Imigran gelap (Syiah) di Pekanbaru |
“Kita mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dari dampak buruk baik sosial maupun agama,” ungkap Firdaus kepada wartawan, Senin (29/12/2014) kemarin sebagaimana dikutip DataRiau.com, Selasa (30/12).
Dikatakannya, warga negara asing tersebut merupakan pendatang gelap asal Afghanistan, Irak dan Iran. Keberadaan pria dengan tubuh tinggi, kulit putih dan hidung mancung ini telah membludak di Kota Pekanbaru sejak dua bulan terakhir.
Mereka pun sudah berkeliaran di mana-mana dan sangat mudah dijumpai bahkan telah berbaur dengan masyarakat setempat seperti di Jalan Ahmad Yani Pekanbaru yang tak jauh dari Kantor Imigrasi.
“Kita harus waspada, mereka ini pendatang gelap yang bermasalah di negaranya dan beralasan mencari suaka ke Kota Pekanbaru,” kata Firdaus.
Sejak kehadiran ratusan pria negara asing ini, kata Walikota, pihaknya juga telah banyak menerima keluhan masyarakat. Imigran gelap ini berkeliaran di pasar-pasar tradisional, mabuk-mabukan di klub malam bahkan sudah tercium indikasi adanya penyebaran aliran Syiah.
“Sudah ada beberapa imigran yang sering ke masjid dan menyumbang dalam jumlah besar ke sejumlah masjid. Berdasarkan keterangan warga juga, mereka sudah mulai mengajarkan cara ibadah (shalat, red), meski secara komunikasi belum lancar,” ungkap Walikota.
Sementara itu, Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Pekanbaru Amran Haris mengatakan ada sebanyak 553 orang imigran gelap yang berada di Pekanbaru.
Diakui Amran, kurangnya tenaga pengawas serta sarana penampungan mempengaruhi pengawasan terhadap imigran. Dalam hal ini Amran juga meminta kepada masyasakat serta aparat terkait untuk bisa ikut mengotrol keberadaan imigran yang berkeliaran itu.
Kekhawatiran masyarakat akan keberadaan pria negara asing ini bukan tanpa alasan. Selain menimbulkan konflik sosial, seperti terindikasinya pria tersebut menjadi gigolo (pelacur pria) di Kota Pekanbaru, juga sudah mulai menjurus kepada penyebaran aliran Syiah.
Sebab, saat ini Indonesia tengah menjadi target Syiahisasi besar-besaran. Hingga kini banyak pengikutnya berada di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Penganut Syiah di Indonesia tersebar di Bandung, Makassar, Jakarta, Tegal, Jepara, Pekalongan, Semarang, Garut, Bondowoso, Pasuruan, dan Madura.
Diperkirakan, kebanyakan dari mereka sedang melakukan taqiyah (berpura-pura bukan Syiah) dalam rangka melindungi diri dari kaum Muslimin. Taqiyah adalah kondisi luar seseorang dengan yang ada di dalam batinnya tidaklah sama. Memang taqiyah juga dikenal dalam Islam. Hanya saja dalam Islam, taqiyah digunakan untuk menghindarkan diri dari musuh-musuh Islam alias orang kafir atau ketika perang maupun kondisi yang sangat membahayakan kaum Muslimin.
Menurut Syiah Taqiyah wajib dilakukan. Taqiyah adalah salah satu prinsip agama mereka. Taqiyah dilakukan kepada orang selain Syiah, seperti ungkapan bahwa Al-Qur’an Syiah adalah sama dengan Al-Qur’an Ahlus Sunnah. Padahal ungkapan ini hanyalah kepura-puraan mereka. Mereka juga bertaqiyah dengan pura-pura mengakui pemerintahan Islam selain Syiah.
Adapun ciri-ciri pengikut Syiah sangat mudah dikenali, seperti mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang Arab, hanya saja warnanya hitam.
Ciri lainnya tidak Shalat Jumat. Jika pun ada yang Shalat Jumat tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zuhur empat rakaat, karena pengikut Syiah tidak meyakini keabsahan Shalat Jumat kecuali bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.
Pengikut Syiah juga tidak akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.
Pengikut Syiah jarang shalat berjamaah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
Mayoritas pengikut Syiah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah, yaitu batu/tanah (dari Karbala) yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat tidak di dekat orang lain.
Jika Anda perhatikan caranya berwudhu maka Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.
Anda tidak akan mendapatkan penganut Syiah hadir dalam kajian apapun di masjid dan ceramah atau kajian Islam.
Pada bulan Ramadhan penganut Syiah tidak langsung berbuka puasa setelah Adzan maghrib. Dalam hal ini Syiah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit. Dengan kata lain mereka berbuka jika benar-benar sudah masuk waktu malam. Mereka juga tidak shalat tarawih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah.
Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah Islam yang satu dengan yang lainnya, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.
Anda tidak akan mendapati seorang penganut Syiah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka adalah Al-Qur’an yang berada di tangan Al-Mahdi yang mereka tunggu kedatangannya.
Orang Syiah tidak berpuasa pada hari Asyura. Mereka hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut. Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut jika nantinya mereka menerima agama Syiah.
Oleh sebab itu Anda akan dapati orang-orang Syiah getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putri, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syiah sehingga dengan leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut, baik dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak.
Pada hakikatnya ketika ada seorang ayah yang menerima agama Syiah, maka para pengikut Syiah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah dalam ajaran mereka. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut Syiah menjerat mereka bergabung dengan agama sesat tersebut.
Wajah Syiah akan merah padam jika Anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu ‘anhum, tidak ada sedikit pun tanda-tanda kegundahan di wajahnya.
Dengan ciri-ciri tersebut, semoga umat Islam mengetahui dan dapat menghindarinya serta memberitahu kepada rekan lain agar tetap waspada terhadap aliran yang sangat bertolak belakang dengan ajaran dan syariat Islam tersebut. (nisyi/syiahindonesia.com)
Sumber: DataRiau.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: