Sebuah penantian Syiah
sepanjang sejarah, adalah tidak ada lagi seorangpun sunni di dunia ini, terutama
di Indonesia, banyak tokoh dan kaum Muda syiah berharap Indonesia bebas dari
kaum sunni, dengan berbagai kepongahan dan kesombongan yang di tonjolkan mereka
dalam menggoyang aqidah Sunni. Mereka adalah korban sejarah masa lalu yang bisa
membawa bencana di negeri “Garuda’ yang mayoritas Sunni, dengan seluruh ilmu
dan politik Taqiyah mereka hidup di tengah tengah Sunni. Ada yang pakai topeng “menjaga
keutuhan NKRI”, namun disisi lain melempar tuduhan tuduhan palsu berdasarkan
dendam kusumat sejarah yang menokohkan Husein segalanya bagi Syiah
Catatan Sunni, tidak
pernah ada syiah yang mengangkat Hasan sebagaimana Husein yang menikah dengan
wanita Persia, mantan tawanan Perang. Sikap berlebihan Syiah menempatkan Husein
itulah yang menjadi dasar tuduhan tuduhan kepada sunni sebagai kelompok yang haram
dan jadah bagi Syiah. Dan menghiasi semua pengikutnya di tanah air dengan
fitnah, berupa pelecehan dan penistaan kepada sahabat Radhiallahu’anhum.
Menukik dan lantang suaranya umbar kebencian pada sunni, yang disinyalir
sebagai kelompok “Nashibi Najis” yang halal darahnya di tumpahkan dan halal
hartanya di rampok.
Sebaik baik Syiah adalah
seburuk buruknya kaum yang menumpang kebesaran Nabi, dengan tujuan
menyimpangkan pengikutnya dari Islam yang benar sesuai sunah. Untuk itu Syiah
membangun opini berdasarkan kitab kitab sesat Syiah, yang bertujuan menggoreng
masa lalu dalam ruangan sejarah.
Muslim Indonesia,
esensinya adalah sebuah parameter dan barometer dunia, karena jumlah Islam yang
mayoritas, mencapai ratusan Juta, sudah pasti menjadi target rebutan Syiah.
Syiah memandang Muslim Indonesia bukan sekedar lahan garapan, tetapi sebagai
puncak kemenangan, sehingga dipandang sangat perlu menguasai Muslim dengan
berbagai bentuk TAQIYAH, membaur dengan kelompok Nasionalis, PKI, dan lainnya
dari aliran sesat dan agama sesat, untuk memudahkan langkah mereka menaklukan
Muslim.
Wadah politik tidak harus
partai Syiah, tetapi partai apa saja yang bisa melindungi populasi Syiah dan
keyakinannya, misalnya dengan cara mengendari partai apa saja dengan memaksa
marga Syiah ikut mendukung partai itu, Take and Give.
Salah satu kasus , Syiah
mampu mendorong lolosnya Buku tanggapan terhadap Fatwa MUI yang menyerang
aqidah dan ajaran Syiah melalui pengakuan Departemen Agama, namun disisi lain Depag bersikap meng-anak tirikan
MUI tanpa sepatah katapun mengeluarkan “Pengantar”. Artinya depag menjadi
departemen yang tidak adil dalam mengatasi kemelut keyakinan, sikap tangan
Depag yang mengulurkan tangannya untuk kebebasan adalah sikap yang berlebihan
dan toleran dengan kesesatan.
Sikap Depag ini memang
sangat di tunggu Syiah untuk lebih melebarkan dan mengepakkan sayap di negeri mayoritas
Muslim ini. Tentu merupakan sikap berlebihan Depag yang cukup berbahaya, seolah
Syiah menjadi bagian dari Islam. Padahal dalam miniatur bangunan Islam, syiah
berada pada Offside, atau di luar aqidah Islam, yang menuntut Islam lenyap dari
muka bumi, dan menempatkan Syiah dan ajarannya yang paling benar.
Seorang Tokoh Provokator
Syiah, yang menjadi refrensi pemikiran Syiah melukiskan Sunni seperti musuh
yang tak perlu di tolerer. Yuusuf Al-Bahraaniy berkata dalam kitabnya sebagai
berikut :
إن إطلاق المسلم على
الناصب وأنه لا يجوز أخذ ماله من حيث الإسلام خلاف ما عليه الطائفة المحقة سلفا
وخلفا من الحكم بكفر الناصب ونجاسته وجواز أخذ ماله بل قتله
“Sesungguhnya
pemutlakan muslim terhadap Naashib (baca : Ahlus-Sunnah) bahwasannya tidak
diperbolehkan mengambil hartanya dengan sebab Islam (telah melarangnya), maka
itu telah menyelisihi apa yang dipahami oleh kelompok yang benar (baca : Syi’ah
Raafidlah) baik dulu maupun sekarang (salaf dan khalaf) tentang hukum kafirnya
Naashib, kenajisannya, dan diperbolehkannya mengambil hartanya, bahkan
membunuhnya” [Al-Hadaaiqun-Naadlirah,
12/323-324 ]
Pemicu kebencian terhadap
Sunni sebagaimana diatas, bagian contoh terkecil dari program Syiah dalam
upayanya meenumpas Islam. Jelas sekali menempatkan MUSLIM di tempat penjagalan
Hewan, lalu di sembelih tanpa kompromi. Adalah sebuah kejahatan berlapis syiah
yang banyak bertebaran dalam kitab kitabnya.
Diriwayatkan oleh guru
mereka, Muhammad bin Ali bin Babawaih Al-Qummi, seorang ulama ahli hadits
terkemuka yang oleh orang-orang Syi’ah diberi gelar Ash-Shaduq dalam kitabnya
Ilal Asy-Syarayi’, hal. 601, terbitan An-Najf, dari Daud bin Furqad, ia
mengatakan,
“Aku bertanya
kepada bapakku Abdullah Alaihissalam, ‘Apa pendapat Anda tentang membunuh
An-Nashib ‘pembangkang’?’ Ia menjawab, ‘Halal darahnya, tetapi aku merasa
khawatir kepadamu. Sedang jika kamu mampu menimpakan dinding atau
menenggelamkannya ke dalam air agar tidak ada seorang pun yang bersaksi atasmu,
maka lakukanlah. Aku bertanya lagi, ‘Dan apa pendapat Anda tentang hartanya?’
Ia menjawab, ‘Sedapat mungkin rampaslah’
Al-Hurru Al-Amili dalam
kitabnya Wasa’il Asy-Syi’ah (XVIII/463), dan oleh Sayid Ni’matullah Al-Jazairi
dalam kitabnya Al-Anwar An-Nu’maniyah (II/307
Mereka mengatakan, “Boleh
hukumnya membunuh An-Nawashib atau para pembangkang dan harta mereka halal.”
Gambaran Syiah yang
brutal dan radikal bukanlah sekedar isapan jelpon Syiah, melainkan tekah
mendarah daging dalam kitab kitab Syiah. Maknanya Nasib umat Islam berada dalam
ancaman dan cengkraman Syiah yang
memandang rendah umat Islam di berbagai negara. Mestinya Indonesia harus bebas
Syiah sebelum terlampat ..............................................
Sebagai salah satu contoh
pembantaian Sunni di Baghdad bagian dari rencana matang Syiah. Al-Khomeini
dalam kitabnya yang cukup populer Al-Hukumah Al-Islamiyah, hal. 142, cetakan
keempat, malah mengatakan,
“Jika tuntutan
taqiyah mengharuskan salah seorang kita masuk dalam komunitas para penguasa, ia
wajib menolaknya, sekalipun penolakan tersebut membuat ia harus dibunuh.
Kecuali jika masuknya tersebut hanya sekedar formalitas demi pembelaan yang
hakiki terhadap Islam dan kaum Muslimin, seperti dilakukan oleh Ali bin Yaqthin
dan Nashiruddin Ath-Thusi Rahimahumallah.”
Coba Anda perhatikan,
bahwa ternyata peristiwa pembantaian massal di Baghdad yang telah diatur Nashiruddin
Ath-Thusi, oleh Khomeini dianggap sebagai bentuk pembelaan yang sejati terhadap
Islam dan kaum Muslimin.7 [Para ulama Syi’ah sangat memuji penjahat dari Thusi
ini. Al-Hurru Al-Amili misalnya, dalam kitab Amal Al-Amal juga memujinya.pujian
juga disampaikan oleh Abdul Husain Syarafuddin dalam An-Nash wa Al-Ijtihad.
Bahkan ia ditempatkan di tempat yang sangat terhormat. Dan masih banyak lagi
ulama Syi’ah yang memujinya. Dengan demikian jelas bahwa orang-orang yang
bersimpati kepada Syi’ah, karena mereka tidak mengetahui sejarah dan
keyakinan-keyakinan Syi’ah. Akibatnya, mereka terkadang begitu bersemangat
membelanya jika sedang berdiskusi tentang masalah-masalah ini. Karena
ketidaktahuannya itulah, sulit bagi mereka untuk menarik kembali dari posisinya.]...
Masihkah umat Islam
percaya Syiah menjadi teman dan kawan pendamping di negeri ini, padahal nyata
mereka bisa menggunting dan menghancurkan dalam lipatan, atau bisa menjadi
bumerang kehancuran bagi mereka yang mentolerer Syiah sebagai bagian dari
Islam. Ajib kita tinggal menunggu saat saat kehancuran .....selama tidak ada
niat dan tekad memposisikan diri sebagai benteng Islam yang siap menghadang
pemikiran Syiah yang banyak menjerat kaum muda.
Seorang doktor Muslim
berkebangsaan India, Yusuf An-Najrami dalam kitabnya Ash-Syi’ah Al-Mizan, hal.
7, terbitan Mesir, mengatakan,
“Sesungguhnya peristiwa-peristiwa Perang Salib
yang dilancarkan oleh orang-orang Kristen melawan umat Islam hanyalah sebuah
lingkaran yang telah diatur oleh kaum Syi’ah untuk mencelakakan Islam dan kaum
Muslimin, seperti yang dituturkan oleh Ibnu Al-Atsir dan para ulama ahli
sejarah lainnya. Upaya mendirikan pemerintahan Dinasti Fatimiyah di Mesir dan
aksi-aksinya, adalah upaya mengaburkan sosok orang-orang Sunni untuk
menjatuhkan sanksi kepada setiap orang yang berani mengingkari
keyakinan-keyakinan Syi’ah. Raja An-Nadir dijatuhi hukuman mati di wilayah New
Delhi oleh hakim Syi’ah bernama Ashif Khan di depan publik. Darah orang-orang
Sunni juga ditumpahkan oleh penguasa Abul Fatah Daud yang juga orang Syi’ah.
Tragedi pembantaian orang-orang Sunni di kota Laknao India yang menelan banyak
korban, adalah hasil rancangan para pemimpin Syi’ah dengan dalih karena mereka
tidak mau berpegang teguh pada Syi’ah yang mengajarkan untuk menghujat ketiga
orang shahabat Radhiyallahu Anhum, pelanggaran Mir Shadiqatas tindakan kriminal
pengkhianatan terhadap penguasa Tibo, dan tikaman yang dilakukan oleh Mir
Ja’far di belakang Al-Amir Sirajud Daulah ….”
Bisa dibayangkan kalau
Sekarang Syiah di Indonesia harus bau membau dengan agama selain Islam yang
nobeni sebagai agama pembunuh dalam sejarah, jutaan manusia musnah di bantai,
lalu harus menjadi Backing Syiah di negeri ini, apa yang bisa kita harapkan
kalau kita belum siap mental mengahadapi Syiah?.................
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: