Syiahindonesia.com - Sekitar 40.000 pengungsi Suriah menderita pemadaman listrik di jam sibuk di kamp Sulaiman Shah yang terletak di kota Akcakala, Tel Abyad, provinsi Sanliurfa. Pemadaman listrik yang terjadi di tengah panas terik, memaksa sebagian besar pengungsi meninggalkan tenda mereka.
Pengungsi mengatakan bahwa mereka menutupi tubuh mereka dengan air untuk menghilangkan rasa panas setelah pemadaman listrik dimulai pada pukul 13.00-16.30 dalam beberapa minggu terakhir. Pada Senin (10/7/2017), waktu penjatahan listrik diubah menjadi 8-11 pagi, lansir Zaman Alwasl.
Berbicara kepada Zaman Alwasl, Haj Mahmoud, seorang penduduk kamp, menjelaskan bahwa anak-anak berkumpul di Al-Hamamat. Kawasan ini mencakup puluhan pemandian umum tempat anak-anak berenang dan mencoba melepaskan diri dari hawa panas. Dengan dimulainya bulan Juli, suhu daerah tersebut telah meningkat menjadi 40 derajat celcius.
Haj Mahmoud mengatakan antara 40.000-42.000 pengungsi Suriah tinggal di sekitar 6.000 tenda dalam keadaan seperti ini. Menurut perhitungannya, persentase penduduk tertinggi di kamp tersebut berasal dari provinsi Deir Azzur dan Raqqa, diikuti oleh provinsi Idlib dan Aleppo.
Dia menjelaskan bahwa kamp Sulaiman Shah adalah satu-satunya kamp yang administrasinya memberlakukan penjatahan listrik pada penghuninya. Ia menambahkan, warga juga menghadari perbedaan harga pangan karena sebagian besar makanan yang masuk ke kamp tersebut sekitar 25% lebih mahal.
Warga juga mengatakan perawatan medis di klinik kamp bukan yang terbaik. Mereka menyebutkan bahwa pasien menerima obat resep sehari setelah atau bahkan dua hari setelah melakukan pemeriksaan, walaupun pasien memerlukan sedikit penghilang rasa sakit untuk meringankan rasa sakit mereka saat menunggu obat yang diperlukan.
Kamp Sulaiman Shah terletak di Akcakala, Turki. Kamp tersebut mencakup 10 distrik masing-masing dengan empat bagian kode warna. (haninmazaya/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Pengungsi mengatakan bahwa mereka menutupi tubuh mereka dengan air untuk menghilangkan rasa panas setelah pemadaman listrik dimulai pada pukul 13.00-16.30 dalam beberapa minggu terakhir. Pada Senin (10/7/2017), waktu penjatahan listrik diubah menjadi 8-11 pagi, lansir Zaman Alwasl.
Berbicara kepada Zaman Alwasl, Haj Mahmoud, seorang penduduk kamp, menjelaskan bahwa anak-anak berkumpul di Al-Hamamat. Kawasan ini mencakup puluhan pemandian umum tempat anak-anak berenang dan mencoba melepaskan diri dari hawa panas. Dengan dimulainya bulan Juli, suhu daerah tersebut telah meningkat menjadi 40 derajat celcius.
Haj Mahmoud mengatakan antara 40.000-42.000 pengungsi Suriah tinggal di sekitar 6.000 tenda dalam keadaan seperti ini. Menurut perhitungannya, persentase penduduk tertinggi di kamp tersebut berasal dari provinsi Deir Azzur dan Raqqa, diikuti oleh provinsi Idlib dan Aleppo.
Dia menjelaskan bahwa kamp Sulaiman Shah adalah satu-satunya kamp yang administrasinya memberlakukan penjatahan listrik pada penghuninya. Ia menambahkan, warga juga menghadari perbedaan harga pangan karena sebagian besar makanan yang masuk ke kamp tersebut sekitar 25% lebih mahal.
Warga juga mengatakan perawatan medis di klinik kamp bukan yang terbaik. Mereka menyebutkan bahwa pasien menerima obat resep sehari setelah atau bahkan dua hari setelah melakukan pemeriksaan, walaupun pasien memerlukan sedikit penghilang rasa sakit untuk meringankan rasa sakit mereka saat menunggu obat yang diperlukan.
Kamp Sulaiman Shah terletak di Akcakala, Turki. Kamp tersebut mencakup 10 distrik masing-masing dengan empat bagian kode warna. (haninmazaya/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: