Zulkarnain El-Madury
Tulisan ini di ilhami
oleh Diskusi kecil di ruangan Group WA , Syiah Vs Sunni. Antara lasykar Syiah
yang bertebaran di WA dengan berbagai kilahnya yang mencerminkan watak orang
yang keras kepala dan tidak mau mengalah dalam diskusi. Pembenaran demi
pembenaran dilakukan mereka, agar supaya tercapai maksud hati mereka perdayakan
umat, menjadi bagian dari Syiah.
Soal ngakali umat
misalnya, tak perlu ditanya pada Syiah, mereka punya segudang jurus untuk
mengelabui sunni. Tak jarang sunni banyak yang terbius syiah, karena senjata
yang dipakai Syiah adalah, sedapat dapatnya melemahkan argumen Sunni. Terutama
kalangan muda suni di Indonesia, banyak yang terjebak Syiah, terpesona oleh
uraian uraian Syiah, dan memang Syiah paling pakar dalam menyesatkan para Pemuda
Muslim yang cerdas tetapi tak terbimbing ilmu Islam.
Salah satu kitab yang
paling melandasi pemikiran Syiah adalah kitab Al Qunduzi al Hanafi, entah
tulisan ini kitab sandaran nama belaka kepada beliau atau memang beliau
termasuk ashnaf Rafidhi yang sekelas dengan ulama ualam lainnya, pada jajaran
ulama ulama Syiah ghuluw, berlebihan dalam meyakini ahlul bait. Padahal menurut
ulama Syi’ah, Agha Bazrak Tahrani, “Kitab tersebut tergolong karya tulis ulama
Syi’ah”, lihat al-Dzari’ah ila Tashanif al-Syi’ah (vol.25, hal.290 sumber
internet: http://gadir.free.fr/Ar/k/b/b/al_Zaria/marja/al-zariya/index.htm).
Artinya kitab terasebut
kitab jiplakan, kitab kloningan supaya laris dan menyedot perhatian umat Islam.
Terlebih kalau melihat sosok Syaikh Sulaiman bin Ibrahim al Qundusy, disana ada
penjelasan yang makin meyakinkan bahwa kitab Yunabi Al Mawaddah, lebih tepat
disebut kitab kloningan, duplikat dari kitab kitab lain, yang menjadi refrensi
Sulaiman. Sebetulnya agak aneh bersikeras menilai keyakinan seseorang hanya
berdasarkan namanya. Dan kenyataannya, tidak selamanya orang yang bergelar
al-Hanafi selalu mempunyai aqidah ahlus sunnah.
ميزان الاعتدال 4|171 برقم 8736
مفضل بن محمد بن مسعر القاضى، أبو المحاسن التنوخى الحنفي.
معتزلي شيعي مبتدع.
حدث عنه الشريف النسيب
Di dalam mizanul I’tidal
disebutkan seseorang yang bernama Mufadhdhal bin Muhammad, bergelar al-Hanafi,
tetapi disebut sebagai mu’tazili, syi’i dan ahli bid’ah.
Itu pernyataan ulama
hadits, menjadi sandaran penafian kita pada kitab Syiah, selain memang
merupakan kitab kloningan dari kitab lainnya dari kitab Syiah.
Selanjutnya, bukti-bukti
yang disertakan dalam artikel answering-ansar.org tersebut tidak ada yang
secara jelas menyebutkan aqidah al-Qunduzi. Oleh karena itu lebih baik langsung
meluncur saja ke TKP, yaitu kitab Yanabi’ul Mawaddah, untuk melihat sumber
riwayat hadits yang disebut berasal dari Ibnu Abbas (radhiallahu ‘anhu).
Di dalam Yanabi’ul
Mawaddah juz 3 disebutkan 2 riwayat terkait dg bahasan ini, yang dimarfu’kan
kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam :
Aku dan ‘Ali dan
al-Husain dan al-Hasan dan sembilan putera al-Husain adalah tersucikan dan
ma’shuumuun.
Berikut teks lengkapnya.
1 - وعن ابن عباس (رضي الله عنهما) قال: سمعت رسول الله
(ص) يقول: أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون..
http://yasoob.com/books/htm1/m025/29/no2920.html
(lihat hal 291)
Riwayat pertama ini
terdapat catatan kaki yang menunjukkan sumbernya, yaitu ‘Uyunul akhbar
ar-Ridha. Sebagaimana diketahui kitab tersebut adalah buah tangan Syaikh Shaduq
(Syaikh Abu Ja’far Muhammad bin ‘ali bin Babawaih al-Qummi).
2 -وفيه: عن الاصبغ بن نباتة، عن ابن عباس رفعه: أنا
وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون.
http://yasoob.com/books/htm1/m025/29/no2920.html
(lihat hal 384)
Riwayat kedua ini
berdasarkan BAB-nya, adalah kumpulan riwayat tentang al-Mahdi yang terdapat
dalam Ghayatul maraam (al-Bahraani). Kemudian dengan melihat riwayat yang
tersebut diatasnya, terlihat bahwa riwayat tersebut diambil juga dari Fara’id
as-Simthin (al-Juwaini). Untuk ghayatul Maraam, jelas itu adalah sumber Syi’ah,
penulisnya adalah sayyid Hasyim al-Bahrani, pemilik al-Burhan fi tafsir
al-Qur'an. Sedangkan al-Juwaini ini statusnya sama seperti al-Qunduzi, yaitu
disebut-sebut sebagai ulama’ sunni.
Oleh karena itu mari kita
lihat dalam Fara’id as-Simthin Juz 2. Dalam bab Fii Ishmah al-A’immah min Aal
Muhammad Shallallahu ‘Alaihim Ajma’in, setelah menyebutkan beberapa nama ulama’
:
قالوا كلّهم : أنبأنا الشيخ
أبو جعفر محمد بن عليّ بن بابويه القمّي(3) قال : أخبرنا علي بن [ محمد بن ] عبد
الله الوراق الرازي ، قال : أخبرنا سعد بن عبد الله
قال : أنبأنا الهيثم بن أبي
مسروق النهدي عن الحسين بن علوان ، عمرو بن خالد ، عن سعد بن طريف ، عن الأصبغ بن
نباتة :
عن عبد الله بن عباس ، قال
: سمعت رسول الله (صلّى الله عليه وسلّم) يقول : أنا وعليّ والحسن والحسين وتسعة
من ولد الحسين مطهّرون معصومون
Kalau melihat riwayat
dalam fara’id as-simthin diatas, justru jelas disebutkan bahwa sumber riwayat
tersebut adalah Syaikh Abu Ja’far Muhammad bin ‘ali bin Babawaih al-Qummi, atau
dikenal juga dengan Syaikh Shaduq.
Untuk klarifikasi, mari
kita lihat Kamaluddin-nya syaikh Shaduq :
كمال الدين و تمام النعمة
ابي جعفر محمدبن علي بن
الحسين بن بابويه القمي المعروف بالشيخ الصدوق
(305 - 381ه)
حدثنا علي بن عبد الله
الوراق الرازي قال : حدثنا سعد بن عبد الله قال : حدثنا الهيثم بن أبي مسروق
النهدي ، عن الحسين بن علوان ، عن عمر ابن خالد ، عن سعد بن طريف ، عن الاصبغ بن
نباته ، عن عبد الله بن عباس قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وآله يقول : أنا
وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون
http://www.rafed.net/books/hadith/kamal/15.html
(lihat hal 280, hadits no :28)
Sekarang mari kita lihat
Ghayatul Maraam :
قالوا كلهم: أنبأنا الشيخ
أبو جعفر محمد بن علي بن بابويه القمي رضي الله عنه قال: أخبرنا علي بن عبد الله
الوراق الرازي قال: أنبأنا سعد بن عبد الله قال: أنبأنا الهيثم بن أبي مسروق
النهدي، عن الحسن بن علوان، عن عمر بن خالد، عن سعيد بن طريف عن الأصبغ بن نباتة،
عن عبد الله بن عباس قال: سمعت رسول الله (صلى الله عليه وآله) يقول: " أنا
وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون
http://www.aqaed.com/book/327/gh-mram1-13.html
(hal. 142)
Teks dari Ghayatul Maraam
sama persis dengan yang ada di Fara’id as-Simthin. Tidak aneh, karena dari
catatan kakinya memang disebutkan bahwa sumbernya adalah Fara’id as-Simthin.
Setelah kita melihat
sumber- sumber yang digunakan oleh penulis Yanabi’ul mawaddah, jelas sekali bahwa
literatur yang ada adalah milik Syi’ah. Jadi intinya, sepanjang-panjangnya
mulut, dengan berbagai alasan untuk mengatakan al-Qunduzi sebagai ulama’ Sunni
adalah tidak ada gunanya, toh sumber riwayat yang ada ujung-ujungnya adalah
Syaikh Shaduq.
Terakhir, sedikit lagi
tambahan, sudah kepalang tanggung. Kita lihat lagi riwayat Ibn 'Abbas diatas,
kita lihat dari si empunya saja yaitu yang ada di Kamaluddin :
حدثنا علي بن عبد الله
الوراق الرازي قال : حدثنا سعد بن عبد الله قال : حدثنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي
، عن الحسين بن علوان ، عن عمر ابن خالد ، عن سعد بن طريف ، عن الاصبغ بن نباته ،
عن عبد الله بن عباس قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وآله يقول : أنا وعلي
والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون
Perhatikan sanadnya,
siapakah ‘Ali bin ‘Abdullah al-Warraq ar-Raaziy ? Di dalam kitab al-mufid min
mu’jam ar-rijal al-hadiits Muhammad al-Jawaahiriy ternyata ‘Ali bin ‘Abdullah
al-Warraq adalah majhul.
الصحيح ما في الطبعة
الحديثة وهو علي بن عبد الله الوراق الرازي " المجهول الآتي 8292 " كما
روى في الفقيه بهذا العنوان عن سعد بن عبد الله
Kesimpulannya, riwayat
dari Ibnu ‘Abbas tersebut jelas bersumber dari literatur Syi’ah, dan sanadnya
sendiri ternyata cacat (menurut kitab al-mufid mu’jam ar-rijal al-hadiits,
ringkasan dari mu’jam rijal al hadiits al-Khu’i).
Dan akhirnya, pertanyaan
"Dalil apakah yang menjelaskan kema’shuman 12 imam Syi’ah diluar ahlul
Kisaa’ ?"
Buku Yunabi’ Al Mawaddah ditulis tahun 1291 H. Sehingga
perlu diangkat sejelas jelasnya, dari mana sumber hadits yang ada dalam kitab tersebut, karena
tenggang waktunya yang cukup jauh
Nama lengkap dari judul kitab ini adalah Yanabi` al-Mawaddah la Dhi al-Qurba min Ahl al-`Iba '. Nama penulis: Sulaiman bin Ibrahim juga dikenal sebagai Khwajah Kulan ibn Muhammad (Baba Khwajah) bin Ibrahim bin Muhammad Ma`ruf ibn al-Syaikh al-Sayyid Tarsun al-Baqi al-Husayni al-Balkhi al-Qunduzi. Ia umumnya disebut sebagai Syekh Sulaiman al-Qunduzi. Di akhir buku ini ia menulis:
Nama lengkap dari judul kitab ini adalah Yanabi` al-Mawaddah la Dhi al-Qurba min Ahl al-`Iba '. Nama penulis: Sulaiman bin Ibrahim juga dikenal sebagai Khwajah Kulan ibn Muhammad (Baba Khwajah) bin Ibrahim bin Muhammad Ma`ruf ibn al-Syaikh al-Sayyid Tarsun al-Baqi al-Husayni al-Balkhi al-Qunduzi. Ia umumnya disebut sebagai Syekh Sulaiman al-Qunduzi. Di akhir buku ini ia menulis:
Dengan pujian dari Allah
dan rahmat-Nya Penyusunan Yanabi` al-Mawaddah li Dhi al-Qurba min Ahl al-`Iba
'telah selesai, Pagi , Senin, hari
kesembilan Ramadhan 1291 H.
Kitab ini disusun pada abad kedua belas (tepatnya
1291 H.). Penulis mengumpulkan bahan bahan dari berbagai kitab yang berbeda
yang ditulis menulis tentang kebajikan dan manfaatnya. Penulis mengambil
refrensi dari kitab kitab Syiah dan sumber Sunni. Beberapa kitab diantaranya
adalah produk dari para ekstrimis Syiah Penulisnya mengambil secara acak dari kitab kitab tersebut. Kita akan menyebutkan beberapa kitab kitab ini di sini.
Kitab Sulaim bin Qais
al-Hilali
Kitab al-Muwalat dari Ibn
`Aqdah
Kitab Maqtal Abu Mikhaf
(Luth ibn Yahya)
Kitab al-Ghaybah oleh
Muhammad ibn Hasan ibn `Ali al-Tusi
Kitab al-Manaqib oleh
Akhtab Khawariz
Kitab al-Bayan fi Akhbar
Sahib al-Zaman oleh Muhammad ibn Yusuf al-Kanji Kashf al-Ghummah oleh Syaikh
`Ali ibn` Isa al-Ardabili, dll
Kitab kitab ini semua
adalah karya ekstremis Syiah. Selain itu, ia termasuk riwayat dari
banyak buku dari fada'il (keutamaan] yang mengandung bermacam-macam refrensi .
Kitab ini berasal dari sumber sumber riwayat (shahi , da`if, maudu`, munkar
dll).
Artinya sebuah kitab
campur aduk yan tak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah [ Bersambung]
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: