Syiahindonesia.com - Perang Suriah menjadi salah satu yang paling sengit dan paling kejam dalam perang yang pernah disaksikan dunia. Selain menyebabkan gejolak, perang juga telah menampilkan tampilan mengerikan dari rezim Bashar Asad yang terang-terangan mengabaikan hukum internasional dan aturan etika. Sebuah laporan yang baru-baru ini dirilis oleh Persatuan Organisasi Pelayanan Medis dan Bantuan (UOSSM) dan PAC mengungkapkan bahwa rezim Asad terus menargetkan rumah sakit.
Serangan gas kimia pekan lalu di sebuah klinik medis di Idlib, dekat perbatasan Turki, ditambah dengan penghancurkan semua rumah sakit di Aleppo, terlihat November lalu, membuktikan bahwa rezim tidak terikat dengan prinsip kemanusiaan dan moral.
Setelah melakukan beberapa survei, laporan 90 halaman UOSSM mengungkapkan bahwa rezim Asad telah berulangkali melakukan serangan udara dan serangan sistematis, menargetkan rumah sakit dan klinik medis, dan juga menghancurkan fasilitas medis yang baru dibangun secara sengaja, lansir Daily Sabah pada Kamis (13/4/2017).
Laporan itu mengatakan, dua survei pertama telah diselesaikan di bulan April 2015 dengan mengakses 113 rumah sakit. Pada Desember 2016, 107 rumah sakit (63 di wilayah utara dan 44 di selatan) telah keluar dari layanan dari 130 rumah sakit yang
didokumentasikan dalam dua wilayah. Mereka menyimpulkan bahwa rumah sakit dan klinik medis di Suriah harus dibentengi untuk menahan serangan udara.
“Hasil survei menunjukkan bahwa semua rumah sakit ditargetkan setidaknya sekali dengan serangan udara langsung atau tidak langsung. Dan beberapa telah ditargetkan hingga 25 kali. Tiga perempat dari rumah sakit yang ada saat ini merupakan rumah sakit lapangan yang didirikan di gedung-gedung yang sudah ada yang awalnya tidak dirancang sebagai rumah sakit.
Tidak seperti survei sebelumnya, penelitian ini menunjukkan bahwa langkah-langkah keamanan sangat dibutuhkan untuk melindungi rumah sakit, ujar laporan. Laporan juga menegaskan bahwa jumlah dokter dan staf medis tidak cukup sama sekali.
“Sejumlah besar profesional kesehatan berbagi layanan mereka dengan beberapa rumah sakit. Bahkan lebih dari 40 persen dari dokter yang da, terlepas dari spesialisasi mereka, bekerja di lebih dari satu rumah sakit. Selain itu, kami mengamati bahwa jumlah residen medis sangat langka dibandingkan dengan jumlah spesialis.”
Laporan menambahkan, rumah sakit sangat tidak lengkap dan kekurangan staf serta peralatan medis. Juga menggarisbawahi fakta bahwa rezim Asad mulai meningkatkan serangan terhadap rumah sakit lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Pada 2016, kebanyakan rumah sakit menjadi sasaran langsung oleh serangan udara setidaknya dua kali, dengan rata-rata tiga serangan per rumah sakit. Beberapa rumah sakit, misalnya di pinggiran Damaskus, pernah menjadi sasaran 25 kali serangan udara, “ungkap laporan. (haninmazaya/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Serangan gas kimia pekan lalu di sebuah klinik medis di Idlib, dekat perbatasan Turki, ditambah dengan penghancurkan semua rumah sakit di Aleppo, terlihat November lalu, membuktikan bahwa rezim tidak terikat dengan prinsip kemanusiaan dan moral.
Setelah melakukan beberapa survei, laporan 90 halaman UOSSM mengungkapkan bahwa rezim Asad telah berulangkali melakukan serangan udara dan serangan sistematis, menargetkan rumah sakit dan klinik medis, dan juga menghancurkan fasilitas medis yang baru dibangun secara sengaja, lansir Daily Sabah pada Kamis (13/4/2017).
Laporan itu mengatakan, dua survei pertama telah diselesaikan di bulan April 2015 dengan mengakses 113 rumah sakit. Pada Desember 2016, 107 rumah sakit (63 di wilayah utara dan 44 di selatan) telah keluar dari layanan dari 130 rumah sakit yang
didokumentasikan dalam dua wilayah. Mereka menyimpulkan bahwa rumah sakit dan klinik medis di Suriah harus dibentengi untuk menahan serangan udara.
“Hasil survei menunjukkan bahwa semua rumah sakit ditargetkan setidaknya sekali dengan serangan udara langsung atau tidak langsung. Dan beberapa telah ditargetkan hingga 25 kali. Tiga perempat dari rumah sakit yang ada saat ini merupakan rumah sakit lapangan yang didirikan di gedung-gedung yang sudah ada yang awalnya tidak dirancang sebagai rumah sakit.
Tidak seperti survei sebelumnya, penelitian ini menunjukkan bahwa langkah-langkah keamanan sangat dibutuhkan untuk melindungi rumah sakit, ujar laporan. Laporan juga menegaskan bahwa jumlah dokter dan staf medis tidak cukup sama sekali.
“Sejumlah besar profesional kesehatan berbagi layanan mereka dengan beberapa rumah sakit. Bahkan lebih dari 40 persen dari dokter yang da, terlepas dari spesialisasi mereka, bekerja di lebih dari satu rumah sakit. Selain itu, kami mengamati bahwa jumlah residen medis sangat langka dibandingkan dengan jumlah spesialis.”
Laporan menambahkan, rumah sakit sangat tidak lengkap dan kekurangan staf serta peralatan medis. Juga menggarisbawahi fakta bahwa rezim Asad mulai meningkatkan serangan terhadap rumah sakit lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Pada 2016, kebanyakan rumah sakit menjadi sasaran langsung oleh serangan udara setidaknya dua kali, dengan rata-rata tiga serangan per rumah sakit. Beberapa rumah sakit, misalnya di pinggiran Damaskus, pernah menjadi sasaran 25 kali serangan udara, “ungkap laporan. (haninmazaya/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: