*Mengapa harus Husein yang menjadi ratapan kaum kaum Pagan Syiah ?*
Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah ada dua peristiwa besar yang terjadi menimpa Islam, pertama pembunuhan sadis yang dilakukan oleh orang-orang fasik terhadap Usman bin Affan, kedua adalah Ali bin Abi Tholib yang juga mati terbunuh, hingga perutnya keluar.
Berbicara sahabat Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yang memimpin Khilafah sebagai generasi pelanjut Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, sebenarnya dari empat sahabat pengganti Rasulullah Shallallahu Alaihi Salam memimpin umatnya, 3 orang diantaranya menghadapi masalah besar seperti pembunuhan yang dilakukan kepada Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib. Sedangkan mereka adalah hamba-hamba Allah yang sangat mencintai rasulnya, menjalankan dakwah-dakwah tauhid kepada bangsa-bangsa di dunia. Namun demikian di dalam perjalanan kepemimpinan mereka juga tidak lepas dari masalah internal, sehingga seorang Umar pun bisa mati ditikam oleh seorang majusi, sebagaimana juga Utsman bin Affan menjadi korban pembunuhan secara sadis tanpa ampun, demikian Ali bin Abi Tholib menghadapi nasib yang sama, harus mati terkapar di tangan seorang khawarij pada waktu itu. Namun Apakah pernah kelompok syiah mengadakan acara ritualitas pembunuhan terhadap Ali bin Abi Tholib yang mati terbunuh, Mengapa cuma Karbala yang dihidupkan dan tidak kematian Ali pun harus menjadi Ratapan ?. Mestinya adalah yang harus lebih di peringati bukan Husen dari putranya, sedangkan dalam dinamika berfikir Syiah, bukan lebih mengedepankan akal sehat tetapi akal yang terbelenggu fanatisme buta, sebagai akibat terperosok pada anggapan orang-orang yang menuhankan Husein. Tentu hal ini dipandang tidak baik dalam sejarah ketika mengangkat Husen melebihi segalanya yang ada sebelumnya, artinya ada perlakuan istimewa terhadap Husen dibandingkan terhadap kematian Ali bin Abi Tholib yang dianggap sebagai Pelopor berdirinya Syiah, oleh orang orangnya.
Itulah sebabnya Ibnu Katsir mempertanyakan ketulusan cinta kaum Syiah kepada ahli bait. “Mengapa mereka tidak menjadikan hari pembunuhan Ali sebagai hari ratapan seperti yang mereka lakukan terhadap hari pembunuhan Husein? Bapaknya dibunuh pada hari Jum’at ketika mengimami shalat Subuh, tanggal 17 Ramadhan 40 Hijriah,” ungkapnya di dalam kitab sejarah fenomenal beliau, Al-Bidayah wan Nihayah.
Di sisi lain, kata Ibnu Katsir, Utsman lebih baik daripada Ali, menurut Ahli Sunnah wal Jamaah. Dia dibunuh dalam keadaan terkepung di rumahnya pada hari-hari Tasyrik Dzulhijjah 36 H. Ia dibunuh dengan urat nadi dipotong. Tetapi, manusia tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari ratapan. Demikian juga Umar bin Al-Khaththab yang lebih baik daripada Utsman dan Ali. Dia dibunuh dalam keadaan sedang berdiri di mihrab pada waktu melaksanakan shalat Subuh, saat membaca Al-Qur’an. Kaum muslimin pun tidak menjadikan hari pembunuhannya sebagai hari ratapan. Demikian juga Abu Bakar Ash-Shiddiq yang lebih utama daripada Umar. Manusia tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari ratapan.
Menelaaah berita kematian Husein radhiallahu'anhu, sebenarnya kebaktian biasa yang dibesar-besarkan oleh kelompok tertentu yang memang ingin menjatuhkan derajat Islam. Dalam hal ini Ibnu Katsir mengatakan:
kata Ibnu Katsir, Utsman lebih baik Ali, menurut Ahli Sunnah wal Jamaah. Dia dibunuh dalam keadaan terkepung di rumahnya pada hari-hari Tasyrik Dzulhijjah 36 H. Ia dibunuh dengan urat nadi dipotong. Tetapi, manusia tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari ratapan. Demikian juga Umar bin Al-Khaththab yang lebih baik daripada Utsman dan Ali. Dia dibunuh dalam keadaan sedang berdiri di mihrab pada waktu melaksanakan shalat Subuh, saat membaca Al-Qur’an. Kaum muslimin pun tidak menjadikan hari pembunuhannya sebagai hari ratapan. Demikian juga Abu Bakar Ash-Shiddiq yang lebih utama daripada Umar. Manusia tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari ratapan.
Tetapi kematian Husein yang diratapi sedemikian dahsyatnya oleh para penganut agama Syiah jelas motivasinya adalah menjadi orang yang selalu berdakwah menyimpang ketika berada di tengah-tengah orang lain
Interest bangsa Persia dengan Husen ini merupakan kendaraan yang paling tepat digunakan untuk merusak Islam, menikahi Syahru Banu bukanlah sesuatu yang merugikan dipandang dari sudut kepentingan orang-orang Persia, pucuk dicinta ulam tiba, Husein yang ditunggu-tunggu oleh orang Persia Akhirnya Datang Juga sebagai kendaraan balas dendam terhadap Islam, dengan cara merusak Islam dari dalam. Kekuasaan ribuan tahun bagi Persia merupakan kekuasaan turun temurun yang seharusnya terpelihara, Itulah sebabnya Mengapa wilayah tanduk setan itu menjadi tempat pembantaian Husein, adalah sudah biasa mengorbankan sosok seorang pahlawan sebagai tumbal negara Persia sebelum di mitos kultuskan sebagai keturunan Dewa ataupun yang dikenal dalam istilah Syiah Imam 12
Oleh Zulkarnain El Maduri
Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah ada dua peristiwa besar yang terjadi menimpa Islam, pertama pembunuhan sadis yang dilakukan oleh orang-orang fasik terhadap Usman bin Affan, kedua adalah Ali bin Abi Tholib yang juga mati terbunuh, hingga perutnya keluar.
Berbicara sahabat Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yang memimpin Khilafah sebagai generasi pelanjut Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, sebenarnya dari empat sahabat pengganti Rasulullah Shallallahu Alaihi Salam memimpin umatnya, 3 orang diantaranya menghadapi masalah besar seperti pembunuhan yang dilakukan kepada Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib. Sedangkan mereka adalah hamba-hamba Allah yang sangat mencintai rasulnya, menjalankan dakwah-dakwah tauhid kepada bangsa-bangsa di dunia. Namun demikian di dalam perjalanan kepemimpinan mereka juga tidak lepas dari masalah internal, sehingga seorang Umar pun bisa mati ditikam oleh seorang majusi, sebagaimana juga Utsman bin Affan menjadi korban pembunuhan secara sadis tanpa ampun, demikian Ali bin Abi Tholib menghadapi nasib yang sama, harus mati terkapar di tangan seorang khawarij pada waktu itu. Namun Apakah pernah kelompok syiah mengadakan acara ritualitas pembunuhan terhadap Ali bin Abi Tholib yang mati terbunuh, Mengapa cuma Karbala yang dihidupkan dan tidak kematian Ali pun harus menjadi Ratapan ?. Mestinya adalah yang harus lebih di peringati bukan Husen dari putranya, sedangkan dalam dinamika berfikir Syiah, bukan lebih mengedepankan akal sehat tetapi akal yang terbelenggu fanatisme buta, sebagai akibat terperosok pada anggapan orang-orang yang menuhankan Husein. Tentu hal ini dipandang tidak baik dalam sejarah ketika mengangkat Husen melebihi segalanya yang ada sebelumnya, artinya ada perlakuan istimewa terhadap Husen dibandingkan terhadap kematian Ali bin Abi Tholib yang dianggap sebagai Pelopor berdirinya Syiah, oleh orang orangnya.
Itulah sebabnya Ibnu Katsir mempertanyakan ketulusan cinta kaum Syiah kepada ahli bait. “Mengapa mereka tidak menjadikan hari pembunuhan Ali sebagai hari ratapan seperti yang mereka lakukan terhadap hari pembunuhan Husein? Bapaknya dibunuh pada hari Jum’at ketika mengimami shalat Subuh, tanggal 17 Ramadhan 40 Hijriah,” ungkapnya di dalam kitab sejarah fenomenal beliau, Al-Bidayah wan Nihayah.
Di sisi lain, kata Ibnu Katsir, Utsman lebih baik daripada Ali, menurut Ahli Sunnah wal Jamaah. Dia dibunuh dalam keadaan terkepung di rumahnya pada hari-hari Tasyrik Dzulhijjah 36 H. Ia dibunuh dengan urat nadi dipotong. Tetapi, manusia tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari ratapan. Demikian juga Umar bin Al-Khaththab yang lebih baik daripada Utsman dan Ali. Dia dibunuh dalam keadaan sedang berdiri di mihrab pada waktu melaksanakan shalat Subuh, saat membaca Al-Qur’an. Kaum muslimin pun tidak menjadikan hari pembunuhannya sebagai hari ratapan. Demikian juga Abu Bakar Ash-Shiddiq yang lebih utama daripada Umar. Manusia tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari ratapan.
Menelaaah berita kematian Husein radhiallahu'anhu, sebenarnya kebaktian biasa yang dibesar-besarkan oleh kelompok tertentu yang memang ingin menjatuhkan derajat Islam. Dalam hal ini Ibnu Katsir mengatakan:
kata Ibnu Katsir, Utsman lebih baik Ali, menurut Ahli Sunnah wal Jamaah. Dia dibunuh dalam keadaan terkepung di rumahnya pada hari-hari Tasyrik Dzulhijjah 36 H. Ia dibunuh dengan urat nadi dipotong. Tetapi, manusia tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari ratapan. Demikian juga Umar bin Al-Khaththab yang lebih baik daripada Utsman dan Ali. Dia dibunuh dalam keadaan sedang berdiri di mihrab pada waktu melaksanakan shalat Subuh, saat membaca Al-Qur’an. Kaum muslimin pun tidak menjadikan hari pembunuhannya sebagai hari ratapan. Demikian juga Abu Bakar Ash-Shiddiq yang lebih utama daripada Umar. Manusia tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari ratapan.
Tetapi kematian Husein yang diratapi sedemikian dahsyatnya oleh para penganut agama Syiah jelas motivasinya adalah menjadi orang yang selalu berdakwah menyimpang ketika berada di tengah-tengah orang lain
Interest bangsa Persia dengan Husen ini merupakan kendaraan yang paling tepat digunakan untuk merusak Islam, menikahi Syahru Banu bukanlah sesuatu yang merugikan dipandang dari sudut kepentingan orang-orang Persia, pucuk dicinta ulam tiba, Husein yang ditunggu-tunggu oleh orang Persia Akhirnya Datang Juga sebagai kendaraan balas dendam terhadap Islam, dengan cara merusak Islam dari dalam. Kekuasaan ribuan tahun bagi Persia merupakan kekuasaan turun temurun yang seharusnya terpelihara, Itulah sebabnya Mengapa wilayah tanduk setan itu menjadi tempat pembantaian Husein, adalah sudah biasa mengorbankan sosok seorang pahlawan sebagai tumbal negara Persia sebelum di mitos kultuskan sebagai keturunan Dewa ataupun yang dikenal dalam istilah Syiah Imam 12
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: