Oleh Zulkarnain El-Madury
Menyingkap
tabir siapa pembunuh Husein, sebenarnya bukan mesteri, melainkan
fakta yang terang menderang. Seperti keterlibatan dan peran besar Rafidhah
dalam pembantaian Husein terancang sedemikian rupa, sehingga melibatkan banyak
tokoh sunni sebagai korbannya, skenario jitu Rafidhah yang paling banyak
mengumbar cinta Ahlul bait, padahal mereka dalang dari semua rencana busuk yang
mengakibatkan kematian Husein sangat mengerikan.
Politik
busuk Rafidhah memang sampai sekarang masih saja berkedok ahlul bait, meskipun
sejarah berulang kali menerangkan
skandal kejahatannya, merinci awal sebelum dan sesudahnya pembunuhan Husein,
hingga sekarang tetap Rafidhahlah yang paling ambisi menebar permusuhan kepada
sunni, membuat pernyataan pernyataan miring tentang sunni. Sambil mengecap
seoilah Husein adalah ahlul bait yang dipuja mereka, persis halnya para munafiq
yang berlindung dibalik kemenangan Islam, begitu Rafidhah berlindung di balik
kecintaan Husein dengan membunuh Husei.
Banyak fakta
keterlibatan Rafidhah, perencana dan perancang pembunuhan Husein, meskipun
sekarang mereka bersama pengikutnya menambatkan cinta palsunya sebagai pembela
agama Ahlul bait, sedangkan mereka hanya ahlul fitnah dan fasiq yang meramaikan
fitnah dalam dunia Islam. Berikut ini faktanya :
Bahkan referensi Syi’ah yang tersohor Muhsin al-Amin dalam A’yaan asy-Syi’ah (jilid I, hal 32) berkata, “Kemudian 20.000 penduduk Irak yang telah membai’at Husain mengkhianatinya dan meninggalkannya, padahal tali bai’at masih tergantung di leher mereka. Kemudian mereka membunuh al-Husain.”
Dalam kitab al-Ihtijaj karangan ath-Thabarsy (hal 306) disebutkan, ((Bahwa Ali bin Husain yang dikenal dengan julukan Zainal Abidin berkata: “Wahai para manusia, demi Allah tahukah kalian bahwa sesungguhnya kalian-lah yang telah menulis surat terhadap bapakku, lantas kalian tipu dia?! Kalian telah berjanji dan membai’at bapakku lantas kalian bunuh dan terlantarkan dia?! Celakalah kalian atas apa yang telah kalian lakukan. Bagaimana kelak kalian bisa memandang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala beliau kelak berkata, ‘Kalian telah membunuh keluargaku dan kalian rusak kehormatanku, sesungguhnya kalian bukanlah dari golongan kami!’”)).
Dalam kitab Maqtal al-Husain karangan Murtadha ‘Ayyad (hal 83) dan dalam kitab Nafs al-Mahmum karangan ‘Abbas Al Qummy (hal 357) disebutkan, ((Tatkala Imam Zainal Abidin rahimahullah lewat dan melihat orang Kufah menangis dan meratap (berkabung atas meninggalnya Husain), beliau membentak mereka seraya berkata, “Kalian meratapi diri kami??! Lantas siapakah yang membunuh kami? (kalau bukan kalian?? -pen)”)). Hal yang senada disebutkan dalam kitab al-Ihtijaj karya ath-Thabarsy (hal 304).
Ini bukti bahwa Rafidhan perannya luar biasa dalam pembunuhan Husein, anehnya kebencian itu dilemparkan kepada Sunni, sedangkan penyusun program dosa tersebut dilakukan para biang kerok Rafidhah. Dari ulasan diatas makin jelas siapa Rafidhah, kalau bukan mereka yang sok cinta Ahlul bait, menjadi legalisasi mereka membantai Husein. Mereka adalah para pengkhianat, penipu ulung yang tiada tolok bandingnya. Bahkan mereka pula yang kelak mendirikan agama Syiah dengan pentas panggungnya bertemakan cinta agama ahlul bait.
Kitab kitab Syiah sendiri menjadi saksi kejahatan dan kedzaliman Syiah Rafidhah, untuk memicu konflik lebih jauh, baik berupa ghaswul fikri atau perang fisik. Mereka yang meniup pembantaian Husein juga sebagai Trouble Maker dalam Islam dengan menampilkan tulisan tulisan bernuansa hujatan terhadap sahabat nabi, yang sama sekali tak pernah dilakukan Husein dan keluarga besarnya. Rafidhahla yang mengatur semua rencana busuk itu, hingga sejarah harus meng-abadikan ketidak adilan terhadap Sunni, bahkan dituduh sebagai pemecah belah umat.
Selain itu terjadi diskriminasi terhadap para sahabat, ritual memperingat pembantaian Husein semacam ini tidak pernah ada contoh dari Nabi SAW. Maka, benarlah apa yang dikatakan Syaikh Abdul Aziz Ath-Thuraifi ketika menyangkal ritual bidah yang telah bertahun-tahun menjadi tradisi kaum Syiah tersebut. Alasan-alasan yang beliau kemukakan adalah sebagai berikut:
Pertama: Ketika terbunuhnya Hamzah bin Abdul Muthalib, tidak ada peringatan dan hari berduka cita yang diperuntukkan Nabi SAW untuknya. Padahal, Hamzah menjadi korban paling agung di zaman Nabi SAW. Ia dibunuh dan jasadnya dicincang-cincang. Saat melihat jenazahnya pun, Nabi SAW menangis dan berkata, “Saya tidak akan ditimpa musibah seperti ini selamanya.”
Kedua: Seandainya secara logika apa yang dilakukan Syiah seperti menangis dan menampar-nampar pada hari terbunuhnya Husain itu sah, maka akan diperbolehkan bagi umat untuk melakukannya tiap hari dalam setahun. Karena tidak ada hari dalam setahun yang kosong dari meninggalnya seorang Imam.
Ketiga: Ali bin Abi Thalib dibunuh dengan zalim, dan anak beliau, Husain hidup selama 21 tahun sepeninggalnya. Husain sama sekali tidak membuat peringatan duka cita atas meninggalnya sang ayah. Lantas, kenapa Syiah tidak melakukan peringatan yang sama kepada Ali, sebagaimana mereka memperingati hari kematian Husain? Padahal, Ali lebih afdhal daripada Husain.
Kalau Syiah memang mencintai Ahlul bait dan memndang Ali lebih utama sebagaia tokoh paling terhormat, mengapa tidak ada peringatan Maulid ali atau mengagungkan kebesaran Ali, dibandingkan kebesaran Husein. Disinilah letak kebohongan kecintaan mereka pada ahlul bait Rasulullah shallallahu’alahi wasallam.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: