Syiahindonesia.com, Moskow – Rusia mengakui telah menggunakan medan Suriah sebagai ladang uji coba senjata baru. Letnan Jenderal Igor Makushev, ketua Komite Penelitian Militer, mengatakan bahwa intervensi militer di negara tersebut memungkinkan Rusia untuk menguji amunisi yang baru dikembangkan.
“Lebih dari 200 senjata telah diuji selama operasi khusus, yang menunjukkan efektivitas tempur yang tinggi dan terbukti mampu menjalankan misi,” ujar Makushev kepada kantor berita TASS di sebuah pameran militer di Moskow.
“Perhatian khusus diberikan pada model senjata baru -termasuk yang menjalani tes negara- untuk mendeteksi secara tepat waktu dan dengan cepat menghilangkan kemungkinan cacat manufaktur dan desain,” imbuhnya.
Perlu diingat, intervensi militer Rusia di Suriah dimulai pada bulan September 2015, dengan angkatan udara melakukan serangan udara yang diklaim menargetkan pasukan oposisi dalam rangka mendukung Bashar Assad.
Kampanye udara tersebut diyakini menyebabkan kematian puluhan ribu warga sipil, terutama selama serangan Aleppo. Berbagai kelompok hak asasi manusia, analis militer dan kemanusiaan memiliki bukti akan hal itu, bahwa Rusia sengaja menargetkan pemukiman, rumah sakit, sekolah dan infrastruktur sipil lainnya.
Kampanye pemboman Rusia juga dianggap berada di balik perubahan Assad dalam mencapai keberuntungan dalam perang setelah tahun 2015. Assad sekarang memimpin sebagian besar pusat kota utama di Suriah.
Hubungan timbal balik pun terjadi, Rezim Suriah mengizinkan perusahaan pertambangan dan minyak Rusia di negaranya, selain memberi modal Moskow dengan sebuah pangkalan udara semi permanen di provinsi Latakia.
Dari sini, tampaknya Rusia tidak hanya tertarik untuk menopang Rezim Suriah, tetapi juga menggunakan darah rakyat Suriah untuk mendukung pemasaran senjata kepada para kliennya. Kiblat
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
“Lebih dari 200 senjata telah diuji selama operasi khusus, yang menunjukkan efektivitas tempur yang tinggi dan terbukti mampu menjalankan misi,” ujar Makushev kepada kantor berita TASS di sebuah pameran militer di Moskow.
“Perhatian khusus diberikan pada model senjata baru -termasuk yang menjalani tes negara- untuk mendeteksi secara tepat waktu dan dengan cepat menghilangkan kemungkinan cacat manufaktur dan desain,” imbuhnya.
Perlu diingat, intervensi militer Rusia di Suriah dimulai pada bulan September 2015, dengan angkatan udara melakukan serangan udara yang diklaim menargetkan pasukan oposisi dalam rangka mendukung Bashar Assad.
Kampanye udara tersebut diyakini menyebabkan kematian puluhan ribu warga sipil, terutama selama serangan Aleppo. Berbagai kelompok hak asasi manusia, analis militer dan kemanusiaan memiliki bukti akan hal itu, bahwa Rusia sengaja menargetkan pemukiman, rumah sakit, sekolah dan infrastruktur sipil lainnya.
Kampanye pemboman Rusia juga dianggap berada di balik perubahan Assad dalam mencapai keberuntungan dalam perang setelah tahun 2015. Assad sekarang memimpin sebagian besar pusat kota utama di Suriah.
Hubungan timbal balik pun terjadi, Rezim Suriah mengizinkan perusahaan pertambangan dan minyak Rusia di negaranya, selain memberi modal Moskow dengan sebuah pangkalan udara semi permanen di provinsi Latakia.
Dari sini, tampaknya Rusia tidak hanya tertarik untuk menopang Rezim Suriah, tetapi juga menggunakan darah rakyat Suriah untuk mendukung pemasaran senjata kepada para kliennya. Kiblat
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: