Syiahindonesia.com - Saudi menyebut militan pemberontak di Yaman itu beraksi atas suruhan Iran.
"Tindakan terorisme itu diperintahkan rezim di Teheran dan dilaksanakan oleh Houthi. Mereka memicu tensi di kawasan, meskipun upaya politik sedang berlangsung," kata Wakil Menteri Pertahanan Saudi Khalid bin Salman.
Pengeboman markas Houthi terjadi saat perwakilan PBB di Yaman masih berusaha keras mencari solusi damai untuk mengakhiri perang empat tahun, yang membuat rakyat sipil menderita dan kekurangan pangan. Tahun lalu, PBB memfasilitasi perundingan damai antara Houthi dan rezim Yaman di Swedia. Hasilnya cukup positif, di antaranya Houthi bersedia mundur dari Hodeida, kota pelabuhan yang berfungsi sebagai jalur utama distribusi bantuan internasional.
Koalisi menyatakan serangan terkini "mengenai target-target militer Houthi", terutama gudang penyimpanan amunisi.
Televisi Al-Masirahn milik Houthi melaporkan sedikitnya ada 19 serangan udara, dengan 11 di antaranya menyasar Sanaa. Menurut dokter Mokhtar Mohammed dari Rumah Sakit Republik, sebuah bom mengenai kompleks permukiman di Sanaa, menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai 10 orang.
Tensi kawasan Teluk memanas dalam beberapa pekan terakhir, terutama setelah Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan perlawanan terhadap sanksi Amerika Serikat (AS). Selain mengancam penutupan Selat Hormuz, jalur utama pelayaran kapal minyak di Persia, Teheran juga siap mengabaikan komitmen Perjanjian Nuklir 2015 sehingga memulihkan kapabilitas membuat bom atom.
Presiden Donald Trump mundur dari perjanjian itu pada tahun lalu, lantas melarang komunitas dunia membeli minyak Iran. AS juga sudah menyiagakan kapal induk pengangkut pesawat pengebom B-52 di Teluk untuk mengantisipasi serangan terhadap kepentingan AS di kawasan, dan bahkan mewacanakan invasi skala besar ke Iran.
Gelagat persiapan serangan militer semakin jelas ketika Washington menarik pulang sejumlah staf kedutaan dan konsulat dari Irak, kendati beralasan keselamatan mereka terancam oleh kelompok-kelompok bersenjata pro-Iran.
Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar dunia, merupakan sekutu utama AS dan konsumen terbesar perdagangan senjata. Harnas.co
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
"Tindakan terorisme itu diperintahkan rezim di Teheran dan dilaksanakan oleh Houthi. Mereka memicu tensi di kawasan, meskipun upaya politik sedang berlangsung," kata Wakil Menteri Pertahanan Saudi Khalid bin Salman.
Pengeboman markas Houthi terjadi saat perwakilan PBB di Yaman masih berusaha keras mencari solusi damai untuk mengakhiri perang empat tahun, yang membuat rakyat sipil menderita dan kekurangan pangan. Tahun lalu, PBB memfasilitasi perundingan damai antara Houthi dan rezim Yaman di Swedia. Hasilnya cukup positif, di antaranya Houthi bersedia mundur dari Hodeida, kota pelabuhan yang berfungsi sebagai jalur utama distribusi bantuan internasional.
Koalisi menyatakan serangan terkini "mengenai target-target militer Houthi", terutama gudang penyimpanan amunisi.
Televisi Al-Masirahn milik Houthi melaporkan sedikitnya ada 19 serangan udara, dengan 11 di antaranya menyasar Sanaa. Menurut dokter Mokhtar Mohammed dari Rumah Sakit Republik, sebuah bom mengenai kompleks permukiman di Sanaa, menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai 10 orang.
Tensi kawasan Teluk memanas dalam beberapa pekan terakhir, terutama setelah Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan perlawanan terhadap sanksi Amerika Serikat (AS). Selain mengancam penutupan Selat Hormuz, jalur utama pelayaran kapal minyak di Persia, Teheran juga siap mengabaikan komitmen Perjanjian Nuklir 2015 sehingga memulihkan kapabilitas membuat bom atom.
Presiden Donald Trump mundur dari perjanjian itu pada tahun lalu, lantas melarang komunitas dunia membeli minyak Iran. AS juga sudah menyiagakan kapal induk pengangkut pesawat pengebom B-52 di Teluk untuk mengantisipasi serangan terhadap kepentingan AS di kawasan, dan bahkan mewacanakan invasi skala besar ke Iran.
Gelagat persiapan serangan militer semakin jelas ketika Washington menarik pulang sejumlah staf kedutaan dan konsulat dari Irak, kendati beralasan keselamatan mereka terancam oleh kelompok-kelompok bersenjata pro-Iran.
Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar dunia, merupakan sekutu utama AS dan konsumen terbesar perdagangan senjata. Harnas.co
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: