SEJUMLAH tujuh belas doktrin Syi’ah yang selalu mereka
sembunyikan dari kaum muslimin sebagai bagian dari pengamalan doktrin taqiyah
(menyembunyikan Syi’ahnya). Ketujuh belas doktrin ini terdapat dalam kitab suci
Syi’ah:
Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi’ah.
Mereka akan memberikan dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya
dari siapa yang dikehendaki (Ushulul Kaafi, hal.259, Al-Kulaini, cet. India).
Jelas Doktrin semacam ini bertentangan dengan firman Allah
SWT QS: Al-A’raf 7: 128, “Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia
dikaruniakan kepada siapa yang Dia kehendaki”. Kepercayaan Syi’ah diatas
menunjukkan penyetaraan kekuasaan para imam Syi’ah dengan Allah dan doktrin ini
merupakan aqidah syirik.
Ali bin Abi Thalib yang diklaim sebagai imam Syi’ah yang
pertama dinyatakan sebagai dzat yang pertama dan terakhir, yang dhahir dan yang
bathin sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hadid, 57: 3 (Rijalul Kashi hal.
138).
Doktrin semacam ini jelas merupakan kekafiran Syi’ah yang
berdusta atas nama Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dengan doktrin semacam ini
Syi’ah menempatkan Ali sebagai Tuhan. Dan hal ini sudah pasti merupakan tipu
daya Syi’ah terhadap kaum muslimin dan kesucian aqidahnya.
Para imam Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah dan
tangan-tangan Allah yang membawa rahmat bagi para hamba Allah (Ushulul Kaafi,
hal. 83).
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib oleh Syi’ah dikatakan
menjadi wakil Allah dalam menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang
tidak diperoleh oleh manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk,
mengetahui segala sesuatu secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang
ghaib (Ushulul Kaafi, hal. 84).
Keinginan para imam Syi’ah adalah keinginan Allah juga
(Ushulul Kaafi, hal. 278).
Para imam Syi’ah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka
sendiri yang menentukan saat kematiannya karena bila imam tidak mengetahui
hal-hal semacam itu maka ia tidak berhak menjadi imam (Ushulul Kaafi, hal.
158).
Para imam Syi’ah mengetahui apapun yang tersembunyi dan
dapat mengetahui dan menjawab apa saja bila kita bertanya kepada mereka karena
mereka mengetahui hal ghaib sebagaimana yang Allah ketahui (Ushulul Kaafi, hal.
193).
Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila
sudah terjadi. Akan tetapi para imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal
yang belum terjadi (Ushulul Kaafi, hal. 40).
Menurut Al-Kulaini (ulama besar ahli hadits Syi’ah), Bahwa
Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka
Tuhan pada mulanya tidak tahu karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai
dengan kondisi yang ada. Akan tetapi imam Syi’ah telah mengetahui apa yang akan
terjadi. Oleh sebab itu menurut doktrin Syi’ah Allah bersifat bada’ (Ushulul
Kaafi, hal. 232).
Para imam Syi’ah merupakan gudang ilmu Allah dan juga
penerjemah ilmu Allah. Para imam Syi’ah bersifat Ma’sum (Bersih dari kesalahan
dan tidak pernah lupa apalagi berbuat Dosa). Allah menyuruh manusia untuk
mentaati imam Syi’ah, tidak boleh mengingkarinya dan mereka menjadi hujjah
(Argumentasi Kebenaran) Allah atas langit dan bumi (Ushulul Kaafi, hal. 165).
Para imam Syi’ah sama dengan Rasulullah Saw (Ibid).
Yang dimaksud para imam Syi’ah adalah Ali bin Abi Thalib,
Husein bin Ali, Ali bin Husein, Hassan bin Ali dan Muhammad bin Ali (Ushulul
Kaafi, hal. 109)
Al-Qur’an yang ada sekarang telah berubah, dikurangi dan
ditambah (Ushulul Kaafi, hal. 670). Salah satu contoh ayat Al-Qur’an yang
dikurangi dari aslinya yaitu ayat Al-Qur’an An-Nisa’: 47, menurut versi Syi’ah
berbunyi: “Ya ayyuhalladziina uutul kitaaba aaminuu bimaa nazzalnaa fie
‘Aliyyin nuuran mubiinan”. (Fashlul Khitab, hal. 180).
Menurut Syi’ah, Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Nabi
Muhammad ada 17 ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat (Ushulul
Kaafi, hal. 671).
Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan,
Muawiyah, Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling
jelek di muka bumi, mereka ini adalah musuh-musuh Allah. Siapa yang tidak
memusuhi mereka, maka tidaklah sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya dan
imam-imam Syi’ah (Haqqul Yaqin, hal. 519 oleh Muhammad Baqir Al-Majlisi).
Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syi’ah
orang yang melakukan kimpoi mut’ah 4 kali derajatnya lebih tinggi dari Nabi
Muhammad Saw. (Tafsir Minhajush Shadiqin, hal. 356, oleh Mullah Fathullah
Kassani).
Menghalalkan saling tukar-menukar budak perempuan untuk
disetubuhi kepada sesama temannya. Kata mereka, imam Ja’far berkata kepada
temannya: “Wahai Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika engkau
sudah tidak suka kembalikan lagi kepadaku.” (Al-Istibshar III, hal. 136, oleh
Abu Ja’far Muhammad Hasan At-Thusi).
Rasulullah dan para sahabat akan dibangkitkan sebelum hari
kiamat. Imam Mahdi sebelum hari kiamat akan datang dan dia membongkar kuburan
Abu Bakar dan Umar yang ada didekat kuburan Rasulullah. Setelah dihidupkan maka
kedua orang ini akan disalib (Haqqul Yaqin, hal. 360, oleh Mullah Muhammad
Baqir al-Majlisi).
Ketujuhbelas doktrin Syi’ah di atas, apakah bisa dianggap
sebagai aqidah Islam sebagaimana dibawa oleh Rasulullah Saw. dan dipegang teguh
oleh para Sahabat serta kaum Muslimin yang hidup sejak zaman Tabi’in hingga
sekarang? Adakah orang masih percaya bahwa Syi’ah itu bagian dari umat Islam?
Menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, barangsiapa yang tidak MENGKAFIRKAN aqidah
Syi’ah ini, maka dia termasuk Kafir.
Semua kitab tersebut diatas adalah kitab-kitab induk atau
rujukan pokok kaum Syi’ah yang posisinya seperti halnya kitab-kitab hadits Imam
Bukhari, Muslim, Ahmad bin Hambal, Nasa’i, Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah
bagi kaum Muslimin. Oleh karena itu, upaya-upaya Syi’ah untuk menanamkan kesan
bahwa Syi’ah adalah bagian dari kaum Muslimin, hanya berbeda dalam beberapa hal
yang tidak prinsip, adalah dusta dan harus ditolak tegas !!!.
Fatwa Ulama Tentang Kekafiran
Ini Fatwa bukan fatwa Risalah Amman yang tak ada apa
apanya bila di bandingkan dengan mereka yang mengkafirkan Syiah, Mereka adalah
Zaman, ulama umat dan Ulama Mazhab yang jelas pedoman mereka yang beragama.
Mereka bukan bandingannya kalau di bandingkan dengan Majelis Ulama yang bungkam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasul yang diutus sebagai rahmat
bagi semesta alam, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan
para sahabatnya.
Syi'ah termasuk sekte Islam yang sudah berusia ratusan
tahun. Sejak abad-abad awal Islam sudah menunjukkan jati dirinya. Namun dalam
kurun waktu yang lama tersebut, kebencian mereka kepada pihak-pihak lain tetap
eksis. Mereka mencela, mencaci, menfasikkan, dan mengafirkan Abu Bakar, Umar,
dan Utsman, dan 'Aisyah. Bahkan mereka menyatakan kekafiran mayoritas sahabat.
Selanjutnya mereka mengafirkan dan memusuhi setiap orang yang memuliakan para
sahabat di atas. Sehingga dari sini, para ulama Islam menghukumi mereka sudah
keluar dari Islam berdasarkan keterangan yang jelas dari Al-Qur'an dan Sunnah
tentang keutamaan para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Pendapat Tentang Kafirnya Sekte Syiah
Kami tidak menghakimi. Tugas kami hanya menyampaikan
keterangan dan menunjukkan bukti. Dan ternyata didapati, yang berpendapat bahwa
Syi'ah itu kafir adalah para Imam-Imam Besar Islam, seperti: Imam Malik, Imam
Ahmad, Imam Bukhari dan lain-lain. Berikut ini beberapa pendapat dan fatwa para
ulama Islam mengenai golongan Syi'ah Rafidhah yang disebut dengan Itsna
Asy'ariyah dan Ja'fariyah.
Pertama: Imam Malik
Al-Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar al Marwadzi, ia
berkata: "Saya mendengar Abu Abdullah berkata, bahwa Imam Malik berkata:
الذي يشتم أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم ليس
لهم اسم أو قال : نصيب في الإسلام
"Orang yang mencela shahabat-shahabat Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam." (As
Sunnah, milik al-Khalal: 2/557)
Ibnu katsir berkata saat menafsirkan firman Allah Ta'ala:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ
أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا
يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ
أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي
الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى
سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا
عَظِيمًا
" Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar."
Beliau berkata: "Dari ayat ini, dalam satu riwayat dari
Imam Malik –rahmat Allah terlimpah kepadanya-, beliau mengambil kesimpulan
tentang kekafiran Rafidhah yang membenci para shahabat Radhiyallahu 'Anhum.
Beliau berkata: "Karena mereka ini membenci para shahabat, dan barangsiapa
membenci para shahabat, maka ia telah kafir berdasarkan ayat ini."
Pendapat ini disepakati oleh segolongan ulama radhiyallahu 'anhum." (Tafsir
Ibnu Katsir: 4/219)
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata:
لقد أحسن مالك في مقالته وأصاب في تأويله فمن
نقص واحداً منهم أو طعن عليه في روايته فقد رد على الله رب العالمين وأبطل شرائع
المسلمين
"Sungguh sangat bagus ucapan Imam Malik itu dan benar
penafsirannya. Siapa pun yang menghina seorang dari mereka (sahabat Nabi) atau
mencela periwayatannya, maka ia telah menentang Allah, Tuhan alam semesta dan
membatalkan syari'at kaum Muslimin." (Tafsir al-Qurthubi: 16/297)
Kedua: Imam Ahmad
Banyak riwayat telah datang darinya dalam mengafirkan
golongan Syi'ah Rafidhah. Di antaranya: Al-Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar
al Marwadzi, ia berkata: "Aku bertanya kepada Abu Abdillah tentang orang
yang mencela Abu Bakar, Umar, dan 'Aisyah?" Beliau menjawab,
ما أراه على الإسلام
"Aku tidak melihatnya di atas Islam."
Al-Khalal berkata lagi: Abdul Malik bin Abdul Hamid
memberitakan kepadaku, ia berkata: Aku mendengar Abu Abdillah berkata:
من شتم أخاف عليه الكفر مثل الروافض
"Barang siapa mencela (sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam) maka aku khawatir ia menjadi kafir seperti halnya orang-orang
Rafidhah." Kemudian beliau berkata:
من شتم أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم لا نأمن
أن يكون قد مرق عن الدين
"Barangsiapa mencela Shahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam maka kami khawatir ia telah keluar dari Islam (tanpa disadari)."
(Al-Sunnah, Al-Khalal: 2/557-558)
Al-Khalal berkata: Abdullah bin Ahmad bin Hambal
menyampaikan kepadaku, katanya: "Saya bertanya kepada ayahku perihal
seseorang yang mencela salah seorang dari Shahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam. Maka beliau menjawab:
ما أراه على الإسلام
"Aku tidak melihatnya di atas Islam"."
(Al-Sunnah, Al-Khalal: 2/558. Bacalah: Manaakib al Imam Ahmad, oleh Ibnu
Al-Jauzi, hal. 214)
Tersebut dalam kitab As Sunnah karya Imam Ahmad, mengenai
pendapat beliau tentang golongan Rafidhah:
هم الذين يتبرأون من أصحاب محمد صلى الله عليه
وسلم ويسبونهم وينتقصونهم ويكفرون الأئمة إلا أربعة : علي وعمار والمقداد وسلمان
وليست الرافضة من الإسلام في شيء
"Mereka itu adalah golongan yang menjauhkan diri dari
shahabat Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan mencelanya, menghinanya
serta mengkafirkannya kecuali hanya empat orang saja yang tiada mereka
kafirkan, yaitu: Ali, Ammar, Miqdad dan Salman. Golongan Rafidhah ini sama
sekali bukan Islam." (Al-Sunnah, milik Imam Ahmad: 82)
Ibnu Abdil Qawiy berkata: "Adalah imam Ahmad
mengafirkan orang yang berlepas diri dari mereka (yakni para sahabat) dan orang
yang mencela 'Aisyah Ummul Mukminin serta menuduhnya dengan sesuatu yang Allah
telah membebaskan darinya, seraya beliau membaca:
يَعِظُكُمَ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ
أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Allah menasehati kamu, agar kamu jangan mengulang hal
seperti itu untuk selama-lamanya, jika kamu benar-benar beriman." (QS.
Al-Nuur: 17. Dinukil dari Kitab Maa Dhahaba Ilaihi al-Imam Ahmad: 21)
Ketiga: Imam Al Bukhari (wafat tahun 256 H)
Beliau berkata:
ما أبالي صليت خلف الجهمي والرافضي ، أم صليت
خلف اليهود والنصارى ولا يسلم عليهم ولا يعادون ولا يناكحون ولا يشهدون ولا تؤكل
ذبائحهم
"Bagi saya sama saja, apakah aku shalat di belakang
seorang Jahmi (beraliran Jahmiyah) atau seorang Rafidzi (b eraliran Syi'ah
Rafidhah), atau aku shalat dibelakang Imam Yahudi atau Nashrani. Dan (seorang
muslim) tidak boleh memberi salam kepada mereka, mengunjungi mereka ketika
sakit, kawin dengan mereka, menjadikan mereka sebagai saksi dan memakan
sembelihan mereka." (Khalqu Af'al al-Ibad: 125)
Keempat: Abdurrahman bin Mahdi
Imam al-Bukhari berkata: Abdurrahman bin Mahdi berkata:
"Keduanya adalah agama tersendiri, yakni Jahmiyah dan Rafidhah
(Syi'ah)." (Khalqu Af'al al-Ibad: 125)
Kelima: Al-Faryabi
Al-Khalal meriwayatkan, ia berkata: "Telah menceritakan
kepadaku Harb bin Ismail al- Kirmani, ia berkata: "Musa bin Harun bin
Zayyad menceritakan kepada kami, ia berkata: "Saya mendengar al-Faryabi
dan seseorang yang bertanya kepadanya tentang orang yang mencela Abu Bakar.
Jawabnya: "Dia Kafir." Lalu ia berkata: "Apakah orang semacam
itu boleh dishalatkan jenazahnya?" Jawabnya: "Tidak." Dan aku
bertanya pula kepadanya: "Apa yang dilakukan terhadapnya, padahal orang
itu juga telah mengucapkan Laa Ilaaha Illallah?" Jawabnya: "Jangan
kamu sentuh (Jenazahnya) dengan tangan kamu, tetapi kamu angkat dengan kayu
sampai kamu menurunkan ke liang lahatnya." (al-Sunnah, milik al-Khalal:
2/566)
Keenam: Ahmad bin Yunus
Kunyahnya adalah Ibnu Abdillah. Ia dinisbatan kepada
datuknya, yaitu salah seorang Imam (tokoh) As-Sunnah. Beliau termasuk penduduk
Kufah, tempat tumbuhnya golongan Rafidhah. Beliau menceritakan perihal Rafidhah
dengan berbagai macam alirannya. Ahmad bin Hambal telah berkata kepada
seseorang: "Pergilah anda kepada Ahmad bin Yunus, karena dialah seorang
Syeikhul Islam." Para ahli Kutubus Sittah telah meriwayatkan Hadits dari
beliau. Abu Hatim berkata: "Beliau adalah orang kepercayaan lagi kuat
hafalannya". Al-Nasaai berkata: "Dia adalah orang kepercayaan."
Ibnu Sa'ad berkata: "Dia adalah seorang kepercayaan lagi jujur, seorang
Ahli Sunnah wal Jama'ah." Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa Ibnu Yunus telah
berkata: "Saya pernah datang kepada Hammad bin Zaid, saya minta kepada
beliau supaya mendiktekan kepadaku sesuatu hal tentang kelebihan Utsman.
Jawabnya: "Anda ini siapa?" Saya jawab: "Seseorang dari negeri
Kufah." Lalu ia berkata: "Seorang Kufah menanyakan tentang
kelebihan-kelebihan Utsman. Demi Allah, aku tidak akan menyampaikannya kepada
Anda, kalau Anda tidak mau duduk sedangkan aku tetap berdiri!" Beliau
wafat tahun 227 H. (Tahdzibut Tahdzib, 1:50, Taqribut Tahdzib, 1:29).
Beliau (Ahmad bin Yunus) rahimahullah berkata,
لو أن يهودياً ذبح شاة ، وذبح رافضي لأكلت
ذبيحة اليهودي ، ولم آكل ذبيحة الرافضي لأنه مرتد عن الإسلام
"Seandainya saja seorang Yahudi menyembelih seekor
kambing dan seorang Rafidhi (Syi'i) juga menyembelih seekor kambing, niscaya
saya hanya memakan sembelihan si Yahudi, dan aku tidak mau makan sembelihan si
Rafidhi. Karena dia telah murtad dari Islam." (Al-Sharim al-Maslul, Ibnu
Taimiyah: 57)
Ketujuh: Al-Qadhi Abu Ya'la
Beliau berkata, "Adapun Rafidhah, maka hukum terhadap
mereka . . . sesungguhnya mengafirkan para sahabat atau menganggapnya fasik,
yang berarti mesti masuk neraka, maka orang semacam ini adalah kafir." (Al
Mu'tamad, hal. 267)
. . sesungguhnya mengafirkan para sahabat atau menganggapnya
fasik, yang berarti mesti masuk neraka, maka orang semacam ini adalah kafir. .
.
Sementara Rafidhah (Syi'ah) sebagaimana terbukti di dalam
pokok-pokok ajaran mereka adalah orang-orang yang mengkafirkan sebagian besar
Shahabat Nabi. Silahkan baca kembali tulisan yang telah kami posthing:
Kitab Syi'ah Melaknat dan Mengafirkan Abu Bakar, Umar dan
'Aisyah
Kedelapan: Ibnu Hazam al-Zahiri
Beliau berkata: "Pendapat mereka (Yakni Nashrani) yang
menuduh bahwa golongan Rafidhah (Syi'ah) merubah Al-Qur'an, maka sesungguhnya
golongan Syi'ah Rafidhah bukan termasuk bagian kaum muslimin. Karena golongan
ini muncul pertama kalinya setelah dua puluh lima tahun dari wafatnya
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Syi'ah Rafidhah adalah golongan yang
mengikuti langkah-langkah Yahudi dan Nashrani dalam melakukan kebohongan dan
kekafiran." (Al-fahl fi al-Milal wa al-Nihal: 2/213)
Beliau berkata: "Salah satu pendapat golongan Syi'ah
Imamiyah, baik yang dahulu maupun sekarang ialah Al-Qur'an itu sesungguhnya
telah diubah."
Kemudian beliau berkata: "Orang yang berpendapat, bahwa
Al Qur'an ini telah diubah adalah benar-benar kafir dan men-dustakan Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam.(Al Fashl: 5/40)
Beliau berkata: "Tidak ada perbedaan pendapat di
kalangan semua kelompok umat Islam Ahlus Sunnah, Mu'tazilah, Murji'ah,
Zaidiyah, bahwa adalah wajib berpegang kepada Al Qur'an yang biasa kita baca
ini " Dan hanya golongan Syi'ah ekstrim sajalah yang menyalahi sikap ini.
Dengan sikapnya itu mereka menjadi kafir lagi musyrik, menurut pendapat semua
penganut Islam. Dan pendapat kita sama sekali tidak sama dengan mereka
(Syi'ah). Pendapat kita hanyalah sejalan dengan sesama pemeluk agama
kita." (Al Ihkam Fii Ushuuli Ahkaam: 1/96)
Beliau berkata pula: "Ketahuilah, sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah menyembunyikan satu kata
pun atau satu huruf pun dari syariat Ilahi. Saya tidak melihat adanya
keistimewaan pada manusia tertentu, baik anak perempuannya atau keponakan laki-lakinya
atau istrinya atau shahabatnya, untuk mengetahui sesuatu syariat yang
disembunyikan oleh Nabi terhadap bangsa kulit putih, atau bangsa kulit hitam
atau penggembala kambing. Tidak ada sesuatu pun rahasia, perlambang ataupun
kata sandi di luar apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah kepada umat
manusia. Sekiranya Nabi menyembunyikan sesuatu yang harus disampaikan kepada
manusia, berarti beliau tidak menjalankan tugasnya. Barang siapa beranggapan
semacam ini, berarti ia kafir. (Al Fashl, 2:274-275)
Orang yang berkeyakinan semacam ini dikafirkan oleh Ibnu
Hazm. Dan keyakinan semacam ini dipegang oleh Syi'ah Itsna Asy'ariyah. Pendapat
ini dikuatkan oleh guru-guru beliau pada masanya dan para ulama sebelumnya.
Penutup
Dan Masih banyak lagi perkataan-perkataan para ulama yang
sangat tegas terhadap Syi'ah Rafidhah yang memiliki keyakinan berbeda dari
aqidah kaum muslimin dan menyimpang dari ketentuan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Rasanya tidak ada habisnya menjelaskan keyakinan
batil golongan syi'ah, baik dari ulama terdahulu maupun belakangan. Namun
sayang kenapa banyak manusia bisa disesatkan dan tertarik kepada ajaran yang
sangat jelas kebatilannya. Semoga Allah melindungi kita dan kaum mukminin
secara keseluruhan dari jerat dan tipu daya golongan Syi'ah Rafidhah.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: