Syiahindonesia.com - Dr. Khalid Muslih, pakar Syiah dari Universitas Islam Darussalam
(UNIDA) Gontor, baru-baru ini mengutarakan potensi pemberontakan kaum
Syiah di negeri-negeri Muslim. âYang perlu diketahui oleh seluruh umat
Islam, Syiâah di berbagai negara selalu ingin memberontak karena
dalam rangka urusan politik merekaâ ujar Khalid di hidayatullah.com
23/09/2014.
Secara ideologis dan politis, semangat Syiah melakukan ekspansi ke negeri-negeri Sunni telah ditanamkan oleh tokoh spiritual Syiah, Ayatullah Khomeini. Pada tahun 1981, Iran menggelar Konferensi Internasional untuk Imam Jumâat dan Jamaâah mengundang pemimpin Negara-negara Muslim di dunia serta para muftinya. Syaikh Muhammad Abdu Qodir Azad, Ketua Majelis Ulamaâ Pakistan, yang ikut konferensi menyaksikan pidato Khomeini yang berapi-api hendak memprovokasi untuk melakukan pemberontakan di negeri-negeri Muslim.
Khomeini mengatakan: âKarena itu wahai para ulama! Berangkatlah dari muktamar ini untuk mengadakan revolusi Iran di Negara-negara masing-masing, agar anda semuanya dapat menang dalam usaha yang besar ini. Kalau anda bermalas-malas, maka pada hari kiamat nanti di hari semua manusia dikumpulkan, Allah akan meminta pertanggungjawaban dari masing-masing Anda karena tidak melakukan sesuatu tentang hak Allah dan hak bangsa-bangsa Anda. Lalu ketika itu nanti jawaban apakah yang akan Anda berikan?â[1]
Provokasi Khumaini ini sangat berbahaya. Revolusinya yang akan diekspor ke negeri-negeri Muslim akan menjadi musibah besar kaum Muslimin. Iran rupanya telah merancang peta kekuasaan di semenanjung Arab. Tak menutup kemungkinan di negeri-negeri Muslim non-Arab. Setiap negera yang di dalamnya terdapat kelompok Syiah dengan kekuatan dipastikan terjadi gejolak.
Nyatanya memang, radikalisme Syiah hasil ramuan Khumaini antara praktik ideologis dan target politis. Radikalisme yang dibangun sangat berbahaya, menyuruh umatnya memberontak kepada pemerintah yang memicu pertumpahan darah. Lihatlah pidato Khumaini ini dalam kitabnyaal-Hukumah al-Islamiyah: âKenyataanya tidak ada pilihan lain selain menghancurkan sistem pemerintahan yang rusak dan menghapus pemerintahan yang penuh dengan pengkhianatan, kerusakan dan kedzaliman. Ini adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim yang ada di Negara Islam sehingga dapat tercapailah kejayaan Revolusi Politik Islamâ [2].
Harianaceh
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Secara ideologis dan politis, semangat Syiah melakukan ekspansi ke negeri-negeri Sunni telah ditanamkan oleh tokoh spiritual Syiah, Ayatullah Khomeini. Pada tahun 1981, Iran menggelar Konferensi Internasional untuk Imam Jumâat dan Jamaâah mengundang pemimpin Negara-negara Muslim di dunia serta para muftinya. Syaikh Muhammad Abdu Qodir Azad, Ketua Majelis Ulamaâ Pakistan, yang ikut konferensi menyaksikan pidato Khomeini yang berapi-api hendak memprovokasi untuk melakukan pemberontakan di negeri-negeri Muslim.
Khomeini mengatakan: âKarena itu wahai para ulama! Berangkatlah dari muktamar ini untuk mengadakan revolusi Iran di Negara-negara masing-masing, agar anda semuanya dapat menang dalam usaha yang besar ini. Kalau anda bermalas-malas, maka pada hari kiamat nanti di hari semua manusia dikumpulkan, Allah akan meminta pertanggungjawaban dari masing-masing Anda karena tidak melakukan sesuatu tentang hak Allah dan hak bangsa-bangsa Anda. Lalu ketika itu nanti jawaban apakah yang akan Anda berikan?â[1]
Provokasi Khumaini ini sangat berbahaya. Revolusinya yang akan diekspor ke negeri-negeri Muslim akan menjadi musibah besar kaum Muslimin. Iran rupanya telah merancang peta kekuasaan di semenanjung Arab. Tak menutup kemungkinan di negeri-negeri Muslim non-Arab. Setiap negera yang di dalamnya terdapat kelompok Syiah dengan kekuatan dipastikan terjadi gejolak.
Nyatanya memang, radikalisme Syiah hasil ramuan Khumaini antara praktik ideologis dan target politis. Radikalisme yang dibangun sangat berbahaya, menyuruh umatnya memberontak kepada pemerintah yang memicu pertumpahan darah. Lihatlah pidato Khumaini ini dalam kitabnyaal-Hukumah al-Islamiyah: âKenyataanya tidak ada pilihan lain selain menghancurkan sistem pemerintahan yang rusak dan menghapus pemerintahan yang penuh dengan pengkhianatan, kerusakan dan kedzaliman. Ini adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim yang ada di Negara Islam sehingga dapat tercapailah kejayaan Revolusi Politik Islamâ [2].
Harianaceh
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: