Syiahindonesia.com - Alain Goma, seorang warga negara Perancis yang ditawan di Yaman oleh pasukan teroris Syiah Houtsi, telah dibebaskan pada Selasa (16/10/2018), sebuah pernyataan dari kantor presiden Perancis mengatakan.
Dalam pernyataannya, Presiden Emmanuel Macron mengakui bantuan dari pemerintah Saudi dan Sultan Qaboos Bin Said Al-Said dari Oman dalam membawa pembebasan Goma.
Goma telah berada di penjara di ibukota Yaman Sanaa, yang berada di bawah kendali Houtsi, setelah dipindahkan dari pelabuhan Laut Merah Hudaidah, di mana perahunya mengalami kesulitan pada Juni silam.
Yaman telah berada dalam kondisi perang sejak 2014, ketika Houtsi menguasai banyak wilayah, termasuk ibukota Sana’a.
Konflik meningkat pada tahun 2015 ketika Arab Saudi dan sekutunya meluncurkan kampanye udara besar-besaran di Yaman yang bertujuan untuk mengalahkan Houtsi.
Tahun berikutnya, pembicaraan perdamaian yang disponsori PBB yang diadakan di Kuwait gagal menghasilkan terobosan nyata.
Kekerasan telah merusak prasarana dasar negara, termasuk sistem air dan sanitasi, yang mendorong PBB untuk menggambarkan situasi sebagai “salah satu bencana kemanusiaan terburuk di zaman modern”.
(fath/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Dalam pernyataannya, Presiden Emmanuel Macron mengakui bantuan dari pemerintah Saudi dan Sultan Qaboos Bin Said Al-Said dari Oman dalam membawa pembebasan Goma.
Goma telah berada di penjara di ibukota Yaman Sanaa, yang berada di bawah kendali Houtsi, setelah dipindahkan dari pelabuhan Laut Merah Hudaidah, di mana perahunya mengalami kesulitan pada Juni silam.
Yaman telah berada dalam kondisi perang sejak 2014, ketika Houtsi menguasai banyak wilayah, termasuk ibukota Sana’a.
Konflik meningkat pada tahun 2015 ketika Arab Saudi dan sekutunya meluncurkan kampanye udara besar-besaran di Yaman yang bertujuan untuk mengalahkan Houtsi.
Tahun berikutnya, pembicaraan perdamaian yang disponsori PBB yang diadakan di Kuwait gagal menghasilkan terobosan nyata.
Kekerasan telah merusak prasarana dasar negara, termasuk sistem air dan sanitasi, yang mendorong PBB untuk menggambarkan situasi sebagai “salah satu bencana kemanusiaan terburuk di zaman modern”.
(fath/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: