Syiahindonesia.com - Indonesia disebut-sebut dalam kondisi darurat Syiah. Ini dibuktikan dengan munculnya banyak yayasan berlatar belakang Syiah, bahkan saat ini disinyalir sudah masuk ke ranah politik.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Hukum dan Perundang undangan, Muhammad Baharun, selaku pembicara Talkshow bertema, Ada Apa dengan Syiah? Mengupas Lebih Cermat tentang Akidah dan Ajarannya, di Masjid Agung Darussalam, Cilacap, Minggu (11/5/2014).
“Saya katakan Indonesia darurat Syiah. Ini karena sekarang banyak muncul yayasan-yayasan Syiah. Bahkan ada indikasi mereka sudah masuk ranah politik yang bisa berdampak pada kebijakan pemerintah,” jelasnya.
Dikatakan, ada 2 doktrin Syiah yang harus dipahami oleh masyarakat, yaitu doktrin Aqidah dan Negara.
“Dalam aspek Aqidah, Syiah mempersoalkan orisinalitas kitab suci Alquran. Mereka berkeyakinan bahwa Alquran yang ada saat ini tidak lengkap. Selain itu, Syiah juga berperilaku takfir, atau melakukan pengkafiran terhadap sahabat-sahabat Nabi,” tegasnya.
Hal ini, menjadi ancaman serius bagi stabilitas Negara Indonesia, yang sebagian besar merupakan penganut Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Di sisi lain, Baharun menilai, tumbuh pesatnya Syiah juga tidak lepas dari kondisi internal Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
“Syiah bisa berkembang pesat karena di internal Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga terjadi perpecahan. Untuk itu antisipasi terhadap penyebaran Syiah di Indonesia harus dilakukan secara proporsional, integral, dan tidak boleh terpecah-pecah,” jelasnya.
Sementara, Amin Jamaludin selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Jakarta menyatakan, persoalan Syiah adalah tentang Aqidah yang bertentangan dengan Islam.
“Ini soal Aqidah, tidak bisa diganggu gugat. Dalam Islam, semua amalan ada rukun dan tuntunannya. Tapi Syiah tidak meyakini itu, maka tentu batal keislamannya,” kata Amin Jamaluddin.
Sementara itu Ketua Panitia Talkshow dari Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Cilacap, Sukirman menyebutkan acara ini sangat penting dilakukan untuk mewaspadai penyebaran Syiah di masyarakat.
“Syiah dengan Islam jelas memiliki perbedaan mendasar. Hal yang paling populer adalah mereka menghalalkan nikah Mut’ah (nikah kontrak -red) yang bertentangan dengan Islam. Bagi sebagian masyarakat Cilacap hal ini masih terbilang awam, sehingga kami merasa berkewajiban menyebarluaskannya kepada masyarakat,” ungkapnya.
Acara yang dimulai pukul 08.00 hingga 13.30 WIB itu dihadiri oleh sekitar 1.500 pengunjung.
Dalam kegiatan itu juga dibagikan buku terbitan MUI Pusat berjudul Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia. (San/Yus)11 May. Nahimunkar.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Hukum dan Perundang undangan, Muhammad Baharun, selaku pembicara Talkshow bertema, Ada Apa dengan Syiah? Mengupas Lebih Cermat tentang Akidah dan Ajarannya, di Masjid Agung Darussalam, Cilacap, Minggu (11/5/2014).
“Saya katakan Indonesia darurat Syiah. Ini karena sekarang banyak muncul yayasan-yayasan Syiah. Bahkan ada indikasi mereka sudah masuk ranah politik yang bisa berdampak pada kebijakan pemerintah,” jelasnya.
Dikatakan, ada 2 doktrin Syiah yang harus dipahami oleh masyarakat, yaitu doktrin Aqidah dan Negara.
“Dalam aspek Aqidah, Syiah mempersoalkan orisinalitas kitab suci Alquran. Mereka berkeyakinan bahwa Alquran yang ada saat ini tidak lengkap. Selain itu, Syiah juga berperilaku takfir, atau melakukan pengkafiran terhadap sahabat-sahabat Nabi,” tegasnya.
Hal ini, menjadi ancaman serius bagi stabilitas Negara Indonesia, yang sebagian besar merupakan penganut Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Di sisi lain, Baharun menilai, tumbuh pesatnya Syiah juga tidak lepas dari kondisi internal Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
“Syiah bisa berkembang pesat karena di internal Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga terjadi perpecahan. Untuk itu antisipasi terhadap penyebaran Syiah di Indonesia harus dilakukan secara proporsional, integral, dan tidak boleh terpecah-pecah,” jelasnya.
Sementara, Amin Jamaludin selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Jakarta menyatakan, persoalan Syiah adalah tentang Aqidah yang bertentangan dengan Islam.
“Ini soal Aqidah, tidak bisa diganggu gugat. Dalam Islam, semua amalan ada rukun dan tuntunannya. Tapi Syiah tidak meyakini itu, maka tentu batal keislamannya,” kata Amin Jamaluddin.
Sementara itu Ketua Panitia Talkshow dari Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Cilacap, Sukirman menyebutkan acara ini sangat penting dilakukan untuk mewaspadai penyebaran Syiah di masyarakat.
“Syiah dengan Islam jelas memiliki perbedaan mendasar. Hal yang paling populer adalah mereka menghalalkan nikah Mut’ah (nikah kontrak -red) yang bertentangan dengan Islam. Bagi sebagian masyarakat Cilacap hal ini masih terbilang awam, sehingga kami merasa berkewajiban menyebarluaskannya kepada masyarakat,” ungkapnya.
Acara yang dimulai pukul 08.00 hingga 13.30 WIB itu dihadiri oleh sekitar 1.500 pengunjung.
Dalam kegiatan itu juga dibagikan buku terbitan MUI Pusat berjudul Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia. (San/Yus)11 May. Nahimunkar.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: