Syiahindonesia.com, Sanaa – Koalisi militer anti pemberontak Syiah Hutsi pimpinan Arab Saudi menargetkan pangkalan militer Yaman di ibukota Sanaa, yang dimanfaatkan pemberontak. Serangan ini untuk menghancurkan lokasi perlengkapan drone.
“Pasukan koalisi pada Rabu malam menghancurkan target legal di pangkalan udara Ad-Dailamy. Target itu mencakup pemeliharaan drone dan sistem komunikasi militer serta lokasi yang dihuni ahli-ahli asing yang mengoperasikan dua alat tersebut,” kata juru bicara koalisi Arab Kolonel Turki Al-Maliki dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh Saudi Press Agency dan dilansir AFP pada Kamis (02/05/2019).
Bulan lalu, koalisi mengumumkan penargetan gua untuk penyimpanan pesawat tak berawak milik pemberontak Hutsi, di salah satu kamp Pengawal Republik di kediaman presiden di ibukota Yaman, Sana’a.
Untuk bagiannya, kantor berita Yaman yang kini dikelola Siyiah Hutsi, Saba, mengatakan bahwa koalisi meluncurkan 13 serangan pada Rabu malam yang menargetkan “Bandara Internasional Sanaa dan pangkalan udara”.
Dalam sebuah wawancara televisi bulan lalu, pemimpin pemberontak Hutsi Abdul Malik al-Hutsi memperingatkan bahwa pasukannya dapat melancarkan serangan terhadap sasaran-sasaran vital di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang memimpin aliansi melawannya.
Dia menunjukkan bahwa pasukannya memiliki kemampuan untuk menargetkan “sasaran strategis dan vital serta sensitif dan berpengaruh.”
Pemberontak Hutsi melancarkan serangan pada Januari terhadap sebuah drone yang menargetkan parade militer di pangkalan udara Yaman, pangkalan terbesar di negara itu, menewaskan kepala intelijen militer pasukan Yaman yang loyal kepada pemerintah dan Wakil Kepala Staf Yaman.
Yaman, negara termiskin di Semenanjung Arab, menjadi ajang pertempuran sejak 2014 antara pemberontak Hutsi yang didukung Iran dan pasukan yang setia kepada Presiden Abduh Rabba Mansour Hadi.
Konflik tersebut menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia dengan lebih dari 24 juta orang masih membutuhkan bantuan kemanusiaan, lebih dari 56.000 terluka sejak dimulainya operasi koalisi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia. Para pejabat kemanusiaan menganggap jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi. Kiblat.net
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
“Pasukan koalisi pada Rabu malam menghancurkan target legal di pangkalan udara Ad-Dailamy. Target itu mencakup pemeliharaan drone dan sistem komunikasi militer serta lokasi yang dihuni ahli-ahli asing yang mengoperasikan dua alat tersebut,” kata juru bicara koalisi Arab Kolonel Turki Al-Maliki dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh Saudi Press Agency dan dilansir AFP pada Kamis (02/05/2019).
Bulan lalu, koalisi mengumumkan penargetan gua untuk penyimpanan pesawat tak berawak milik pemberontak Hutsi, di salah satu kamp Pengawal Republik di kediaman presiden di ibukota Yaman, Sana’a.
Untuk bagiannya, kantor berita Yaman yang kini dikelola Siyiah Hutsi, Saba, mengatakan bahwa koalisi meluncurkan 13 serangan pada Rabu malam yang menargetkan “Bandara Internasional Sanaa dan pangkalan udara”.
Dalam sebuah wawancara televisi bulan lalu, pemimpin pemberontak Hutsi Abdul Malik al-Hutsi memperingatkan bahwa pasukannya dapat melancarkan serangan terhadap sasaran-sasaran vital di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang memimpin aliansi melawannya.
Dia menunjukkan bahwa pasukannya memiliki kemampuan untuk menargetkan “sasaran strategis dan vital serta sensitif dan berpengaruh.”
Pemberontak Hutsi melancarkan serangan pada Januari terhadap sebuah drone yang menargetkan parade militer di pangkalan udara Yaman, pangkalan terbesar di negara itu, menewaskan kepala intelijen militer pasukan Yaman yang loyal kepada pemerintah dan Wakil Kepala Staf Yaman.
Yaman, negara termiskin di Semenanjung Arab, menjadi ajang pertempuran sejak 2014 antara pemberontak Hutsi yang didukung Iran dan pasukan yang setia kepada Presiden Abduh Rabba Mansour Hadi.
Konflik tersebut menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia dengan lebih dari 24 juta orang masih membutuhkan bantuan kemanusiaan, lebih dari 56.000 terluka sejak dimulainya operasi koalisi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia. Para pejabat kemanusiaan menganggap jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi. Kiblat.net
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: