Syiahindonesia.com - Jika ditanya dimana letak perbedaan Islam -Syiah, maka jawabannya bisa berupa pada Sejarah masing-masing keduanya.
Terkait Khilafah pasca wafatnya Nabi saw, kaum Muslimin sepakat bahwa Abu Bakar adalah khalifah yang sah setelah Rasulullah, kemudian dilanjutkan Umar dan Utsman setelahnya. Berbeda dengan Syiah, mereka meyakini bahwa khalifah yang sah setelah Nabi adalah Ali bin Abi Thalib, salah satu yang menyebabkan adanya persepsi semacam ini adalah lantaran sikap ghulu (sikap berlebih-lebihan) terhadap Ali bin Abi Thalib. Padahal, sejarah membuktikan bahwa Ali bin Abi Thalib ridha akan kekhilafahan Abu Bakar, Umar dan Utsman sepeninggal Nabi.
Dampak dari sikap ghulu yang dimiliki Syiah ini membuahkan kebencian terhadap ketiga sahabat besar itu (Abu Bakar, Umar dan Utsman). Acapkali Syiah membuat riwayat yang mengandung celaan bahkan pengkafiran terhadap mereka. Disisi lain, terkadang mereka juga membuat riwayat palsu yang berisi tuduhan terhadap para sahabat.
Diantara tuduhan tersebut adalah bahwa para sahabat membangkang terhadap "nash-nash Nabi" yang menunjuk Ali sebagai khalifah pertama versi mereka.
"Sesuai perintah Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib bertanggung jawab membawa obor hidayah Illahiyah dan kepemimpinan Islam pasca beliau. Di sisi lain, para sahabat melakukan pembangkangan terhadap nas-nas yang telah diucapkan (disampaikan) Rasulullah saw untuk menjadikan Ali sebagai pemimpin mereka. Para sahabat sedemikian rupa agar Ali tidak menjadi pemimpin sepeninggal Nabi," dikutip dari buku "Panglima Sepanjang Masa, Amirul Mukminin Ali kw" cet. Al-Huda.
Lebih dari itu, dalam buku tersebut juga mengatakan bahwa beberapa sahabat mencaci maki Ali bin Abi Thalib;
"Sementara keluarganya, Bani Umayah, begitu membenci Ali. Mereka memperkenalkan keburukan Ali bin Abi Thalib di hadapan masyarakat bahkan mencaci-makinya di atas mimbar salat Jumat. Semua mengetahui bahwa Ali bin Abi Thalib tidak tinggal di istana negara yang telah dipersiapkan untuknya di Irak." buku "Panglima Sepanjang Masa, Amirul Mukminin Ali kw" cet. Al-Huda hal. 40. (nisyi/syiahindonesia.com)
Berikut screen shotnya:
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Terkait Khilafah pasca wafatnya Nabi saw, kaum Muslimin sepakat bahwa Abu Bakar adalah khalifah yang sah setelah Rasulullah, kemudian dilanjutkan Umar dan Utsman setelahnya. Berbeda dengan Syiah, mereka meyakini bahwa khalifah yang sah setelah Nabi adalah Ali bin Abi Thalib, salah satu yang menyebabkan adanya persepsi semacam ini adalah lantaran sikap ghulu (sikap berlebih-lebihan) terhadap Ali bin Abi Thalib. Padahal, sejarah membuktikan bahwa Ali bin Abi Thalib ridha akan kekhilafahan Abu Bakar, Umar dan Utsman sepeninggal Nabi.
Dampak dari sikap ghulu yang dimiliki Syiah ini membuahkan kebencian terhadap ketiga sahabat besar itu (Abu Bakar, Umar dan Utsman). Acapkali Syiah membuat riwayat yang mengandung celaan bahkan pengkafiran terhadap mereka. Disisi lain, terkadang mereka juga membuat riwayat palsu yang berisi tuduhan terhadap para sahabat.
Diantara tuduhan tersebut adalah bahwa para sahabat membangkang terhadap "nash-nash Nabi" yang menunjuk Ali sebagai khalifah pertama versi mereka.
"Sesuai perintah Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib bertanggung jawab membawa obor hidayah Illahiyah dan kepemimpinan Islam pasca beliau. Di sisi lain, para sahabat melakukan pembangkangan terhadap nas-nas yang telah diucapkan (disampaikan) Rasulullah saw untuk menjadikan Ali sebagai pemimpin mereka. Para sahabat sedemikian rupa agar Ali tidak menjadi pemimpin sepeninggal Nabi," dikutip dari buku "Panglima Sepanjang Masa, Amirul Mukminin Ali kw" cet. Al-Huda.
Lebih dari itu, dalam buku tersebut juga mengatakan bahwa beberapa sahabat mencaci maki Ali bin Abi Thalib;
"Sementara keluarganya, Bani Umayah, begitu membenci Ali. Mereka memperkenalkan keburukan Ali bin Abi Thalib di hadapan masyarakat bahkan mencaci-makinya di atas mimbar salat Jumat. Semua mengetahui bahwa Ali bin Abi Thalib tidak tinggal di istana negara yang telah dipersiapkan untuknya di Irak." buku "Panglima Sepanjang Masa, Amirul Mukminin Ali kw" cet. Al-Huda hal. 40. (nisyi/syiahindonesia.com)
Berikut screen shotnya:
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: