Syiahindonesia.com - Serangan udara di wilayah yang dikuasai kelompok pembebasan Suriah dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 100 orang setelah AS dan Rusia mengumumkan rencananya untuk gencatan senjata.
Serangan udara di sebuah pasar di Idlib telah menewaskan hingga 60 orang, sementara sedikitnya 45 orang tewas ketika serangan udara terjadi di provinsi Aleppo, kata para aktivis oposisi.
Mereka mengatakan, serangan udara pada Sabtu (10/09/2016) itu terjadi di kota Anadan dan Hreitan di dekat Aleppo, kota kedua terbesar di Suriah.
Sementara itu, kesepakatan gencatan senjata di Suriah diumumkan bersama oleh Menlu AS John Kerry dan Menlu Rusia Sergei Lavrov di Jenewa, Swiss hari Sabtu (10/09/2016) pagi.
Gencatan senjata itu rencananya akan mulai digelar pada Senin (11/09/2016), yang akan diikuti semacam koordinasi Rusia dan AS untuk memerangi kelompok-kelompok jihad, termasuk yang menyebut dirinya Negara Islam (ISIS).
Berdasarkan kesepakatan itu, pemerintah Suriah akan mengakhiri misi tempur di daerah-daerah tertentu yang dikuasai oleh oposisi.
Dibutuhkan kepatuhan
Skema itu akan membutuhkan kepatuhan baik dari rezim Bashar al Assad maupun oposisi ‘untuk memenuhi kewajiban mereka,’ kata Menlu John Kerry di Jenewa.
Suriah mengatakan pemerintah Damaskus Presiden Bashar al-Assad telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia, sekutu al-Assad, dengan Amerika.
“Sebuah gencatan pertempuran akan dimulai di Aleppo demi alasan kemanusiaan,” kata kantor berita Suriah dikutip Kantor Berita BBC.
Beberapa jam kemudian, kelompok militan Syiah Hizbullah yang berbasis di Lebanon, yang setia berjuang bersama al-Assad, mengatakan juga akan menghormati gencatan senjata itu, sambil bertekad untuk mempertahankan diri jika diserang.
Turki mengatakan kesepakatan itu harus ditindaklanjuti upaya bantuan di tingkat awal, sementara kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini lebih melihat skema tersebut bisa membuka jalan bagi suatu transisi politik.
Pihak oposisi mengisyaratkan siap untuk mematuhi skema itu, katanya, dengan syarat pemerintah Suriah ‘menunjukkan kesungguhan.’
Sementara Menlu Lavrov mengatakan Rusia telah menginformasikan kepada pemerintah Suriah tentang kesepakatan itu dan pemerintah Suriah ‘siap untuk mematuhinya.
Adapun juru bicara kelompok oposisi Suriah mengatakan rencana itu memberikan harapan, tetapi mereka menginginkan langkah lebih detil tentang bagaimana kesepakatan itu ditindaklanjuti.
Di ibukota Suriah, Damaskus, pemerintah mendukung kesepakatan itu, demikian laporan kantor berita Sana.
Belum ada reaksi resmi dari Iran, yang selama ini sebagai pendukung utama Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Di saat yang sama, Reuters melaporkan, sebanyak 25 orang tewas termasuk anak-anak dan wanita dalam satu serangan oleh beberapa buah jet tempur di sebuah pasar di Idlib hari Sabtu.
Menurut sumber tim penyelamat dan penduduk sipil, serangan itu juga melukai puluhan lainnya.
Dua pekerja pertahanan sipil mengatakan, mayat korban masih sedang dialihkan di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
Penduduk sipil dan tim penyelamat mengatakan, mereka mengklaim semua jet tersebut adalah milik Rusia meskipun jet tersebut terbang pada ketinggian tinggi namun masih dapat diidentifikasi lagi. (hidayatullah)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Serangan udara di sebuah pasar di Idlib telah menewaskan hingga 60 orang, sementara sedikitnya 45 orang tewas ketika serangan udara terjadi di provinsi Aleppo, kata para aktivis oposisi.
Mereka mengatakan, serangan udara pada Sabtu (10/09/2016) itu terjadi di kota Anadan dan Hreitan di dekat Aleppo, kota kedua terbesar di Suriah.
Sementara itu, kesepakatan gencatan senjata di Suriah diumumkan bersama oleh Menlu AS John Kerry dan Menlu Rusia Sergei Lavrov di Jenewa, Swiss hari Sabtu (10/09/2016) pagi.
Gencatan senjata itu rencananya akan mulai digelar pada Senin (11/09/2016), yang akan diikuti semacam koordinasi Rusia dan AS untuk memerangi kelompok-kelompok jihad, termasuk yang menyebut dirinya Negara Islam (ISIS).
Berdasarkan kesepakatan itu, pemerintah Suriah akan mengakhiri misi tempur di daerah-daerah tertentu yang dikuasai oleh oposisi.
Dibutuhkan kepatuhan
Skema itu akan membutuhkan kepatuhan baik dari rezim Bashar al Assad maupun oposisi ‘untuk memenuhi kewajiban mereka,’ kata Menlu John Kerry di Jenewa.
Suriah mengatakan pemerintah Damaskus Presiden Bashar al-Assad telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia, sekutu al-Assad, dengan Amerika.
“Sebuah gencatan pertempuran akan dimulai di Aleppo demi alasan kemanusiaan,” kata kantor berita Suriah dikutip Kantor Berita BBC.
Beberapa jam kemudian, kelompok militan Syiah Hizbullah yang berbasis di Lebanon, yang setia berjuang bersama al-Assad, mengatakan juga akan menghormati gencatan senjata itu, sambil bertekad untuk mempertahankan diri jika diserang.
Turki mengatakan kesepakatan itu harus ditindaklanjuti upaya bantuan di tingkat awal, sementara kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini lebih melihat skema tersebut bisa membuka jalan bagi suatu transisi politik.
Pihak oposisi mengisyaratkan siap untuk mematuhi skema itu, katanya, dengan syarat pemerintah Suriah ‘menunjukkan kesungguhan.’
Sementara Menlu Lavrov mengatakan Rusia telah menginformasikan kepada pemerintah Suriah tentang kesepakatan itu dan pemerintah Suriah ‘siap untuk mematuhinya.
Adapun juru bicara kelompok oposisi Suriah mengatakan rencana itu memberikan harapan, tetapi mereka menginginkan langkah lebih detil tentang bagaimana kesepakatan itu ditindaklanjuti.
Di ibukota Suriah, Damaskus, pemerintah mendukung kesepakatan itu, demikian laporan kantor berita Sana.
Belum ada reaksi resmi dari Iran, yang selama ini sebagai pendukung utama Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Di saat yang sama, Reuters melaporkan, sebanyak 25 orang tewas termasuk anak-anak dan wanita dalam satu serangan oleh beberapa buah jet tempur di sebuah pasar di Idlib hari Sabtu.
Menurut sumber tim penyelamat dan penduduk sipil, serangan itu juga melukai puluhan lainnya.
Dua pekerja pertahanan sipil mengatakan, mayat korban masih sedang dialihkan di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
Penduduk sipil dan tim penyelamat mengatakan, mereka mengklaim semua jet tersebut adalah milik Rusia meskipun jet tersebut terbang pada ketinggian tinggi namun masih dapat diidentifikasi lagi. (hidayatullah)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: