Syiahindonesia.com - Ulama kharismatik asal Cirebon, Buya Yahya angkat bicara soal perayaan Idul Ghadir yang diselenggarakan oleh kaum Syiah. Menurut Buya, perayaan tersebut bertentangan dengan akidah Ahlusunnah wal Jamaah (aswaja).
"Kalau ada orang yang katanya aswaja kok ikut perayaan Idul Ghadir maka ia langsung dicoret dari barisan aswaja. Biarpun dia orang yang pernah mengajar kita, tinggalkan. Hati-hati, karena ini masalah akidah," ujar Buya dikutip Suara Islam Online dari sebuah video ceramahnya.
Pelarangan tersebut, menurut Buya, karena ini dilakukan oleh orang-orang yang ingin menghapus kepemimpinan Saidina Abu Bakar Shiddiq. "Kalau kita aswaja itu mencintai Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah, mencintai sahabat Nabi Saw termasuk Saidina Abu Bakar. Namun menurut Syiah, mereka ini mengingkari Abu Bakar, dianggap telah merampok kekuasaan. Dan terhadap Saidina Umar pun demikian," katanya.
"Dan kalau kita lihat buku-buku pegangan yang paling dipercaya oleh mereka (Syiah) seperti kitab Alkafi, sungguh itu bukan kitab yang baik, karena mencaci maki, kerjaannya mengolok-olok. Sampai dikatakan Nabi Saw itu kemasukan pelacur-pelacur. Jadi Saidina Abu Bakar punya anak pelacur, Saidina Umar punya anak pelacur, disusupkan untuk bersama Nabi Saw. Jadi Saidah Aisyah dan Saidah Hafsoh dianggap pelacur, itu ditulis dalam kitab asas mereka," ungkap pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah Cirebon itu.
Jadi, kata Buya, kalau sudah Idul Ghadir dibesarkan, akhirnya akan banyak orang yang mempercayai seolah-olah itu benar. Berikutnya meniadakan kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman, kemudian merusak dan menghapus hadits-hadits Bukhari dan Muslim, riwayat para sahabat Nabi Saw sehingga nantinya Islam akan hilang.
Jadi, lanjut Buya, Idul Ghadir itu tidak ada. Adapun sanjungan untuk Saidina Ali, kemuliaan beliau itu luar biasa, beliau itu orang yang sangat dicintai Rasulullah sampai dipilih untuk menjadi menantunya, Imam Ali salah seorang yang diberi kabar akan masuk syurga, dan dengan Imam Ali-lah Rasulullah memiliki cucu-cucu yang mulia. Beliau dekat dengan Rasulullah, sejak kecil bersama Rasulullah dan tidak pernah menemukan kekafiran artinya tidak pernah menyembah berhala.
"Akan tetapi, bukan berarti setelah itu khalifah lainnya harus kita pangkas, ini masalah akidah jangan main-main," tegas Buya.
Selain itu, Buya juga berpesan untuk berhati-hati kepada orang-orang yang mengikuti Idul Ghadir. "Ini membahayakan akidah, jangan dianggap main-main, tolong dicatat namanya siapa yang hadir, itu munafik. Jadi, kalau ada Ustaz yang ikut Idul Ghadir maka langsung besok jangan ikut lagi pengajiannya," pesannya.
Kembali ia menegaskan, masalah Idul Ghadir ketahuilah bahwa itu penyesatan dan harus hati-hati. Idul Ghadir tidak ada, yang ada itu kemuliaan Saidina Ali.
"Jadi awas hati-hati, yang mengajarkan Idul Ghadir itu nanti akan membawa kita kepada pencaci-makian terhadap orang-orang mulia yang selama ini dimuliakan oleh Rasulullah, dimuliakan para sahabat, dan dimuliakan oleh umat Nabi saw," pungkas Buya Yahya. (suara-islam.com/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: