Syiahindonesia.com, Mosul – Aliansi milisi Syiah Iraq untuk memerangi ISIS, Al-Hasd Al-Syakbi, mengendalikan bisnis besi tua dan logam sisa perang. Bisnis ini menghasilkan jutaan dolar yang digunakan untuk mendanai milisi yang didukung Iran itu.
Menurut penulusuran Reuters dalam laporannya yang dipublikasikan pada Rabu (13/02), perdagangan besi tua sisa perang terhadap ISIS di Iraq diatur oleh milisi Syiah Al-Hasd Al-Syakbi. Jika ada pihak yang ikut bermain dalam bisnis, mereka harus membayar pajak dari barang-barang yang melintas.
Berdasarkan keterangan yang dikumpulan Reuters dari pengusaha pabrik baja di sekitar Mosul, milisi Al-Hasd Al-Syakbi mendapat jutaan dolar dari menjual mobil rusak, bekas amunisi dan senjata dan barang-barang besi dan logam lainnya yang rusak akibat pertempuran.
Milisi Syiah memanfaatkan kontrol wilayah untuk mengendalikan bisnis ini. Besi-besi tersebut dijual ke wilayah Kurdistan dan ke wilayah Iraq selatan.
Milisi tersebut terkadang mengintimidasi orang-orang yang supaya menjual besi bekas kepada mereka. Salah seorang pengumpul besi tua mengatakan kepada Reuters bahwa ia hanya bisa menjual besi kepada milisi Syiah atau kepada pihak lain yang memiliki kesepakatan dengan mereka.
Para pedagang mengatakan milisi Syiah atau perusahaan yang terkait dengan perjanjian dengan mereka menggunakan supir untuk memindahkan besi bekas dari Anbar ke Kurdistan atau ke selatan ke Basra.
Mohamed Kiko, pengelola pabrik baja di Kurdistan, mengatakan ia telah membeli setidaknya 300 metrik ton besi tua setiap hari dari Mosul sejak kota itu dipulihkan dari ISIS.
“Saat ini, kami membeli antara $ 150 dan $ 160 sesuai dengan barang yang ada,” katanya.
Menurut keterangan sejumlah pejabat parlemen di wilayah Anbar dan Mosul, bekas basis ISIS, milisi Syiah tidak menggunakan hasil penjualan untuk merekonstruksi kembali wilayah yang hancur akibat perang. Hanya sedikit hasil penjualan itu digunakan untuk membangun wilayah yang rusak. Mayoritas hasil penjualan untuk membiayai milisi tersebut. Kiblat.net
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Menurut penulusuran Reuters dalam laporannya yang dipublikasikan pada Rabu (13/02), perdagangan besi tua sisa perang terhadap ISIS di Iraq diatur oleh milisi Syiah Al-Hasd Al-Syakbi. Jika ada pihak yang ikut bermain dalam bisnis, mereka harus membayar pajak dari barang-barang yang melintas.
Berdasarkan keterangan yang dikumpulan Reuters dari pengusaha pabrik baja di sekitar Mosul, milisi Al-Hasd Al-Syakbi mendapat jutaan dolar dari menjual mobil rusak, bekas amunisi dan senjata dan barang-barang besi dan logam lainnya yang rusak akibat pertempuran.
Milisi Syiah memanfaatkan kontrol wilayah untuk mengendalikan bisnis ini. Besi-besi tersebut dijual ke wilayah Kurdistan dan ke wilayah Iraq selatan.
Milisi tersebut terkadang mengintimidasi orang-orang yang supaya menjual besi bekas kepada mereka. Salah seorang pengumpul besi tua mengatakan kepada Reuters bahwa ia hanya bisa menjual besi kepada milisi Syiah atau kepada pihak lain yang memiliki kesepakatan dengan mereka.
Para pedagang mengatakan milisi Syiah atau perusahaan yang terkait dengan perjanjian dengan mereka menggunakan supir untuk memindahkan besi bekas dari Anbar ke Kurdistan atau ke selatan ke Basra.
Mohamed Kiko, pengelola pabrik baja di Kurdistan, mengatakan ia telah membeli setidaknya 300 metrik ton besi tua setiap hari dari Mosul sejak kota itu dipulihkan dari ISIS.
“Saat ini, kami membeli antara $ 150 dan $ 160 sesuai dengan barang yang ada,” katanya.
Menurut keterangan sejumlah pejabat parlemen di wilayah Anbar dan Mosul, bekas basis ISIS, milisi Syiah tidak menggunakan hasil penjualan untuk merekonstruksi kembali wilayah yang hancur akibat perang. Hanya sedikit hasil penjualan itu digunakan untuk membangun wilayah yang rusak. Mayoritas hasil penjualan untuk membiayai milisi tersebut. Kiblat.net
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: