Syiahindonesia.com - Kecerdasan yang dimiliki imam Abu Hanifah pernah merobohkan keyakinan salah satu penganut sekte Syiah. Sebagaimana telah diketahui, kota Kufah adalah basis Syiah. Maka tidak sedikit dari tetangga Abu Hanifah yang menganut Syiah, yang berlebih-lebihan dalam menyanjung sahabat Ali bin Abi Thalib ra., dan terlalu lancang dalam memusuhi tiga Khalifah sebelumnya. Sampai-sampai seorang Syiah tetangga Abu Hanifah dengan beraninya menuduh sahabat Utsman bin ‘Affan ra. sebagai orang Yahudi.
Pada suatu hari, Abu Hanifah mengunjungi tetangganya tersebut.
“Saya datang untuk melamar putrimu.” kata Abu Hanifah mengawali pembicaraannya.
“Untuk siapa?” tanya tetangga itu.
“Untuk orang terpandang, kaya raya, pemurah, hafal al-Qur’an, biasa bangun malam, dan sering menangis karena takut kepada Allah.”Abu Hanifah serius menjelaskan.
“Itu terlalu berlebihan bagi saya. Tidak sampai begitu juga saya terima.” kata tetangga itu dengan nada bahagia.
“Tapi ada satu hal.” sela Abu Hanifah.
“Apa itu?”
“Dia orang Yahudi.”
“Subhanallah, kamu menyuruh saya mengawinkan anak saya dengan orang Yahudi?” tetangga itu terkejut bukan kepalang.
“Berarti kamu tidak mau?” tanya abu Hanifah memastikan.
“Tidak mau.” tegas tetangga itu.
“Tetapi bukankah Rasulullah saw. telah menikahkan kedua putrinya dengan orang Yahudi?” pancing Abu Hanifah.
Kata terakhir dari Abu Hanifah itu akhirnya merobohkan keyakinan yang selama ini mengurung hati tetangga tersebut. Salah satunya adalah keberanian tetangga itu menyebut sahabat Utsman bin ‘Affan ra—sahabat yang sekaligus menantu Rasulullah saw.—sebagai orang Yahudi.
“Astahfirullah.” ucap tetangga itu sadar.
[]waAllahu a’lam
____________________________
Disarikan dari kitab Tarikh Baghdad, vol. XIII hal. 361, karya Ahmad bin Ali al-Khatib al-Baghdadi.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Pada suatu hari, Abu Hanifah mengunjungi tetangganya tersebut.
“Saya datang untuk melamar putrimu.” kata Abu Hanifah mengawali pembicaraannya.
“Untuk siapa?” tanya tetangga itu.
“Untuk orang terpandang, kaya raya, pemurah, hafal al-Qur’an, biasa bangun malam, dan sering menangis karena takut kepada Allah.”Abu Hanifah serius menjelaskan.
“Itu terlalu berlebihan bagi saya. Tidak sampai begitu juga saya terima.” kata tetangga itu dengan nada bahagia.
“Tapi ada satu hal.” sela Abu Hanifah.
“Apa itu?”
“Dia orang Yahudi.”
“Subhanallah, kamu menyuruh saya mengawinkan anak saya dengan orang Yahudi?” tetangga itu terkejut bukan kepalang.
“Berarti kamu tidak mau?” tanya abu Hanifah memastikan.
“Tidak mau.” tegas tetangga itu.
“Tetapi bukankah Rasulullah saw. telah menikahkan kedua putrinya dengan orang Yahudi?” pancing Abu Hanifah.
Kata terakhir dari Abu Hanifah itu akhirnya merobohkan keyakinan yang selama ini mengurung hati tetangga tersebut. Salah satunya adalah keberanian tetangga itu menyebut sahabat Utsman bin ‘Affan ra—sahabat yang sekaligus menantu Rasulullah saw.—sebagai orang Yahudi.
“Astahfirullah.” ucap tetangga itu sadar.
[]waAllahu a’lam
____________________________
Disarikan dari kitab Tarikh Baghdad, vol. XIII hal. 361, karya Ahmad bin Ali al-Khatib al-Baghdadi.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: