Syiahindonesia.com - Komandan Garda Revolusi Iran, Jenderal Qassem Soleimani, sedang berada di Baghdad untuk mendorong pembentukan “pemerintah bersahabat” baru di Iraq, setelah hasil awal pemilu menunjukkan koalisi anti-Iran memimpin.
Soleimani -yang mengepalai Pasukan al-Quds Syiah dari Korps Garda Revolusi Iran (IRGC)- tiba di Baghdad pada Selasa pagi untuk bertemu dengan para pemimpin Syiah di negara itu untuk mendiskusikan hasil pemilu dan pembentukan pemerintahan baru, menurut laporan-laporan pers lokal Iraq.
Laporan itu datang satu hari setelah para pemimpin Iraq -termasuk Perdana Menteri Haider al-Abadi- bertemu dengan perwakilan koalisi anti-ISIS pimpinan AS, Brett McGurk “untuk membahas pembentukan pemerintahan Iraq yang kuat dan stabil”, menurut sebuah pernyataan dari jubir parlemen.
Sumber-sumber yang dekat dengan mantan perdana menteri Nouri al-Maliki -yang dekat dengan Iran- mengatakan pada al-Ghad Press, bahwa Soleimani berada di Iraq untuk mendiskusikan pembentukan pemerintahan selanjutnya pasca pemilu pada minggu lalu.
Para pejabat pemerintahan Iraq yang dimintai keterangan oleh media The New Arab sebagaimana dikutip laman alaraby tidak membenarkan atau menyangkal kunjungan itu, namun sumber di kantor Abadi mengatakan Soleimani diharapkan di Iraq karena kebingungan yang ditimbulkan oleh hasil Pemilu.
Tokoh Nasional Syiah Muqtada al-Sadr diperkirakan akan memenangkan jatah kursi dengan jumlah terbesar setelah Pemilu Iraq.
Sadr -mantan pemimpin milisi Pasukan Mahdi anti-Barat selama pendudukan AS- dalam kampanye Pemilunya tidak hanya berjanji akan memberantas korupsi namun juga tetap ingin menjauhkan dirinya dari pengaruh Iran.
Pada September, Sadr melakukan kunjungan negara yang mengejutkan ke Arab Saudi, rival Iran.
Sadr saat ini memimpin jajak pendapat dengan lebih dari separuh suara telah dihitung, comeback mengejutkan bagi seorang pemimpin Syiah yang diremehkan oleh rival-rivalnya yang didukung Iran.
Hasil awal itu merupakan pukulan telak bagi incumbent Perdana Menteri Haider al-Abadi, dengan Aliansi Kemenangan (al-Nasr)-nya berada di peringkat ketiga, menurut perhitungan awal. Blok kepala milisi Syiah Hadi al-Amiri -yang didukung oleh pemerintah Iran- berada di tempat kedua.
“Kemenangan Sadris telah membuat Iran dan AS di posisi yang sulit,” Dr Ahmad al-Hamdani, analis politik Iran mengatakan.
“Iran menganggap Sadr sebagai entitas yang tidak stabil … dan AS tidak melihat dia sebagai seorang sekutu … ada skenario tak terduga yang mengelilingi pembentukan pemerintah baru.” Hidayatullah.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Soleimani -yang mengepalai Pasukan al-Quds Syiah dari Korps Garda Revolusi Iran (IRGC)- tiba di Baghdad pada Selasa pagi untuk bertemu dengan para pemimpin Syiah di negara itu untuk mendiskusikan hasil pemilu dan pembentukan pemerintahan baru, menurut laporan-laporan pers lokal Iraq.
Laporan itu datang satu hari setelah para pemimpin Iraq -termasuk Perdana Menteri Haider al-Abadi- bertemu dengan perwakilan koalisi anti-ISIS pimpinan AS, Brett McGurk “untuk membahas pembentukan pemerintahan Iraq yang kuat dan stabil”, menurut sebuah pernyataan dari jubir parlemen.
Sumber-sumber yang dekat dengan mantan perdana menteri Nouri al-Maliki -yang dekat dengan Iran- mengatakan pada al-Ghad Press, bahwa Soleimani berada di Iraq untuk mendiskusikan pembentukan pemerintahan selanjutnya pasca pemilu pada minggu lalu.
Para pejabat pemerintahan Iraq yang dimintai keterangan oleh media The New Arab sebagaimana dikutip laman alaraby tidak membenarkan atau menyangkal kunjungan itu, namun sumber di kantor Abadi mengatakan Soleimani diharapkan di Iraq karena kebingungan yang ditimbulkan oleh hasil Pemilu.
Tokoh Nasional Syiah Muqtada al-Sadr diperkirakan akan memenangkan jatah kursi dengan jumlah terbesar setelah Pemilu Iraq.
Sadr -mantan pemimpin milisi Pasukan Mahdi anti-Barat selama pendudukan AS- dalam kampanye Pemilunya tidak hanya berjanji akan memberantas korupsi namun juga tetap ingin menjauhkan dirinya dari pengaruh Iran.
Pada September, Sadr melakukan kunjungan negara yang mengejutkan ke Arab Saudi, rival Iran.
Sadr saat ini memimpin jajak pendapat dengan lebih dari separuh suara telah dihitung, comeback mengejutkan bagi seorang pemimpin Syiah yang diremehkan oleh rival-rivalnya yang didukung Iran.
Hasil awal itu merupakan pukulan telak bagi incumbent Perdana Menteri Haider al-Abadi, dengan Aliansi Kemenangan (al-Nasr)-nya berada di peringkat ketiga, menurut perhitungan awal. Blok kepala milisi Syiah Hadi al-Amiri -yang didukung oleh pemerintah Iran- berada di tempat kedua.
“Kemenangan Sadris telah membuat Iran dan AS di posisi yang sulit,” Dr Ahmad al-Hamdani, analis politik Iran mengatakan.
“Iran menganggap Sadr sebagai entitas yang tidak stabil … dan AS tidak melihat dia sebagai seorang sekutu … ada skenario tak terduga yang mengelilingi pembentukan pemerintah baru.” Hidayatullah.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: