarkan kepungan sampai PM yang dimaksud mengundurkan diri. Hal itu terjadi pada 9 Mei 2008 M.
Rupanya masalah ini tidak lagi sekedar ‘bisikan hati’. Sesungguhnya masalah ini merupakan percobaan nyata di lapangan dengan bergeraknya milisi-milisi untuk menguasai titik-titik utama di ibukota Beirut. Bahkan ini sangat menarik perhatian, tatkala Walid Jumblat mengungkap apa yang terjadi enam hari sebelum pengepungan, tepatnya tanggal 3 Mei 2008M. Ia mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa dirinya menemukan dokumen surat-menyurat antara menteri pertahanan Lebanon Ilyas Almur dengan pihak intelijen tentara nasional Lebanon. Dokumen tersebut melaporkan adanya sejumlah kamera milik Hizbullah yang dipasang di airport Beirut. Jumblat juga menyebutkan bahwa di saat yang sama ketika persenjataan dilarang masuk ke Lebanon, ternyata arus pengiriman senjata mengalir deras dari Iran kepada Hizbullah. Artinya, tidak lama lagi Hizbullah akan menjadi satu-satunya kelompok bersenjata di Lebanon yang persenjataannya jauh lebih besar daripada tentara nasional Lebanon.
Kesepakatan Doha dan kesalahan Nashrullah
Pengepungan Beirut barat berlanjut selama 13 hari, hingga ditandatanganinya kesepakatan Doha untuk mengakhiri perang dan menyudahi aksi mereka. Akan tetapi, seiring dengannya bubar pula aliansi kwartet yang terbentuk antara gerakan Al Mustaqbal yang Sunni, Hizbullah dan Harakah AMAL yang Syi’ah, serta Partai Demokratik yang Druz. Mereka semua mendapati bahwa aliansi semacam ini adalah sangat sulit dipertahankan, dan berbagai kepentingan Ahlisunnah dan Syi’ah pasti akan saling kontradiktif. Dari sini, mulai lah kedua belah pihak saling melempar tuduhan dan bersaing ketat. Gerakan Al Mustaqbal atau Aliansi 14 Maret, kini meyakini bahwa Syi’ah sangat mungkin mengambil alih kekuasaan secara total di Lebanon. Hizbullah pun mulai menuduh Gerakan Al Mustaqbal sebagai kaki tangan Amerika dengan maksud menurunkan pamor mereka di mata rakyat Lebanon dan gerakan-gerakan Nasionalis lainnya. Tuduh-menuduh terus berlanjut antara kedua belah pihak, dan semakin menguat dari waktu ke waktu seiring dengan makin dekatnya Pemilihan anggota parlemen baru pada bulan Juni 2009 M. Akhirnya, Gerakan Al Mustaqbal yang dipimpin oleh Sa’ad Al Hariri ikut serta dalam Pemilu melawan Hizbullah yang dipimpin oleh Hasan Nashrullah. Masing-masing pihak mulai memamerkan kapabilitasnya untuk memimpin sekaligus menjatuhkan lawan politiknya.
Hasan Nashrullah telah membuat kekeliruan besar yang semestinya tidak dilakukan oleh seorang pakar politikus sepertinya. Akan tetapi Allah berkehendak untuk menyingkap apa yang ada di balik tabir… Dalam pidatonya menjelang Pemilu pada tanggal 29 Mei 2009 M, – yang teks pidatonya ada dalam situs resmi Hizbullah di internet-, bahwa jika kelompoknya menang dalam Pemilu, maka ia akan memasukkan persenjataan ke Lebanon dari Suriah dan Iran. Ia telah menampakkan bahasa Syi’ahnya yang kental, bahkan mengatakan: “Yang saya tahu ialah bahwa Republik Islam Iran, khususnya Imam pemimpin Revolusi yang mulia: Sayyid Al Khamenei tidak akan pelit untuk memberikan segalanya bagi Lebanon”.
Ia mengatakan secara jelas kepada rakyat Lebanon, bahwa pendanaan yang akan menjamin stabilitas dan kejayaan mereka akan datang dari pihak Syi’ah, dan ini adalah bujukan sekaligus ancaman, dan suatu hal yang menarik perhatian akan kuantitas Hizbullah dan relasinya.
“Pesan” tersebut sampai ke rakyat Lebanon, namun dalam bentuk yang berlawanan dari yang diharapkan Hasan Nashrullah. Rakyat Lebanon akhirnya sadar akan bahaya Syi’ah. Mereka tahu bahwa naiknya kelompok Hizbullah ke kursi pemerintahan, berarti bertambahnya kekuatan bagi Hizbullah, bukan bagi Lebanon. Di samping itu, kemungkinan berdirinya sebuah negara Syi’ah yang loyal kepada Iran dan Suriah menjadi dekat sekali. Dari sinilah rakyat Lebanon takut terhadap arah Hizbullah, dan ketakutan tersebut nampak di kotak-kotak suara saat Pemilu hingga mereka memberikan suaranya ke Aliansi 14 Maret, padahal Sa’ad Al Hariri tidaklah secakap bapaknya, mendiang Rafiq Al Hariri. Akan tetapi rakyat Lebanon telah menyadari sendiri akan bahaya momen ini, dan tidak ada lagi waktu untuk mengatakan bahwa Pemilu ini akibat tekanan Amerika, sebab ternyata Pemilu ini adalah pemilu yang bersih dan tidak ada satu pihak pun yang mengritik ketransparanannya.
Akhirnya Aliansi 14 Maret menang dalam Pemilu dengan merebut 14 kursi lebih banyak dari Hizbullah. Ini adalah angka yang besar dalam pemilu Lebanon, dan ini berarti bahwa masalah-masalah akan semakin jelas. (nisyi/syiahindonesia.com)
Sumber: As-Syiah Nidhol am Dholal oleh DR. Raghib As Sirjani.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Syiahindonesia.com - Setelah keluarnya Suriah, Hizbullah menghadapi dilema di Lebanon, lebih-lebih dengan makin kuatnya persaingan antar golongan pasca terbunuhnya Al Hariri. Sebab itulah Hizbullah memilih untuk beraliansi secara politik bersama kekuatan-kekuatan lain untuk ikut serta dalam pemilu parlemen Lebanon bulan Mei 2005 M. Ia bergabung dengan ketiga kelompok lain yaitu Gerakan Al Mustaqbal yang Sunni, Gerakan Jumbalat yang Druz –meski mereka sangat memusuhi kedua gerakan ini-, di samping itu,mereka juga bergabung dengan Gerakan politik Harakah AMAL. Aliansi ini dikenal dengan aliansi kwartet.Secara keseluruhan mereka berhasil meraih 72 kursi di Parlemen dari total 128 kursi. Dengan demikian, mereka menjadi mayoritas di parlemen, yang akhirnya menjadi bagian dari pemerintah Lebanon yang dipimpin oleh Fuad Seniora.
Hizbullah telah menekan dirinya sendiri, dan beraliansi dengan kelompok Sunni meski mereka berseberangan. Ini semua demi menampakkan bahwa Hizbullah ikut serta dalam kepentingan Nasional. Padahal Hasan Nashrullah sendiri tidak pernah hadir dalam sidang-sidang parlemen maupun muktamar umum mereka. Ia hanya mengirim utusannya dan bersikap kepada semua pihak sebagai atasan, sebagai persiapan untuk menjadi pemimpin masa depan atas mereka semua.
Bukti terbesar atas asumsi ini adalah terlibatnya Hizbullah dalam operasi militer melawan Zionis Israelyang terjadi pada tanggal 12 Juli 2006. Hizbullah berhasil menawan dua tentara Israel dan menewaskan delapan lainnya. Semua itu ia lakukan tanpa konsultasi sedikit pun dengan negara yang ia menjadi bagian dalam pemerintahannya; dan juga tidak berkonsultasi dengan faksi-faksi lain yang menjadi sekutunya dalam parlemen. Padahal operasi militer inilah yang menyeret negara seluruhnya –dan bukan hanya Hizbullah- dalam perang melawan tentara Israel.
Pada akhirnya terjadilah perang besar yang terkenal pada bulan Juli 2006 M. Israel terus-menerus menyerang Lebanon selama 33 hari penuh, dengan target menghancurkan bungker-bungker Hizbullah sekaligus Lebanon. Hizbullah melakukan serangan balik kepada Israel dengan menembakkan roket-roket, sehingga korban tewas dari rakyat Lebanon sangat banyak dalam perang ini.
Ketidak berhasilan tentara Israil menghentikan serangan roket Hizbullah dianggap sebagai ‘kemenangan besar’ bagi Hizbullah, sebab Yahudi telah menghentikan serangan udara mereka tanpa berhasil melumpuhkan sistem kekuatan roket Hizbullah, maupun membebaskan dua orang pasukannya yang ditawan Hizbullah.
Perang pun berakhir seiring dengan kehancuran besar yang dialami oleh rakyat Lebanon atas negerinya. Kehancuran tersebut merata di setiap daerah di Lebanon. Di samping itu, rakyat Lebanon merasakan eksistensi Syi’ah yang semakin kuat, yang tercermin melalui Hizbullah yang tetap memegang senjata canggih produk Iran-nya, dan didukung penuh oleh Suriah. Hal ini sengaja diciptakan agar semua orang merasa bahwa negara mereka sedang mengarah ke seorang tokoh Syi’ah tertentu, seiring dengan banyaknya simpati dari umat Islam secara umum atas Hizbullah dalam melawan Yahudi (Israil).
Menurut anda, apakah yang terjadi di Lebanon setelah itu?
Apa langkah-langkah yang ditempuh oleh Syi’ah selanjutnya dalam skenario mereka?
Bagaimana visi Hasan Nashrullah sehubungan dengan masa depan Lebanon?
Mengapa Hizbullah kalah dalam pemilu parlemen bulan Juni 2009 M, padahal Hizbullah semakin kuat?
Dan apa yang semestinya diperbuat oleh segenap umat Islam dalam menyikapi permasalahan ini?
KISAH HIZBULLAH 3
Dalam dua makalah sebelumnya, kita telah membicarakan berkenaan dengan kisah Hizbullah 1 dan 2 sekaligus pendirinya, hubungan Hizbullah-Iran dan Hizbullah-Suriah, serta megaproyek mereka untuk mendirikan Negara Syi’ah di Lebanon. Pembahasan kita berakhir pada meletusnya perang Lebanon tahun 2006 M di mana Zionis Israel gagal menghancurkan kekuatan Hizbullah, dan gagal membidik pemimpinnya. Hal ini mengakibatkan kegembiraan luar biasa di dunia Islam, dan kebanggaan besar bagi pemuda-pemuda Islam. Lebih-lebih mengingat mereka belum pernah menyaksikan kemenangan hakiki melawan Yahudi dalam peperangan sejak tahun 1973 M, yaitu sejak lebih dari 30 tahun! Orang-orang pun saling memberikan selamat kepada Hizbullah dan pemimpinnya, Hasan Nashrullah. Bahkan sebagian mengira bahwa Hasan Nashrullah adalah pemimpin gerakan seluruh umat Islam. Mereka seakan lupa latar belakang orang ini, yaitu Syi’ah Itsna Asyariah; yang memiliki permusuhan abadi terhadap Ahlisunnah, baik hal itu ia nampakkan ataupun tidak.
Hizbullah dan Kudeta Pemerintahan
Keluarnya Hizbullah dari perang Lebanon 2006 M dengan harapan dapat memanfaatkan momentum besar tersebut. Ia segera menetapkan untuk mengkudeta pemerintah Lebanon yang tidak lain ia adalah bagian darinya. Pada tanggal 30 Desember 2006 M, Hizbullah menggalang aksi besar-besaran di sekitar istana pemerintahan. Mereka bahkan mendirikan lebih dari 600 tenda agar aksi tersebut bertahan lebih lama. Mereka menuntut agar PM Sunni Fuad Seniora mengundurkan diri, padahal menurut undang-undang Lebanon, penggantinya juga harus Sunni; akan tetapi keinginan Hizbullah tadi menandakan bahwa mereka mampu merubah-rubah keadaan semau mereka, dan siapa saja yang akan menggantikan PM harus taat dan mendengar terhadap instruksi ‘pemimpin masa depan’ Lebanon, yang digambarkan sosok Hasan Nashrullah. Akan tetapi pemerintah tidak menggubris ‘instruksi’ Hasan Nashrullah tersebut, hingga aksi berkemah tadi berlangsung hingga 18 bulan berturut-turut!
Keadaan semakin runyam ketika Hizbullah melakukan operasi militer anarkis, dengan mengerahkan pasukan bersenjatanya untuk mengepung Beirut barat secara total, yang merupakan wilayah penduduk Ahlisunnah. Mereka mengancam akan menduduki wilayah tersebut, atau tidak akan melonggarkan kepungan sampai PM yang dimaksud mengundurkan diri. Hal itu terjadi pada 9 Mei 2008 M.
Rupanya masalah ini tidak lagi sekedar ‘bisikan hati’. Sesungguhnya masalah ini merupakan percobaan nyata di lapangan dengan bergeraknya milisi-milisi untuk menguasai titik-titik utama di ibukota Beirut. Bahkan ini sangat menarik perhatian, tatkala Walid Jumblat mengungkap apa yang terjadi enam hari sebelum pengepungan, tepatnya tanggal 3 Mei 2008M. Ia mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa dirinya menemukan dokumen surat-menyurat antara menteri pertahanan Lebanon Ilyas Almur dengan pihak intelijen tentara nasional Lebanon. Dokumen tersebut melaporkan adanya sejumlah kamera milik Hizbullah yang dipasang di airport Beirut. Jumblat juga menyebutkan bahwa di saat yang sama ketika persenjataan dilarang masuk ke Lebanon, ternyata arus pengiriman senjata mengalir deras dari Iran kepada Hizbullah. Artinya, tidak lama lagi Hizbullah akan menjadi satu-satunya kelompok bersenjata di Lebanon yang persenjataannya jauh lebih besar daripada tentara nasional Lebanon.
Kesepakatan Doha dan kesalahan Nashrullah
Pengepungan Beirut barat berlanjut selama 13 hari, hingga ditandatanganinya kesepakatan Doha untuk mengakhiri perang dan menyudahi aksi mereka. Akan tetapi, seiring dengannya bubar pula aliansi kwartet yang terbentuk antara gerakan Al Mustaqbal yang Sunni, Hizbullah dan Harakah AMAL yang Syi’ah, serta Partai Demokratik yang Druz. Mereka semua mendapati bahwa aliansi semacam ini adalah sangat sulit dipertahankan, dan berbagai kepentingan Ahlisunnah dan Syi’ah pasti akan saling kontradiktif. Dari sini, mulai lah kedua belah pihak saling melempar tuduhan dan bersaing ketat. Gerakan Al Mustaqbal atau Aliansi 14 Maret, kini meyakini bahwa Syi’ah sangat mungkin mengambil alih kekuasaan secara total di Lebanon. Hizbullah pun mulai menuduh Gerakan Al Mustaqbal sebagai kaki tangan Amerika dengan maksud menurunkan pamor mereka di mata rakyat Lebanon dan gerakan-gerakan Nasionalis lainnya. Tuduh-menuduh terus berlanjut antara kedua belah pihak, dan semakin menguat dari waktu ke waktu seiring dengan makin dekatnya Pemilihan anggota parlemen baru pada bulan Juni 2009 M. Akhirnya, Gerakan Al Mustaqbal yang dipimpin oleh Sa’ad Al Hariri ikut serta dalam Pemilu melawan Hizbullah yang dipimpin oleh Hasan Nashrullah. Masing-masing pihak mulai memamerkan kapabilitasnya untuk memimpin sekaligus menjatuhkan lawan politiknya.
Hasan Nashrullah telah membuat kekeliruan besar yang semestinya tidak dilakukan oleh seorang pakar politikus sepertinya. Akan tetapi Allah berkehendak untuk menyingkap apa yang ada di balik tabir… Dalam pidatonya menjelang Pemilu pada tanggal 29 Mei 2009 M, – yang teks pidatonya ada dalam situs resmi Hizbullah di internet-, bahwa jika kelompoknya menang dalam Pemilu, maka ia akan memasukkan persenjataan ke Lebanon dari Suriah dan Iran. Ia telah menampakkan bahasa Syi’ahnya yang kental, bahkan mengatakan: “Yang saya tahu ialah bahwa Republik Islam Iran, khususnya Imam pemimpin Revolusi yang mulia: Sayyid Al Khamenei tidak akan pelit untuk memberikan segalanya bagi Lebanon”.
Ia mengatakan secara jelas kepada rakyat Lebanon, bahwa pendanaan yang akan menjamin stabilitas dan kejayaan mereka akan datang dari pihak Syi’ah, dan ini adalah bujukan sekaligus ancaman, dan suatu hal yang menarik perhatian akan kuantitas Hizbullah dan relasinya.
“Pesan” tersebut sampai ke rakyat Lebanon, namun dalam bentuk yang berlawanan dari yang diharapkan Hasan Nashrullah. Rakyat Lebanon akhirnya sadar akan bahaya Syi’ah. Mereka tahu bahwa naiknya kelompok Hizbullah ke kursi pemerintahan, berarti bertambahnya kekuatan bagi Hizbullah, bukan bagi Lebanon. Di samping itu, kemungkinan berdirinya sebuah negara Syi’ah yang loyal kepada Iran dan Suriah menjadi dekat sekali. Dari sinilah rakyat Lebanon takut terhadap arah Hizbullah, dan ketakutan tersebut nampak di kotak-kotak suara saat Pemilu hingga mereka memberikan suaranya ke Aliansi 14 Maret, padahal Sa’ad Al Hariri tidaklah secakap bapaknya, mendiang Rafiq Al Hariri. Akan tetapi rakyat Lebanon telah menyadari sendiri akan bahaya momen ini, dan tidak ada lagi waktu untuk mengatakan bahwa Pemilu ini akibat tekanan Amerika, sebab ternyata Pemilu ini adalah pemilu yang bersih dan tidak ada satu pihak pun yang mengritik ketransparanannya.
Akhirnya Aliansi 14 Maret menang dalam Pemilu dengan merebut 14 kursi lebih banyak dari Hizbullah. Ini adalah angka yang besar dalam pemilu Lebanon, dan ini berarti bahwa masalah-masalah akan semakin jelas. (nisyi/syiahindonesia.com)
Sumber: As-Syiah Nidhol am Dholal oleh DR. Raghib As Sirjani.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: