Oleh Zulkarnaen El-Madury
Ledekan Syiah seringkali melampaui batas, karena dorongan
kebencian yang amat dalam selalu mengedepan pikiran kotor dan jorok terhadap
sahabat sahabat Nabi yang banyak berperan dalam dakwah Islam. Contohnya Umar
bin Khattab, sahabat Nabi yang paling dikorbankan oleh Syiah, menjadi tumbal
amarah mereka penuh dengan caci maki dan hujatan yang tiada terkira. Pengangkat
Abu Bakar sebagai Khalifah dipandang Syiah sebagai bentuk penyeroboton dan
garong yang banyak dosanya, termasuk Umar tidak lepas dari tuduhan Rafidhah
secara membabi buta.
Padahal bukan alasan mendasar kebencian itu tertanam pada
diri mereka, hingga semua rahbar Rafidhah terlibat pergumulun cercaan terhadap
semua sahabat, terutama Abu Bakar dan dan Umar menunai laknat, musuh bebuyutan
mereka. Tetapi alasan mendasar yang membuat Syiah meradang sepanjang sejarah
terhadap para sahabat berujung pangkal dari robohnya monarkhi Persia yang
berumur ribuan tahun. Bukan waktu yang dekat menikmati indahnya kekuasaan, tiba
tiba bagaikan angin terpedo datang menggusur, Persia menjadi debu yang
berterbangan diterpa kalimatul hak menuntut terkuburnya Persia selamanya.
Ledekan Syiah yang paling lucu adalah pandangannya terhadap
hadits yang menggambarkan Umar akan membakar rumah Fatimah dan Ali yang menjadi
tempat berkumpulnya pro Ali dalam masalah khilafah atau pengganti Rasulullah.
Hingga terjadi arus pemikiran terbalik di tengah masyarakat Islam, bahwa Umar
terlalu sades mengeluarkan ancaman terhadap Fatimah, sedangkan fatimah adalah
sosok Putri Nabi yang paling dicintai Nabi.
Tetapi dalam kasus Khilafah ini terasa terdapat kesenjangan
antara sahabat, seolah begitu tulisan tulisan Syiah dan ingin mengidikasikan
pada sunni, kalau Umar itu biadab sebagaimana situs situs Syiah yang menjadi
rujukan para sporter Syiah yang gaung bersambut meledek Umar bin Khattab. Yang lebih
lucu lagi, para sporter Syiah tersebut berlagak ahli hadits semua meskipun
hanya mengutip dari rahbar Syiah yang cukup banyak di Internet.
Diantara Judul yang ada di Internet dan ditulis Rafidhah,
judulnya sebagai berikut : “ Pembakaran Rumah Fatimah Oleh Umar”. Judul
boombabtis tersebut untuk mengesankan Umar bin Khattab begal dimata pembacanya.
Dan menuntut perhatian Muslim agar terlibat berduka bersama mereka terhadap
nasib Fatimah yang diancam Umar. Luar biasa Skenario Syiah dalam bikin drama
drama untuk membuat pembaca terpesona.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ
عُمَرَ ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ ، عْن أَبِيهِ أَسْلَمَ ؛ أَنَّهُ حِينَ
بُويِعَ لأَبِي بَكْرٍ بَعْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، كَانَ عَلِيٌّ
وَالزُّبَيْرُ يَدْخُلاَنِ عَلَى فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه
وسلم ، فَيُشَاوِرُونَهَا وَيَرْتَجِعُونَ فِي أَمْرِهِمْ ، فَلَمَّا بَلَغَ
ذَلِكَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ خَرَجَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى فَاطِمَةَ ، فَقَالَ :
يَا بِنْتَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وَاللهِ مَا مِنْ الْخَلْقِ أَحَدٌ
أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ أَبِيك ، وَمَا مِنْ أَحَدٍ أَحَبَّ إِلَيْنَا بَعْدَ
أَبِيك مِنْك ، وَأَيْمُ اللهِ ، مَا ذَاكَ بِمَانِعِيَّ إِنَ اجْتَمَعَ هَؤُلاَءِ
النَّفَرُ عِنْدَكِ ، أَنْ آمُرَ بِهِمْ أَنْ يُحَرَّقَ عَلَيْهِمَ الْبَيْتُ
قَالَ : فَلَمَّا خَرَجَ عُمَرُ جَاؤُوهَا ، فَقَالَتْ : تَعْلَمُونَ أَنَّ عُمَرَ
قَدْ جَاءَنِي ، وَقَدْ حَلَفَ بِاللهِ لَئِنْ عُدْتُمْ لَيُحَرِّقَنَّ عَلَيْكُمَ
الْبَيْتَ ، وَأَيْمُ اللهِ ، لَيَمْضِيَنَّ لِمَا حَلَفَ عَلَيْهِ ،
فَانْصَرِفُوا رَاشِدِينَ فَرُوْا رَأْيَكُمْ ، وَلاَ تَرْجِعُوا إِلَيَّ ،
فَانْصَرَفُوا عنها ، فَلَمْ يَرْجِعُوا إِلَيْهَا ، حَتَّى بَايَعُوا لأَبِي
بَكْرٍ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr yang
berkata telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar telah menceritakan
kepada kami Zaid bin Aslam dari Aslam Ayahnya yang berkata bahwasanya ketika
bai’at telah diberikan kepada Abu Bakar sepeninggal Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wasallam], Ali dan Zubair masuk menemui Fatimah binti Rasulullah,
mereka bermusyawarah dengannya mengenai urusan mereka. Ketika berita itu sampai
kepada Umar bin Khaththab, ia bergegas keluar menemui Fatimah dan berkata
”wahai Putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] demi Allah tidak ada
seorangpun yang lebih kami cintai daripada Ayahmu dan setelah Ayahmu tidak ada
yang lebih kami cintai dibanding dirimu tetapi demi Allah hal itu tidak akan
mencegahku jika mereka berkumpul di sisimu untuk kuperintahkan agar membakar
rumah ini tempat mereka berkumpul”.
Ketika Umar pergi, mereka datang dan Fatimah berkata
“tahukah kalian bahwa Umar telah datang kepadaku dan bersumpah jika kalian
kembali ia akan membakar rumah ini tempat kalian berkumpul. Demi Allah ia akan
melakukan apa yang ia telah bersumpah atasnya jadi pergilah dengan damai,
simpan pandangan kalian dan janganlah kalian kembali menemuiku”. Maka mereka pergi
darinya dan tidak kembali menemuinya sampai mereka membaiat Abu Bakar [Al
Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 14/567 no 38200 dengan sanad shahih sesuai syarat
Bukhari Muslim]
Kisah yang dibuat pilu oleh Syiah ini macam skenario Film
dalam drama drama menyedihkan yang disutradarai oleh para Mullata Iran. Padahal
tidak seperti judul yang dibuat Syiah, tidak ada pembakaran Rumah Fatimah
hingga jaman berganti. Ini saja sudah cuku[p untuk menyebut Syiah Pendusta.
Terkait hadits itu bermasalah meskipun sanad sanadnya adalah Shohi, sebagaimana
keterangan berikut ini :
وهذا إسناد صحيح ، فإن محمد بن بشر العبدي (203هـ) ثقة حافظ من رجال
الكتب الستة، وكذا عبيد الله بن عمر العمري المتوفى سنة مائة وبضع وأربعون ، وكذا
زيد بن أسلم مولى عمر بن الخطاب (136هـ)، وكذا أبوه أسلم مولى عمر ، جاء في ترجمته
في "تهذيب التهذيب" (1/266) أنه أدرك زمان النبي صلى الله عليه وسلم
، إلا أنه لم يكن في المدينة في وقت أحداث البيعة ، لأن محمد بن إسحاق قال : بعث
أبو بكر عمر سنة إحدى عشرة ، فأقام للناس الحج ، وابتاع فيها أسلم مولاه . فيكون
الحديث بذلك مرسلا ، إلا أن الغالب أن أسلم سمع القصة من عمر بن الخطاب أو غيره من
الصحابة الذين عاشوا تلك الحادثة
Ini hadits Shahi, Muhammad bin Busyri
(Wafat 203 H.) adalah Tsiqah yang Hafid dalam kitab Kutub Sittah. Juga
Ubaidillah bin Umar al “amry meninggal pada tahun 140 H , Zaid bin Aslam hamba
sahaya Umar meninggal 136 H. Sedangkan ayahnya adalah hamba sahaya umar. Terdapat
dalam kitab Tahdzib at-Tahdzib 266/1, Zaid bin Azlam bertemu zaman Nabi, tetapi
Zaid tidak tinggal di Madina pada waktu terjadi Baiat.
......................................dst
Artinya Zaid tak pernah menyaksikan
baiat umat Islam kepada Abu Bakar, bermakna Zaid tidak pernah pula bisa dikatakan
menjumpai peristiwa tersebut. Ini disebut riwayat Mursal, tidak menyaksikan
kejadian langsung, melainan dari orang lain.
Selain itu hadits tersebut bertentang
dengan hadits yang menyatakan Zubair dan Ali melakukan perlawanan, bahkan
mengeluarkan pedang mengajak duel laga dengan mengerahkankan Pasukannya. Sebuah
keadaan mencekam yang luar biasa.
Keterangan Pertama menyangkut Ali bin
Abi Thalib ;
روى إبراهيم بن عبد الرحمن بن عوف : ( أن عبد الرحمن بن عوف كان مع
عمر بن الخطاب رضي الله عنه ، وأن محمد بن مسلمة كسر سيف الزبير ، ثم قام أبو بكر
فخطب الناس واعتذر إليهم وقال : والله ما كنت حريصا على الإمارة يوما ولا ليلة قط
، ولا كنت فيها راغبا ، ولا سألتها الله عز وجل في سر وعلانية ، ولكني أشفقت من
الفتنة ، وما لي في الإمارة من راحة ، ولكن قُلِّدتُ أمرا عظيما ما لي به من طاقة
ولا يد إلا بتقوية الله عز وجل ، ولوددت أن أقوى الناس عليها مكاني اليوم . فقبل
المهاجرون منه ما قال وما اعتذر به .
قال علي رضي الله عنه والزبير : ما غضبنا إلا لأنا قد أُخِّرنا عن المشاورة ، وإنا نرى أبا بكر أحق الناس بها بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم ، إنه لصاحب الغار وثاني اثنين ، وإنا لَنعلم بشرفه وكبره ، ولقد أمره رسول الله صلى الله عليه وسلم بالصلاة بالناس وهو حي (
قال علي رضي الله عنه والزبير : ما غضبنا إلا لأنا قد أُخِّرنا عن المشاورة ، وإنا نرى أبا بكر أحق الناس بها بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم ، إنه لصاحب الغار وثاني اثنين ، وإنا لَنعلم بشرفه وكبره ، ولقد أمره رسول الله صلى الله عليه وسلم بالصلاة بالناس وهو حي (
Ibrahim Abdurrahman bin Auf
meriwayatkan : Abdurrahman bin Auf menemani Umar bin Khattab radhiallahu’anhu.
Dan bawahsanya Muhammad bin Muslamah mematahkan pedangnya Zubair. Kemudian Abu
Bakar berkata memperingatkan mereka ; Demi Allah aku tidak ambisi untuk menjadi
pemimpin siang dan malam, jugaklah tidak pernah berharab, dan tidak pernah
minta kepada Allah baik dengan cara berdoa terang-terangan atau tersembunyi,
tetapi aku harus menerima fitnah,sedangkan bagiaku kekuasaan bukanlah
kesenangan, sebaliknya aku telah mengalungkan perkara besar dileherku. Tidak
ada kekuata melainkan kekuatan dari Allah Azza wajallah. Dan ingin menguatkan
semua orang diatas kekutannya. Sedangkan Muhajirin menghadap pada beliau yang
berkata dan memperingatkan mereka.
Lalu Berkata Ali dan Zubair
Radhiallahu’anhuma: Tidak ada kemarahan kami melainkan marah pada diri kami
sendiri. , Karena kami tidak diajak Musyawarah, sedangkan Abu Bakar lebih berhak dari semua sahabat
sesudah Rasulullah shallallahu’alahi wasallam. Sesungguhnya Abu Bakar berdua
bersama nabi dalam Gua, kami pasti mengetahui kemulyaan dan kebesarannya.
Nabipun memerintahkan Abu Bakar memimpin shalat
ketika Rasulullah masih hidup.
Perkataan Ali ini diriwayatkan oleh Musa bin Uqbah dalam
kitab al Maghazy sebagaimana ditulis Ibu Katsir dalam Kitab Bidaya wan Nihayah
[ 6/302] , melalui riwayat hakim dalam Mustadraknya 3/70. Imam Bayhaqy dalam
Sunan Kubrah 8/152. Dan Tarikh Damsyiq Ibu Asakir 30/280. Semua Ulama hadits
menyepakati bahwa hadits ini Shahi.
Lihat bagaiamana Ali mendukung kekhalifaan Abu
Bakar, jelas berbeda dengan rafidhah
dalam mengakali kitab kitab sunni.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: