Syiahindonesia.com - Khomeini menyamakan kedudukan para imam syiah dengan Allah, artinya sabda para imam wajib ditaati sebagaimana wahyu Allah. Sedang Ahmadiyah hanya menyamakan Mirza Ghulam Ahmad dengan Nabi.
Allah memerintahkan kita untuk taat pada Al Qur’an, karena Allah adalah pencipta alam semesta. Sementara para Nabi adalah utusan Allah yang membawa wahyu kepada manusia. Sedangkan imam syiah mereka bukan Nabi dan bukan manusia biasa juga, tapi Khomeini menyatakan bahwa ajaran para imam adalah sama dengan ajaran Al Qur’an, semuanya wajib ditaati dan dilaksanakan.
Sesungguhnya ajaran para imam adalah seperti ajaran AL Qur’an, tidak berlaku bagi generasi tertentu saja, tetapi ajaran itu beraku untuk semua di setiap tempat dan setiap waktu hingga datangnya hari kiamat, harus diikuti dan dilaksanakan.
Hukumah Islamiyah hal 112 Di sini nampak sekali Khomeini menyamakan para imam syiah dengan Allah, karena menganggap ucapannya wajib untuk ditaati sebagaimana Allah. Para Nabi wajib ditaati karena Allah memerintahkan kita untuk taat pada para Nabi. Sedangkan para imam bukanlah Nabi. Tapi oleh Khomeini disamakan kedudukannya dengan para Nabi, yaitu ucapannya sama seperti Al Qur’an, wajib dilaksanakan dan ditaati.
Jika Ahmadiyah menyamakan Mirza Ghulam Ahmad dengan Nabi, maka Khomeini menyamakan para imam dengan Allah. Bukan hanya para Nabi. Seperti dalam makalah sebelumnya, Khomeini menyatakan: Salah satu keyakinan yang pokok dalam mazhab kami bahwa para imam kami memiliki posisi yang tidak dicapai oleh para malaikat dan para Nabi. Hukumah Islamiyah halaman 52. Di sini Khomeini melebihkan imam dari para Nabi, tapi tidak dengan berterus terang mengatakan bahwa para imam syiah menerima wahyu seperti para Nabi, tapi Khomeini menyatakannya dengan cara yang berbeda namun menuju kesimpulan yang sama, yaitu para imam sama kedudukannya dengan para Nabi, dalam hal wajib untuk ditaati.
Para Nabi wajib ditaati karena mereka menerima wahyu dari Allah. Sedangkan para imam dinyatakan oleh Khomeini sebagai wajib ditaati, sama seperti Al Qur’an, artinya Khomeini menganggap ucapan para imam adalah wahyu sebagaimana Al Qur’an.
Tapi Khomeini tidak berterus terang, karena dia paham jika dia berterus terang akan menuai gelombang protes dari kaum muslimin yang menganggapnya sesat. Ahmadiyah hanya menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, sedangkan yang dianggap sama oleh Khomeini dengan Nabi ada 12 orang.
Tapi ingatlah kata Khomeini sebelum ini, yaitu para imam memiliki kedudukan yang tinggi, yang tidak dijangkau oleh malaikat dan para Nabi, begitu juga perkataan Khomeini bahwa para imam menguasai seluruh atom alam ini. Ucapannya sama dengan Al Qur’an, dan menguasai seluruh atom alam ini, memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari malaikat dan para Nabi. Alias Khomeini menyamakan imam dengan Allah.
Maka wajar jika sabda imam adalah dianggap sederajat dengan firman Allah. Penganut syiah tidak pernah diajak berpikir oleh guru mereka, mereka hanya dicekoki prinsip bahwa Khomeini adalah figur yang harus diikuti dan dikagumi. Mereka tidak lagi sempat berpikir, dan kemampuan berpikir yang ada pada mereka sudah terkikis. Mereka tidak lagi bisa berpikir jernih, karena hati mereka sudah penuh dengan fanatik buta kepada Khomeini. Mereka tidak lagi bisa menerima kenyataan, atau memang hati mereka sudah ditutup, meski mereka bisa melihat kenyataan, tapi mereka tidak bisa mengindera dengan hati mereka. Mata mereka melihat, tapi tidak dapat menemukan. (hakikat)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Allah memerintahkan kita untuk taat pada Al Qur’an, karena Allah adalah pencipta alam semesta. Sementara para Nabi adalah utusan Allah yang membawa wahyu kepada manusia. Sedangkan imam syiah mereka bukan Nabi dan bukan manusia biasa juga, tapi Khomeini menyatakan bahwa ajaran para imam adalah sama dengan ajaran Al Qur’an, semuanya wajib ditaati dan dilaksanakan.
Sesungguhnya ajaran para imam adalah seperti ajaran AL Qur’an, tidak berlaku bagi generasi tertentu saja, tetapi ajaran itu beraku untuk semua di setiap tempat dan setiap waktu hingga datangnya hari kiamat, harus diikuti dan dilaksanakan.
Hukumah Islamiyah hal 112 Di sini nampak sekali Khomeini menyamakan para imam syiah dengan Allah, karena menganggap ucapannya wajib untuk ditaati sebagaimana Allah. Para Nabi wajib ditaati karena Allah memerintahkan kita untuk taat pada para Nabi. Sedangkan para imam bukanlah Nabi. Tapi oleh Khomeini disamakan kedudukannya dengan para Nabi, yaitu ucapannya sama seperti Al Qur’an, wajib dilaksanakan dan ditaati.
Jika Ahmadiyah menyamakan Mirza Ghulam Ahmad dengan Nabi, maka Khomeini menyamakan para imam dengan Allah. Bukan hanya para Nabi. Seperti dalam makalah sebelumnya, Khomeini menyatakan: Salah satu keyakinan yang pokok dalam mazhab kami bahwa para imam kami memiliki posisi yang tidak dicapai oleh para malaikat dan para Nabi. Hukumah Islamiyah halaman 52. Di sini Khomeini melebihkan imam dari para Nabi, tapi tidak dengan berterus terang mengatakan bahwa para imam syiah menerima wahyu seperti para Nabi, tapi Khomeini menyatakannya dengan cara yang berbeda namun menuju kesimpulan yang sama, yaitu para imam sama kedudukannya dengan para Nabi, dalam hal wajib untuk ditaati.
Para Nabi wajib ditaati karena mereka menerima wahyu dari Allah. Sedangkan para imam dinyatakan oleh Khomeini sebagai wajib ditaati, sama seperti Al Qur’an, artinya Khomeini menganggap ucapan para imam adalah wahyu sebagaimana Al Qur’an.
Tapi Khomeini tidak berterus terang, karena dia paham jika dia berterus terang akan menuai gelombang protes dari kaum muslimin yang menganggapnya sesat. Ahmadiyah hanya menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, sedangkan yang dianggap sama oleh Khomeini dengan Nabi ada 12 orang.
Tapi ingatlah kata Khomeini sebelum ini, yaitu para imam memiliki kedudukan yang tinggi, yang tidak dijangkau oleh malaikat dan para Nabi, begitu juga perkataan Khomeini bahwa para imam menguasai seluruh atom alam ini. Ucapannya sama dengan Al Qur’an, dan menguasai seluruh atom alam ini, memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari malaikat dan para Nabi. Alias Khomeini menyamakan imam dengan Allah.
Maka wajar jika sabda imam adalah dianggap sederajat dengan firman Allah. Penganut syiah tidak pernah diajak berpikir oleh guru mereka, mereka hanya dicekoki prinsip bahwa Khomeini adalah figur yang harus diikuti dan dikagumi. Mereka tidak lagi sempat berpikir, dan kemampuan berpikir yang ada pada mereka sudah terkikis. Mereka tidak lagi bisa berpikir jernih, karena hati mereka sudah penuh dengan fanatik buta kepada Khomeini. Mereka tidak lagi bisa menerima kenyataan, atau memang hati mereka sudah ditutup, meski mereka bisa melihat kenyataan, tapi mereka tidak bisa mengindera dengan hati mereka. Mata mereka melihat, tapi tidak dapat menemukan. (hakikat)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: