Milisi Syiah Iran |
Ini bukan sesuatu yang baru untuk IRGC, yang sejak tahun 1980 telah memiliki sebuah organisasi elit yang tugas utamanya adalah membentuk milisi pro-Iran di luar negeri. Adalah al Quds Force, yang merupakan komponen dari IRGC. Juga dikenal sebagai Pasdaran, adalah kekuatan paramiliter dari sekitar 100.000 milisi yang menjamin bahwa setiap kegiatan anti-pemerintah di Iran dengan cepat dihilangkan. Untuk membantu Pasdaran, ada milisi paruh waktu, tenaga relawan, dan beberapa ratus ribu Basej (pasukan sukarelawan), yang dapat menyediakan tenaga tambahan jika jalan kekerasan diperlukan. Anggota Basej biasanya pria muda, Syiah konservatif, yang tidak takut untuk “mengotori” tangan mereka. Jika lawan pemerintah menggelar demonstrasi besar, akan sering dirusak oleh Basej, mereka bergerak dengan menggunakan kekerasan.
Pasukan Quds adalah operasi fulltime untuk tenaga terpilih dan dilatih untuk menyebarkan revolusi Iran di luar negeri. Quds Force juga bertugas menangani masalah utama dalam upaya menyebarkan revolusi Syiah di dunia di mana jumlah Syiah hanya 10-15 persen di seluruh dunia. Dan sebagian besar muslim Sunni menganggap Syiah sesat. Di beberapa negara, ada konflik kekerasan antara Syiah dan Muslim Sunni. Dan telah berlangsung jauh sebelum Syiah mengambil kendali pemerintahan Iran pada tahun 1979 atau al Qaeda muncul pada 1990-an.
Badan intelijen inti Quds Force terdiri hanya beberapa ribu spesialis yang sangat terampil dan sangat berdedikasi. Ada 10.000 staf pendukung lainnya. Personil inti cenderung berpendidikan tinggi, sebagian besar mampu berbicara bahasa asing, dan semua adalah Syiah radikal. Mereka memiliki keyakinan sedang menjalankan misi dari “Tuhan” untuk mengubah dunia menjadi Syiah, dengan aturan pendeta Syiah. Pasukan Quds telah ada sejak tahun 1980-an, dan keberhasilan terbesar mereka ada di Lebanon, di mana mereka membantu milisi Syiah lokal (yang terdiri dari sekitar sepertiga dari populasi) dengan mendirikan organisasi Hizbullat.
Pasukan Quds memiliki delapan departemen, masing-masing ditugaskan untuk bagian yang berbeda di seluruh dunia. Satu bagian bekerja di wilayah Palestina / Lebanon / Jordan telah menjadi yang paling sukses, departemen lain juga telah bekerja keras selama lebih dari tiga dekade untuk mencapai keberhasilan yang sama. Departemen Palestina / Lebanon / Jordan harus berusaha keras pada tahun 2012 ketika pemberontakan terhadap pemerintah Suriah pro-Iran mampu menggerakkan revolusi dengan tak terduga. Selama dua tahun ke depan mengatasi perlawanan terhadap rezim Syiah Suriah adalah tugas utama Quds.
Direktorat Barat telah membentuk, merekrut jaringan dan menggalang dana di negara-negara Barat. Banyak yang direkrut dan dibawa kembali ke Iran untuk pelatihan, sementara pendatang Syiah didorong untuk menyumbangkan uang, dan jasa, untuk operasi Pasukan Quds. Karena banyak dari operasi ini dianggap operasi teroris, Pasukan Quds dilarang di banyak negara Barat. Mereka juga merekrut Syiah lokal di Irak dan Suriah yang sangat aktif dalam membantu upaya Iran mengatasi embargo dalam usaha memperoleh peralatan militer dan teknologi.
Setelah koalisi pimpinan Amerika menggulingkan Saddam pada 2003, Pasukan Quds mengirim milisi, uang dan senjata ke Irak, untuk membentuk kekuatan politik dan milisi pro-Iran . Kekuatan ini ditarik pada 2008 saat pemerintah yang baru terpilih menuntut dengan paksa dibubarkannya milisi Syiah-pro Iran yang menolak untuk dibubarkan dengan jalan damai. Tetapi pada 2014 Quds Force diundang kembali saat ISIS merebut Mosul dan wilayah barat laut dan barat Irak. Sekarang Quds Force menganggap pekerjaan mereka di Irak lebih penting daripada upaya di Suriah karena Quds yang dilatih pemimpin Syiah Irak secara terbuka menyerukan sebuah pemerintahan diktator Syiah untuk memerintah Irak.
Departemen Asia (Afghanistan, Pakistan, dan India) aktif dalam membantu Syiah Afghanistan yang sedang melawan Taliban dan al Qaeda. Quds juga telah melakukan operasi di Pakistan, di mana pejuang Sunni telah bertempur melawan Syiah selama beberapa dekade.
Departemen Turki telah aktif mendorong Syiah Kurdi untuk melakukan tindakan teroris. Operasi ini belum terlalu sukses karena Turki telah menjadi musuh utama Syiah Iran selama berabad-abad dan otoritas Turki telah mendedikasikan banyak sumber daya untuk memantau dan mengantisipasi apa di lakukan Syiah lokal dan asing di Turki.
Departemen Afrika Utara melakukan operasi di Sudan yang telah lama dilakukan secara terbuka, meskipun konservatif Sunni yang menjalankan pemerintahan negara. Departemen ini telah terbukti memberikan senjata kepada teroris di Somalia. Pada awal 2016 Sudan memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan menutup semua kegiatan Quds di sana.
Departemen Arab mendukung kelompok-kelompok teroris yang ada di semua negara Arab dan Teluk Persia. Pemerintah Sunni Arab di negara-negara tersebut sangat mengecam dukungan Iran untuk hal semacam ini. Quds diam-diam mendukung pemberontakan Syiah di Yaman, yang telah berjalan selama satu dekade dan menjadi benar-benar sukses pada 2013 dan pada akhir 2014 dengan merebut lebih dari sepertiga wilayah negara. Tapi sekarang koalisi negara Arab (ditambah Mesir) pada akhir 2015 membuat Iran mengakui dukungan untuk Syiah Yaman. Segera setelah koalisi Arab Sunni memasuki Yaman dan mengalahkan pemberontak Syiah.
Departemen Asia Tengah mendukung Syiah dan kelompok teroris di negara-negara bagian Uni Soviet.
Quds sering digambarkan sebagai bagian yang paling radikal dari IRGC dan juga merupakan komponen terkecil. Sifat operasi Quds sangat rahasia, Quds dan IRGC adalah gambaran dari kediktatoran pemerintah Syiah di Iran. Pemimpin Quds ingin menunjukkan bahwa karena jasa mereka sekarang Iran mengontrol “empat ibukota Arab” (di Lebanon, Irak, Suriah dan Yaman). (nahimunkar.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: