Syiahindonesia.com - Setidaknya 80 pemberontak Houthi tewas hari Jumat dalam bentrokan dengan pasukan pemerintah selama pembebasan daerah-daerah utama di provinsi Dhale, Yaman.
Mereka yang tewas termasuk komandan Al Houthi, Mohammad Al-Sanhani, menurut situs militer September Net Yaman, sebagaimana dikutip Anadolu Agency.
Militer Yaman juga menghancurkan sejumlah besar amunisi dan senjata milik milisi bersenjata dukungan Iran ini, kata situs web itu.
Bentrokan itu terjadi ketika tentara merebut kembali sebuah kota di Dhale dari pemberontak Syiah ini, menurut sumber militer.
“Tentara telah berhasil membebaskan Kota Qatabah dari pemberontak Houthi,” kata pasukan Security Belt – Yaman yang dilatih UEA dalam sebuah pernyataan.
Yaman telah dilanda kekerasan sejak 2014, ketika kelompok pemberontak Syiah ini menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu Kota Sanaa, merebut istana kepresidenan dan menjadikan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi sebagai tahanan virtual pada Januari 2015.
Abd-Rabbu Mansour Hadi, kabur meminta bantuan ke Saudi dan sempat bersembunyi di sana. Saudi kemudian memutuskan untuk membentuk pasukan Koalisi Negara Arab dan melakukan serangan udara ke wilayah yang dikuasai pemberontak.
PBB mengatakan, perang empat tahun yang menelahan puluhan ribu jiwa, sebagian besar warga sipil, menyebabkan negara itu mendekati kelaparan massal. Indonesiainside.id
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Mereka yang tewas termasuk komandan Al Houthi, Mohammad Al-Sanhani, menurut situs militer September Net Yaman, sebagaimana dikutip Anadolu Agency.
Militer Yaman juga menghancurkan sejumlah besar amunisi dan senjata milik milisi bersenjata dukungan Iran ini, kata situs web itu.
Bentrokan itu terjadi ketika tentara merebut kembali sebuah kota di Dhale dari pemberontak Syiah ini, menurut sumber militer.
“Tentara telah berhasil membebaskan Kota Qatabah dari pemberontak Houthi,” kata pasukan Security Belt – Yaman yang dilatih UEA dalam sebuah pernyataan.
Yaman telah dilanda kekerasan sejak 2014, ketika kelompok pemberontak Syiah ini menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu Kota Sanaa, merebut istana kepresidenan dan menjadikan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi sebagai tahanan virtual pada Januari 2015.
Abd-Rabbu Mansour Hadi, kabur meminta bantuan ke Saudi dan sempat bersembunyi di sana. Saudi kemudian memutuskan untuk membentuk pasukan Koalisi Negara Arab dan melakukan serangan udara ke wilayah yang dikuasai pemberontak.
PBB mengatakan, perang empat tahun yang menelahan puluhan ribu jiwa, sebagian besar warga sipil, menyebabkan negara itu mendekati kelaparan massal. Indonesiainside.id
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: