Syiahindonesia.com - Saat operasi militer untuk memperebutkan kota Mosul di utara Irak dari Islamic State (IS) dimulai awal pekan ini, beberapa pihak telah menyuarakan keprihatinan mereka akan konsekuensi yang mungkin muncul dari konflik Sunni-Syiah di wilayah tersebut.
Mereka telah menyuarakan peringatan terhadap keterlibatan langsung milisi Syiah dalam membebaskan kota menyusul laporan bahwa IS telah melakukan kekejaman terhadap penduduk Sunni di bagian lain Irak.
“Ada risiko konflik internal antara pasukan Peshmerga dan Hashd al-Shaabi [milisi Syiah] setelah IS sepenuhnya keluar dari Irak,” kata mantan Kepala Staf Umum Irak Babekir Zebari.
“Posisi terlemah di Irak adalah Sunni Arab dan Turkmen,” tambah Abdul-Nasir al-Mahdawi, mantan gubernur provinsi Diyala Irak.
“Kurdi mendapatkan dukungan internasional dan Syiah yang berkuasa saat ini; Turkmen tidak memiliki kekuatan yang melindungi mereka. Sehingga sangat normal jika Turki peduli dengan mereka,” katanya.
Mahdawi menyarankan agar Irak dan Turki bekerja sama untuk memastikan bahwa tidak ada kelompok etnis di wilayah tersebut yang menjadi target.
Peran Turki dalam operasi itu telah menciptakan ketegangan antara Ankara dan Baghdad, yang telah meminta bantuan Turki setelah jatuhnya Mosul ke tangan IS pada Juni 2014.
Sejak itu, pasukan Turki telah melatih ribuan pejuang Irak dan Peshmerga di sebuah kamp di Bashiqa, sebelah timur laut Mosul.
Tapi Baghdad baru-baru ini mulai mengeluh tentang kehadiran pasukan Turki dan bulan lalu pertengkaran diplomatik meletus mengenai masalah ini.
Presiden Recep Tayyip Erdogan telah berulang kali menekankan bahwa pasukan Turki akan tetap berada di Bashiqa.
Erdogan menunjuk kekhawatiran Turki atas kepentingan penduduk Arab dan Turkmen Sunni di Mosul.
Sekretaris Jenderal Turkish-Arab Dialogue Platform dan penasihat dari Abdullah Gul, mantan Presiden Turki, Ersat Hurmuzlu juga berpendapat bahwa Turki tidak bermain dengan sektarianisme di wilayah tersebut.
“Ada Sunni dan Syiah Turkmen di Tal Afar [kabupaten di Provinsi Nineveh barat laut Irak],” katanya, dan mengutip Erdogan saat mengatakan: “Tal Afar milik orang-orang yang berada di sana.”
Hurmuzlu menekankan bahwa integritas teritorial Irak sangat signifikan bagi Turki.
Pemimpin Iraqi Turkmen Front Irsyad Salihi juga menunjuk kehadiran warga di Mosul dari berbagai agama dan etnis.
Menggarisbawahi “sensitivitas” masalah ini, Salihi mengatakan: “Kami berharap tidak ada hal buruk yang terjadi di Mosul, yang akan menguntungkan IS.”
“Mereka yang mendorong IS di wilayah ini adalah kekuatan yang ingin melihat Irak terbagi, Muslim didorong pada konflik sektarian, dan runtuhnya perekonomian daerah,” tegasnya.
Awal pekan ini, pasukan Irak, yang didukung oleh serangan udara, melancarkan serangan untuk mengambil kembali Mosul – benteng terakhir IS di Irak utara, yang dikuasai oleh IS sejak pertengahan 2014. (jurnalislam)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Mereka telah menyuarakan peringatan terhadap keterlibatan langsung milisi Syiah dalam membebaskan kota menyusul laporan bahwa IS telah melakukan kekejaman terhadap penduduk Sunni di bagian lain Irak.
“Ada risiko konflik internal antara pasukan Peshmerga dan Hashd al-Shaabi [milisi Syiah] setelah IS sepenuhnya keluar dari Irak,” kata mantan Kepala Staf Umum Irak Babekir Zebari.
“Posisi terlemah di Irak adalah Sunni Arab dan Turkmen,” tambah Abdul-Nasir al-Mahdawi, mantan gubernur provinsi Diyala Irak.
“Kurdi mendapatkan dukungan internasional dan Syiah yang berkuasa saat ini; Turkmen tidak memiliki kekuatan yang melindungi mereka. Sehingga sangat normal jika Turki peduli dengan mereka,” katanya.
Mahdawi menyarankan agar Irak dan Turki bekerja sama untuk memastikan bahwa tidak ada kelompok etnis di wilayah tersebut yang menjadi target.
Peran Turki dalam operasi itu telah menciptakan ketegangan antara Ankara dan Baghdad, yang telah meminta bantuan Turki setelah jatuhnya Mosul ke tangan IS pada Juni 2014.
Sejak itu, pasukan Turki telah melatih ribuan pejuang Irak dan Peshmerga di sebuah kamp di Bashiqa, sebelah timur laut Mosul.
Tapi Baghdad baru-baru ini mulai mengeluh tentang kehadiran pasukan Turki dan bulan lalu pertengkaran diplomatik meletus mengenai masalah ini.
Presiden Recep Tayyip Erdogan telah berulang kali menekankan bahwa pasukan Turki akan tetap berada di Bashiqa.
Erdogan menunjuk kekhawatiran Turki atas kepentingan penduduk Arab dan Turkmen Sunni di Mosul.
Sekretaris Jenderal Turkish-Arab Dialogue Platform dan penasihat dari Abdullah Gul, mantan Presiden Turki, Ersat Hurmuzlu juga berpendapat bahwa Turki tidak bermain dengan sektarianisme di wilayah tersebut.
“Ada Sunni dan Syiah Turkmen di Tal Afar [kabupaten di Provinsi Nineveh barat laut Irak],” katanya, dan mengutip Erdogan saat mengatakan: “Tal Afar milik orang-orang yang berada di sana.”
Hurmuzlu menekankan bahwa integritas teritorial Irak sangat signifikan bagi Turki.
Pemimpin Iraqi Turkmen Front Irsyad Salihi juga menunjuk kehadiran warga di Mosul dari berbagai agama dan etnis.
Menggarisbawahi “sensitivitas” masalah ini, Salihi mengatakan: “Kami berharap tidak ada hal buruk yang terjadi di Mosul, yang akan menguntungkan IS.”
“Mereka yang mendorong IS di wilayah ini adalah kekuatan yang ingin melihat Irak terbagi, Muslim didorong pada konflik sektarian, dan runtuhnya perekonomian daerah,” tegasnya.
Awal pekan ini, pasukan Irak, yang didukung oleh serangan udara, melancarkan serangan untuk mengambil kembali Mosul – benteng terakhir IS di Irak utara, yang dikuasai oleh IS sejak pertengahan 2014. (jurnalislam)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: