Syiahindonesia.com- Wakil Tetap Yaman untuk PBB Abdullah Ali As-Saadi mengatakan bencana di Yaman telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan akibat kudeta oleh kelompok Al-Houthi.
Ketika berpidato di Markas PBB di New York pada Sabtu (2/2) untuk mempersiapkan konferensi donor untuk Yaman pada 26 Februari, ia mengatakan milisi gerilyawan Syiah tersebut melakukan penjarahan terhadap lembaga-lembaga negara.
Anggota milisi Al-Houthi bahkan menghalangi tugas organisasi bantuan kemanusiaan serta menyerang pegawai mereka dan gudang bantuan, kata As-Saadi, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Resmi Arab Saudi, SPA --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad.
Ia memberi contoh perbuatan terbaru Al-Houthi, yaitu mencuri bantuan pangan dan mengebom penggilingan gandum di Al-Hudaydah.
Gerilyawan Al-Houthi menguasai Al-Hudaydah saat faksi lain Yaman yang didukung koalisi pimpinan Arab Saudi berusaha memulihkan pemerintah yang diakui masyarakat internasional bertebaran di pinggir kota pelabuhan tersebut.
Kegagalan mereka untuk menarik petempur dari kota tersebut, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata satu-bulan, telah menghidupkan kembali ancaman terhadap serangan besar terhadap Al-Hudaydah, kondisi yang bisa memicu kelaparan.
Dalam enam bulan terakhir saja, perang di Yaman telah memaksa lebih dari setengah juta anak meninggalkan rumah mereka, kata beberapa kelompok bantuan pada Kamis (31/1). Organisasiorganisasi itu memperingatkan bahwa generasi pemuda terancam hilang.
Kebanyakan orang mengungsi selama serangan besar militer terhadap Kota Al-Hudaydah pada Juli dan Agustus tahun lalu dan semuanya menghadapi masa depan "yang suram", karena tak mempunyai akses ke pendidikan dan menghadapi peningkatan risiko serangan penyakit serta kelaparan, kata organisasi anak PBB.
"Kita akan kehilangan satu generasi --banyak anak kehilangan pendidikan mereka, dan pengungsian membuat keadaan bertambah parah," kata Meritxell Relano, Direktur UNICEF di Yaman kepada Thompson Reuters Foundation melalui telepon dari Ibu Kota Yaman, Sanaa.
"Tanpa pendidikan, mereka takkan bisa memperoleh pekerjaan ... satu generasi yang tak berpendidikan memiliki masa depan yang sangat suram," katanya.
Sebanyak dua juta anak di Yaman sekarang tak bisa mengenyam pendidikan setelah hampir empat tahun perang, yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong rakyat negeri tersebut ke jurang kelaparan, kata PBB. (ant/adi/covesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Ketika berpidato di Markas PBB di New York pada Sabtu (2/2) untuk mempersiapkan konferensi donor untuk Yaman pada 26 Februari, ia mengatakan milisi gerilyawan Syiah tersebut melakukan penjarahan terhadap lembaga-lembaga negara.
Anggota milisi Al-Houthi bahkan menghalangi tugas organisasi bantuan kemanusiaan serta menyerang pegawai mereka dan gudang bantuan, kata As-Saadi, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Resmi Arab Saudi, SPA --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad.
Ia memberi contoh perbuatan terbaru Al-Houthi, yaitu mencuri bantuan pangan dan mengebom penggilingan gandum di Al-Hudaydah.
Gerilyawan Al-Houthi menguasai Al-Hudaydah saat faksi lain Yaman yang didukung koalisi pimpinan Arab Saudi berusaha memulihkan pemerintah yang diakui masyarakat internasional bertebaran di pinggir kota pelabuhan tersebut.
Kegagalan mereka untuk menarik petempur dari kota tersebut, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata satu-bulan, telah menghidupkan kembali ancaman terhadap serangan besar terhadap Al-Hudaydah, kondisi yang bisa memicu kelaparan.
Dalam enam bulan terakhir saja, perang di Yaman telah memaksa lebih dari setengah juta anak meninggalkan rumah mereka, kata beberapa kelompok bantuan pada Kamis (31/1). Organisasiorganisasi itu memperingatkan bahwa generasi pemuda terancam hilang.
Kebanyakan orang mengungsi selama serangan besar militer terhadap Kota Al-Hudaydah pada Juli dan Agustus tahun lalu dan semuanya menghadapi masa depan "yang suram", karena tak mempunyai akses ke pendidikan dan menghadapi peningkatan risiko serangan penyakit serta kelaparan, kata organisasi anak PBB.
"Kita akan kehilangan satu generasi --banyak anak kehilangan pendidikan mereka, dan pengungsian membuat keadaan bertambah parah," kata Meritxell Relano, Direktur UNICEF di Yaman kepada Thompson Reuters Foundation melalui telepon dari Ibu Kota Yaman, Sanaa.
"Tanpa pendidikan, mereka takkan bisa memperoleh pekerjaan ... satu generasi yang tak berpendidikan memiliki masa depan yang sangat suram," katanya.
Sebanyak dua juta anak di Yaman sekarang tak bisa mengenyam pendidikan setelah hampir empat tahun perang, yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong rakyat negeri tersebut ke jurang kelaparan, kata PBB. (ant/adi/covesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: