"Tak nyangka kalau dalam kelompok keledai sudah ada sanad" |
Oleh : Zulkarnain El-Madury
Pada hakikatnya mukjizad
nabi itu bermacam macam , terjadi diluar kebiasaan manusia normal, tetapi kalau
keledai meriwayatkan hadits dari keluarga besarnya hingga kepada Nabi Nuh, tentu
pertanyaannya lain lagi. Selain nyeleneh, juga mengandur unsur kebohongan dalam
cerita itu.
Bukan saja kebehongan
keledai bersanad, lebih dari sekedar sanad hadits yang biasa di pakai muslim.
Pasalnya keledai harus menyusun sanad, sayangnya tak disebutkan ada berapa rawi
dari keledai sampai ke nabi yang sudah mencapai ribuan tauh, dari jaman Nabi
hingga jaman Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.
Keganjilan dari cerita
fiktif produk Syiah ini dimulai dari penyebutan Ali hingga keledai yang
mengisahkan pada nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam dengan hanya
menyebutkan beberapa generasi keledai, yang tentu saja itu makin tidak masuk
akal
Belum lagi bicara sanad
keledai, harus dilihat dalam kitab jarah watta’dil yang berunsur keledai, apa
termasuk rawi shahi atau tidak. Ini juga kitabnya harus beli dimana, apa mungkin ada tokohnya mencari kitab rijalul hadits
yang terdiri dari bangsa keledai.
Karena tidak mungkin bisa
dilihat dalam ilmu hadits [ Mushtholahul hadits] tentang bangsa keledai yang
memiliki sanad, sebagai penyampai pesan Nabi Nuh hingga pada Jaman Nabi
Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.
Begini kisahnya :
وَ رُوِيَ أَنَّ أَمِيرَ
الْمُؤْمِنِينَ ( عليه السلام ) قَالَ إِنَّ ذَلِكَ الْحِمَارَ كَلَّمَ رَسُولَ
اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) فَقَالَ بِأَبِي أَنْتَ وَ أُمِّي إِنَّ أَبِي
حَدَّثَنِي عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ كَانَ مَعَ نُوحٍ فِي السَّفِينَةِ
فَقَامَ إِلَيْهِ نُوحٌ فَمَسَحَ عَلَى كَفَلِهِ ثُمَّ قَالَ يَخْرُجُ مِنْ صُلْبِ
هَذَا الْحِمَارِ حِمَارٌ يَرْكَبُهُ سَيِّدُ النَّبِيِّينَ وَ خَاتَمُهُمْ
فَالْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَنِي ذَلِكَ الْحِمَارَ .
Dan diriwayatkan
bahwasannya Amiirul-Mukminiin (‘alaihis-salaam) berkata : “Sesungguhnya keledai
itu (yaitu keledai tunggangan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam) berkata
kepada Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa aalihi) : “Demi ayah dan ibuku,
sesungguhnya ayahku telah menceritakan kepadaku, dari ayahnya, dari kakeknya,
dari ayahnya : Bahwasannya ia pernah bersama Nuuh di dalam perahu. Maka Nuuh
bangkit berdiri dan mengusap pantatnya, kemudian bersabda : ‘Akan muncul dari
tulang sulbi keledai ini seekor keledai yang akan ditunggangi oleh pemimpin dan
penutup para Nabi’. Dan segala puji bagi Allah yang telah menjadikanku sebagai
keledai itu” .
Kisah yang sebenarnya
merendahkan Nabi, kalau dalam dunia keledai ada ilmu hadits, yang bersilsilah
keledai sampai jaman Nuh. Dapat dikatakan bahwa hadits keledai ini tujuannya
merendahkan Muslim saja dalam soal pengumpulan hadits yang di anggap sama
dengan keledai.
Coba perhatikan redaksi
haditsnya : “bahwa seekor keledai telah memerankan diri layaknya seorang perawi
hadits dengan menggunakan lafadh : haddatsanii abiy…dst. Tentu saja riwayat ini
tidak akan kita ketemukan di kitab-kitab Ahlus-Sunnah. Ia terdapat dalam kitab
Al-Kaafiy – kitab hadits paling valid menurut madzhab Syi’ah - , tepatnya pada
jilid 1 halaman 237, pada Baab : Maa ‘indal-aimmah min silaahi Rasuulillah
shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wamataa’ihi
]بَابُ مَا عِنْدَ الْأَئِمَّةِ مِنْ سِلَاحِ رَسُولِ
اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) وَ مَتَاعِهِ[
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: