Syiahindonesia.com - Serangan artileri oleh rezim Suriah pada Jumat (26/10/2018) menewaskan tujuh warga sipil di Idlib, dengan korban tewas tertinggi sejak kesepakatan Rusia-Turki bulan lalu untuk mencegah serangan pemerintah di provinsi itu, kata seorang monitor
Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa serangan pada Jumat itu adalah pelanggaran paling serius terhadap gencatan senjata yang dicapai oleh Turki dan Rusia bulan lalu.
Observatorium mengatakan tujuh orang, termasuk tiga wanita dan tiga anak, tewas dalam serangan di desa Umm Jalal dan Rafa di provinsi Idlib.
Daerah ini merupakan bagian dari zona demiliterisasi yang disepakati antara Rusia dan Turki untuk mencegah serangan pemerintah terhadap Idlib.
Kesepakatan Rusia-Turki yang berlaku pada 15 Oktober telah dilanggar pada beberapa kesempatan.
Juru bicara resmi Front Pembebasan Nasional mengungkapkan bahwa kekuatan rezim Asad di Suriah menargetkan posisi oposisi bersenjata Suriah di pedesaan Idlib dan Aleppo dengan artileri dan rudal.
Juru bicara, Naji Mustafa, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa “itu sudah tenang sejak perjanjian Sochi, dan senjata berat kami tidak tersedia di front.”
(fath/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa serangan pada Jumat itu adalah pelanggaran paling serius terhadap gencatan senjata yang dicapai oleh Turki dan Rusia bulan lalu.
Observatorium mengatakan tujuh orang, termasuk tiga wanita dan tiga anak, tewas dalam serangan di desa Umm Jalal dan Rafa di provinsi Idlib.
Daerah ini merupakan bagian dari zona demiliterisasi yang disepakati antara Rusia dan Turki untuk mencegah serangan pemerintah terhadap Idlib.
Kesepakatan Rusia-Turki yang berlaku pada 15 Oktober telah dilanggar pada beberapa kesempatan.
Juru bicara resmi Front Pembebasan Nasional mengungkapkan bahwa kekuatan rezim Asad di Suriah menargetkan posisi oposisi bersenjata Suriah di pedesaan Idlib dan Aleppo dengan artileri dan rudal.
Juru bicara, Naji Mustafa, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa “itu sudah tenang sejak perjanjian Sochi, dan senjata berat kami tidak tersedia di front.”
(fath/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: