Syiahindonesia.com - Khilafah, satu kata yang rasanya selalu saja menarik untuk diperbincangkan. Antara fanatik dalam menjadikan Negara Indonesia dengan sistem khilafah dan merasa Khilafah adalah sistem yang tidak pantas adalah dua anggapan yang masih saja senang adu argumen.
Namun jujur saja, saya pribadi merasa tidak perlu sangat takut dan khawatir luar biasa jika Negara ini di pondasikan dengan Sistem Demokrasi, toh dari dulu memang kita adalah Negara Demokrasi. Ataupun saya tidak perlu merasa sangat bangga jika akhirnya Khilafah berdiri tegak menjadi sistem Pemerintahan, bukan karena saya Islam dan pada akhirnya saya merasa bahwa Agama lain harus ngikut dengan sistem Khilafah.
Saya masih sangat ingat beberapa hari yang lalu, ketika saya harus menunggu beberapa teman lainnya di halte untuk mengikuti salah satu mata kuliah, saya duduk bersama seorang teman yang sudah datang lebih dulu di halte tepatnya di depan fakultas sedangkan di ujung kiri halte sendiri duduk seorang lelaki yang menggunakan Jaket khas dari Gojek dengan warna hitam dan hijau. Dia terlihat begitu asyik bermain ponsel yang sesekali memandangi kami yang sedang duduk di tempat yang sama dengannya (Halte).
Awalnya saya dan teman cuman asyik menghitung lalu lalang kendaraan yang lewat, dan entah kenapa? Si Tukang Gojek itu memulai topik pembahasan yang menurutku adalah Topik yang sangat saya suka untuk dibahas.
“Ada kalangan Syiah disini?” tanya si Tukang Gojek
“Saya tidak tahu” kulempar senyumku ke arahnya
“Hati hati dik, kalangan Syiah itu hebat hebat. Bisa saja mereka berada di sekeliling kita dan kita tidak tahu, terlebih kalau kita masih awan akan agama, Dia akan begitu mudah mendoktrin kita dan akhirnya kita ngikut dengan ajarannya”
“Yah, saya tahu itu. Tapi sejauh mana pengetahuan anda tentang Syiah?”
“Beberapa tahun yang lalu saya dan beberapa Ustad ustad melakukan temu perbincangan dan mengupas tentang Syiah. Dan memang sasaran Syiah itu lebih mendominan kepada Mahasiswa. Utusan utusan mereka memang difasilitasi, bahkan murid murid mereka diberi beasiswa untuk menuntut ilmu di Iran. Dan satu hal yang hebat dari mereka ialah mereka pandai menyembunyikan siapa mereka sebenarnya di depan kita”
Tarikan nafas dan masker hitam yang dari tadi berdiam diri di atas bibir dan hidungnya pun dibukanya, nampak usianya sekitaran 30 tahunan ke atas.
“Alumni mana kalau boleh tahu?”
“saya tidak kuliah…” jawabnya
“Tapi saya suka wawasan anda” timpalku
“Itu karena ajaran Ustad Ustad saya setiap malam dan beberapa waktu tertentu dengan melakukan Tarbiyah dek, yaa dari dulu sampai sekarang”
“Bagaimana pendapat anda Khilafah?” entah mengapa, pertanyaan yang seringkali muncul saat diskusi di kelas pun kini kembali kupertanyakan pada si tukang Gojek itu,
“Khilafah, kenapa tidak? Mungkin kedengaran sulit untuk membentuk Khilafah di negara ini, tapi bukan berarti itu tidak mungkin. Bahkan dalam sabda Nabi dikatakan bahwa di akhir zaman nanti akan kembali sistem Khilafah, dan sekarang kan kita sudah memasuki Akhir zaman, jadi ya sistem itu bisa saja terjadi. Makanya, mulai dari sekarang kenapa tidak kita mulai mengajarkan kepada adik adik kita, anak anak kita tentang Al-Quran dan berbagai macam hal tentang Agama. Karena memang kalau kita lihat sekarang, Alhamdulillah sudah begitu banyak pemuda pemudi yang mencintai ilmu agama, rajin kajian, tarbiyah dan sebagainya.
Dan itulah mengapa kita mengenal tentang Hizbut Tahrir yang merupakan Organisasi yang dibentuk oleh Taqiuddin Al Nabhani di tahun 1953, yang tujuannya tidak lain untuk menegakkan Khilafah Islam. Tapi kan sekarang organisasi tersebut sudah dibubarkan di Indonesia karena memang ada point point tertentu yang menurut kita sebagai umat Islam pada umumnya sedikit mengganjal”
Mendengar penjelasannya membuatku berbisik, nih tukang Gojek lihat google nggak ya saat menjelaskan tadi?
“Di tengah perbedaan agama dan lainnya, apakah tidak memberatkan mereka dalam menegakkan Khilafah?” saya pun semakin berani untuk bertanya
“Masalah keberagaman Agama di Negara ya jelas kita sudah tahu bahwa bukan cuman Islam. Iyyakan? Ada Kristen, budha dan lainnya. Tapi sebelum pancasila pertama Ketuhanan yang Maha Esa, kan sebelumnya adalah Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk Pemeluknya yang merupakan Piagam Jakarta dan dijadikan sebagai Muqaddimah yang dibentuk oleh Panitia Sembilan. Itu artinya, kemerdekaan Indonesia memang membuktikan bahwa Islam sangat berperan penting.
Karena buktinya, sila pertama pada awalnya menitikberatkan kepada pemeluk Islam untuk menjalankan kewajiban. Kita bisa lihat tokoh tokoh dulu mungkin seperti Jenderal Sudirman, Tuanku Imam Bonjol, Ki Hajar Dewantara, Pangeran Dipenogoro, mereka itukan Tokoh Tokoh Islam yang sangat mati matian membela kemerdekaan Indonesia. Maka hal yang wajar jika di Indonesia diterapkan sistem Khilafah karena memang kita bermayoritaskan Islam. Dan lagian sistem Khilafah adalah sistem yang sangat baik untuk diterapkan. Sedangkan Demokrasi sendiri hanya sistem pemerintahan yang berasal dunia barat yang tidak sesuai dengan sistem pemerintahan pada masa Rasulullah Saw.,”
Tiba tiba
“Mobil dosen sudah datang” bisik temanku.
Mau tidak mau kutinggalkan percakapan itu dengan berterimakasih pada si tukang Gojek. Waktu itu saya tidak mempermasalahkan pendapatnya yang begitu mendukung Khilafah atau pandangannya tentang demokrasi yang menurutnya adalah sistem dari dunia barat yang tidak patut di terapkan di Negara ini.
Tapi satu hal yang paling sering kita temui ialah anggapan seseorang mengenai apapun itu yang terkait dengan dunia barat akan selalu dianggap buruk. Salah satunya adalah Demokrasi, karena dianggap sebagai sistem pemerintahan yang berasal dari Dunia barat (Yunani Kuno) maka dianggap sebagai sistem yang tidak layak.
Padahal kalau kita tengok kembali di lembaran sejarah, utamanya pada masa Khalifah Ali yang ketika masa pemerintahannya Diberontak oleh Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah yang merupakan sahabatnya sendiri. Pada masa itu, Khalifah Ali tetap menerima cacian dan kritikan dari sang sahabat (Zubair dan Thalhah) karena baginya apa yang dilakukannya itu adalah Hak-nya sebagai warga negara, dan pemberian Hak inilah yang menggambarkan corak Demokratis dari Khalifah Ali.
Tapi bukan berarti dengan hal ini, saya tidak mendukung Sistem Khilafah dan setuju sangat dengan Sistem Demokrasi. Saya hanya sedikit beranggapan bahwa kadang kita menilai sesuatu yang belum kita pelajari baik baik dengan memberikan penilaian yang buruk, dan itu sangat sering terjadi disekeliling kita dalam berbagai Hal.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Namun jujur saja, saya pribadi merasa tidak perlu sangat takut dan khawatir luar biasa jika Negara ini di pondasikan dengan Sistem Demokrasi, toh dari dulu memang kita adalah Negara Demokrasi. Ataupun saya tidak perlu merasa sangat bangga jika akhirnya Khilafah berdiri tegak menjadi sistem Pemerintahan, bukan karena saya Islam dan pada akhirnya saya merasa bahwa Agama lain harus ngikut dengan sistem Khilafah.
Saya masih sangat ingat beberapa hari yang lalu, ketika saya harus menunggu beberapa teman lainnya di halte untuk mengikuti salah satu mata kuliah, saya duduk bersama seorang teman yang sudah datang lebih dulu di halte tepatnya di depan fakultas sedangkan di ujung kiri halte sendiri duduk seorang lelaki yang menggunakan Jaket khas dari Gojek dengan warna hitam dan hijau. Dia terlihat begitu asyik bermain ponsel yang sesekali memandangi kami yang sedang duduk di tempat yang sama dengannya (Halte).
Awalnya saya dan teman cuman asyik menghitung lalu lalang kendaraan yang lewat, dan entah kenapa? Si Tukang Gojek itu memulai topik pembahasan yang menurutku adalah Topik yang sangat saya suka untuk dibahas.
“Ada kalangan Syiah disini?” tanya si Tukang Gojek
“Saya tidak tahu” kulempar senyumku ke arahnya
“Hati hati dik, kalangan Syiah itu hebat hebat. Bisa saja mereka berada di sekeliling kita dan kita tidak tahu, terlebih kalau kita masih awan akan agama, Dia akan begitu mudah mendoktrin kita dan akhirnya kita ngikut dengan ajarannya”
“Yah, saya tahu itu. Tapi sejauh mana pengetahuan anda tentang Syiah?”
“Beberapa tahun yang lalu saya dan beberapa Ustad ustad melakukan temu perbincangan dan mengupas tentang Syiah. Dan memang sasaran Syiah itu lebih mendominan kepada Mahasiswa. Utusan utusan mereka memang difasilitasi, bahkan murid murid mereka diberi beasiswa untuk menuntut ilmu di Iran. Dan satu hal yang hebat dari mereka ialah mereka pandai menyembunyikan siapa mereka sebenarnya di depan kita”
Tarikan nafas dan masker hitam yang dari tadi berdiam diri di atas bibir dan hidungnya pun dibukanya, nampak usianya sekitaran 30 tahunan ke atas.
“Alumni mana kalau boleh tahu?”
“saya tidak kuliah…” jawabnya
“Tapi saya suka wawasan anda” timpalku
“Itu karena ajaran Ustad Ustad saya setiap malam dan beberapa waktu tertentu dengan melakukan Tarbiyah dek, yaa dari dulu sampai sekarang”
“Bagaimana pendapat anda Khilafah?” entah mengapa, pertanyaan yang seringkali muncul saat diskusi di kelas pun kini kembali kupertanyakan pada si tukang Gojek itu,
“Khilafah, kenapa tidak? Mungkin kedengaran sulit untuk membentuk Khilafah di negara ini, tapi bukan berarti itu tidak mungkin. Bahkan dalam sabda Nabi dikatakan bahwa di akhir zaman nanti akan kembali sistem Khilafah, dan sekarang kan kita sudah memasuki Akhir zaman, jadi ya sistem itu bisa saja terjadi. Makanya, mulai dari sekarang kenapa tidak kita mulai mengajarkan kepada adik adik kita, anak anak kita tentang Al-Quran dan berbagai macam hal tentang Agama. Karena memang kalau kita lihat sekarang, Alhamdulillah sudah begitu banyak pemuda pemudi yang mencintai ilmu agama, rajin kajian, tarbiyah dan sebagainya.
Dan itulah mengapa kita mengenal tentang Hizbut Tahrir yang merupakan Organisasi yang dibentuk oleh Taqiuddin Al Nabhani di tahun 1953, yang tujuannya tidak lain untuk menegakkan Khilafah Islam. Tapi kan sekarang organisasi tersebut sudah dibubarkan di Indonesia karena memang ada point point tertentu yang menurut kita sebagai umat Islam pada umumnya sedikit mengganjal”
Mendengar penjelasannya membuatku berbisik, nih tukang Gojek lihat google nggak ya saat menjelaskan tadi?
“Di tengah perbedaan agama dan lainnya, apakah tidak memberatkan mereka dalam menegakkan Khilafah?” saya pun semakin berani untuk bertanya
“Masalah keberagaman Agama di Negara ya jelas kita sudah tahu bahwa bukan cuman Islam. Iyyakan? Ada Kristen, budha dan lainnya. Tapi sebelum pancasila pertama Ketuhanan yang Maha Esa, kan sebelumnya adalah Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk Pemeluknya yang merupakan Piagam Jakarta dan dijadikan sebagai Muqaddimah yang dibentuk oleh Panitia Sembilan. Itu artinya, kemerdekaan Indonesia memang membuktikan bahwa Islam sangat berperan penting.
Karena buktinya, sila pertama pada awalnya menitikberatkan kepada pemeluk Islam untuk menjalankan kewajiban. Kita bisa lihat tokoh tokoh dulu mungkin seperti Jenderal Sudirman, Tuanku Imam Bonjol, Ki Hajar Dewantara, Pangeran Dipenogoro, mereka itukan Tokoh Tokoh Islam yang sangat mati matian membela kemerdekaan Indonesia. Maka hal yang wajar jika di Indonesia diterapkan sistem Khilafah karena memang kita bermayoritaskan Islam. Dan lagian sistem Khilafah adalah sistem yang sangat baik untuk diterapkan. Sedangkan Demokrasi sendiri hanya sistem pemerintahan yang berasal dunia barat yang tidak sesuai dengan sistem pemerintahan pada masa Rasulullah Saw.,”
Tiba tiba
“Mobil dosen sudah datang” bisik temanku.
Mau tidak mau kutinggalkan percakapan itu dengan berterimakasih pada si tukang Gojek. Waktu itu saya tidak mempermasalahkan pendapatnya yang begitu mendukung Khilafah atau pandangannya tentang demokrasi yang menurutnya adalah sistem dari dunia barat yang tidak patut di terapkan di Negara ini.
Tapi satu hal yang paling sering kita temui ialah anggapan seseorang mengenai apapun itu yang terkait dengan dunia barat akan selalu dianggap buruk. Salah satunya adalah Demokrasi, karena dianggap sebagai sistem pemerintahan yang berasal dari Dunia barat (Yunani Kuno) maka dianggap sebagai sistem yang tidak layak.
Padahal kalau kita tengok kembali di lembaran sejarah, utamanya pada masa Khalifah Ali yang ketika masa pemerintahannya Diberontak oleh Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah yang merupakan sahabatnya sendiri. Pada masa itu, Khalifah Ali tetap menerima cacian dan kritikan dari sang sahabat (Zubair dan Thalhah) karena baginya apa yang dilakukannya itu adalah Hak-nya sebagai warga negara, dan pemberian Hak inilah yang menggambarkan corak Demokratis dari Khalifah Ali.
Tapi bukan berarti dengan hal ini, saya tidak mendukung Sistem Khilafah dan setuju sangat dengan Sistem Demokrasi. Saya hanya sedikit beranggapan bahwa kadang kita menilai sesuatu yang belum kita pelajari baik baik dengan memberikan penilaian yang buruk, dan itu sangat sering terjadi disekeliling kita dalam berbagai Hal.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: