Syiahindonesia.com - Bagi syiah, orang yang melakukan safar, puasanya batal. Artinya, dia wajib berbuka. Lebih ajaib lagi, hanya dengan melintasi jembatan yang memisahkan dua daerah, sudah dianggap safar dan wajib berbuka.
Kesaksian Dr. Thaha Ad-Dailami dalam buku beliau Siyahah fi ‘Alam Tasyayyu’ (Perjalanan di Negeri Syiah), menurut beliau,
Orang syiah terlau menganggap mudah dalam memberikan udzur berbuka. Mereka mewajibkan berbuka untuk setiap safar dengan jarak paling dekat. Sebagai contoh, ada siswa yang hendak menjalani masa ujian. Tokoh mereka memfatwakan agar siswa ini melakukan safar dekat setiap hari ke derah yang dekat, jarak perjalanan pulang pergi ditotal menjadi jarak safar. Kemudian dia boleh tidak puasa.
Yang lebih menyedihkan, mereka tidak memastikan apakah itu harus diqadha ataukah gugur kewajiban.
Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mewajibkan orang yang safar untuk berbuka puasa. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya, tentang hukum puasa ramadhan ketika safar. Jawab Anas:
سَافَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ، فَلَمْ يَعِبِ الصَّائِمُ عَلَى الْمُفْطِرِ، وَلَا الْمُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ
“Kami pernah safar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ramadhan, orang yang puasa tidak mencela yang tidak puasa dan yang tidak puasa juga tidak mencela yang puasa.” (HR. Muslim 1118).
Dalam riwayat lain, Anas mengatakan,
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي السَّفَرِ، فَمِنَّا الصَّائِمُ وَمِنَّا الْمُفْطِرُ
“Kami pernah melakukan safar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada diantara kami yang puasa dan ada yang tidak puasa.” (HR. Muslim 1119).
Dan masih sangat banyak riwayat yang menyebutkan puasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika safar. (konsultasisyariah)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Kesaksian Dr. Thaha Ad-Dailami dalam buku beliau Siyahah fi ‘Alam Tasyayyu’ (Perjalanan di Negeri Syiah), menurut beliau,
Orang syiah terlau menganggap mudah dalam memberikan udzur berbuka. Mereka mewajibkan berbuka untuk setiap safar dengan jarak paling dekat. Sebagai contoh, ada siswa yang hendak menjalani masa ujian. Tokoh mereka memfatwakan agar siswa ini melakukan safar dekat setiap hari ke derah yang dekat, jarak perjalanan pulang pergi ditotal menjadi jarak safar. Kemudian dia boleh tidak puasa.
Yang lebih menyedihkan, mereka tidak memastikan apakah itu harus diqadha ataukah gugur kewajiban.
Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mewajibkan orang yang safar untuk berbuka puasa. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya, tentang hukum puasa ramadhan ketika safar. Jawab Anas:
سَافَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ، فَلَمْ يَعِبِ الصَّائِمُ عَلَى الْمُفْطِرِ، وَلَا الْمُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ
“Kami pernah safar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ramadhan, orang yang puasa tidak mencela yang tidak puasa dan yang tidak puasa juga tidak mencela yang puasa.” (HR. Muslim 1118).
Dalam riwayat lain, Anas mengatakan,
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي السَّفَرِ، فَمِنَّا الصَّائِمُ وَمِنَّا الْمُفْطِرُ
“Kami pernah melakukan safar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada diantara kami yang puasa dan ada yang tidak puasa.” (HR. Muslim 1119).
Dan masih sangat banyak riwayat yang menyebutkan puasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika safar. (konsultasisyariah)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: