Syiahindonesia.com - Amerika Serikat (AS) menawarkan imbalan sebesar US$ 7 juta (Rp 95,8 miliar) bagi yang bisa menemukan agen Hizbullah bernama Salman Raouf Salman. Salman dituduh mendalangi serangan terhadap pusat komunitas Yahudi di Buenos Aires, Argentina pada tahun 1994.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (20/7/2019), tawaran ini diumumkan saat Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, berkunjung ke Argentina untuk memperingati 25 tahun serangan tersebut. Pada momen yang sama, pemerintah Argentina secara resmi menetapkan Hizbullah yang bermarkas di Lebanon sebagai kelompok teroris.
Serangan bom terhadap gedung Argentine Israelite Mutual Association (AMIA) pada 18 Juli 1994 lalu menewaskan 85 orang dan melukai ratusan orang lainnya. Setelah 25 tahun berlalu, belum ada satupun tersangka yang diadili terkait serangan bom itu. Penyelidikan kasus ini oleh otoritas Argentina tersendat, dengan tuduhan intervensi politik dan korupsi tingkat tinggi mencuat.
Pompeo menghadiri peringatan yang digelar Jumat (19/7) waktu setempat, dengan didampingi para menteri dari negara-negara Amerika Latin yang juga datang ke Buenos Aires untuk membahas soal pemberantasan terorisme.
"Mereka dibunuh oleh anggota-anggota kelompok teroris, Hizbullah, dan yang saat itu mendapat bantuan dari Iran," ucap Pompeo dalam pidatonya saat peringatan itu. Dia merujuk pada Garda Revolusi Iran yang diyakini memberikan 'dukungan logistik dan pendanaan' untuk Hizbullah.
"Kita tidak akan melupakan dan tidak akan pernah," imbuhnya dalam seremoni peringatan di kantor AMIA.
Dalam pernyataan terpisah, Presiden AMIA Ariel Eichbaum menyatakan tanggung jawab atas serangan itu ada pada Hizbullah dan Iran, yang disebut sebagai sponsor utama bagi gerakan militan Syiah itu. Eichbaum meminta semua negara untuk 'membantu kami menemukan pihak-pihak yang bertanggung jawab dan membawanya ke pengadilan'.
Iran dan Hizbullah menyangkal bertanggung jawab atas serangan bom itu. Motif di balik serangan bom ke pusat komunitas Yahudi itu juga menjadi pertanyaan. Dua tahun sebelumnya, Hizbullah juga dituduh mendalangi serangan mematikan terhadap Kedutaan Besar Israel.
Tawaran imbalan US$ 7 juta akan diberikan kepada siapa saja yang bisa memberikan informasi yang mengarah pada lokasi atau keberadaan Salman, yang juga dikenal sebagai Salman al-Reda. Departemen Keuangan AS menyebut Salman sebagai dalang utama serangan bom tahun 1994 di Argentina. "Dia telah mengarahkan operasi teroris bagi Hizbulah di belahan Barat," sebut Departemen Keuangan AS.
Salman juga dilaporkan memiliki kewarganegaraan ganda, Lebanon dan Kolombia, yang memudahkan dirinya berpindah-pindah lokasi di kawasan Amerika Latin. Menurut Departemen Keuangan AS, Salman juga bertindak sebagai handler bagi seorang pria yang ditangkap di Peru tahun 2014 lalu atas tuduhan merencanakan serangan terhadap warga Israel dan Yahudi.
Saat ditanya di mana kini Salman berada, seorang pejabat senior AS menjawab: "Kami pikir dia mungkin ada di suatu tempat di Timur Tengah."
Salman telah dijatuhi sanksi oleh pemerintah AS. Di bawah sanksi itu, aset-aset Salman yang ada di wilayah AS akan dibekukan oleh Departemen Keuangan dan setiap pihak yang bertransaksi atau membantunya akan ditindak secara pidana. Sanksi terhadap Salman ini berbeda dengan sanksi besar-besaran untuk Hizbullah. Detik.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Seperti dilansir AFP, Sabtu (20/7/2019), tawaran ini diumumkan saat Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, berkunjung ke Argentina untuk memperingati 25 tahun serangan tersebut. Pada momen yang sama, pemerintah Argentina secara resmi menetapkan Hizbullah yang bermarkas di Lebanon sebagai kelompok teroris.
Serangan bom terhadap gedung Argentine Israelite Mutual Association (AMIA) pada 18 Juli 1994 lalu menewaskan 85 orang dan melukai ratusan orang lainnya. Setelah 25 tahun berlalu, belum ada satupun tersangka yang diadili terkait serangan bom itu. Penyelidikan kasus ini oleh otoritas Argentina tersendat, dengan tuduhan intervensi politik dan korupsi tingkat tinggi mencuat.
Pompeo menghadiri peringatan yang digelar Jumat (19/7) waktu setempat, dengan didampingi para menteri dari negara-negara Amerika Latin yang juga datang ke Buenos Aires untuk membahas soal pemberantasan terorisme.
"Mereka dibunuh oleh anggota-anggota kelompok teroris, Hizbullah, dan yang saat itu mendapat bantuan dari Iran," ucap Pompeo dalam pidatonya saat peringatan itu. Dia merujuk pada Garda Revolusi Iran yang diyakini memberikan 'dukungan logistik dan pendanaan' untuk Hizbullah.
"Kita tidak akan melupakan dan tidak akan pernah," imbuhnya dalam seremoni peringatan di kantor AMIA.
Dalam pernyataan terpisah, Presiden AMIA Ariel Eichbaum menyatakan tanggung jawab atas serangan itu ada pada Hizbullah dan Iran, yang disebut sebagai sponsor utama bagi gerakan militan Syiah itu. Eichbaum meminta semua negara untuk 'membantu kami menemukan pihak-pihak yang bertanggung jawab dan membawanya ke pengadilan'.
Iran dan Hizbullah menyangkal bertanggung jawab atas serangan bom itu. Motif di balik serangan bom ke pusat komunitas Yahudi itu juga menjadi pertanyaan. Dua tahun sebelumnya, Hizbullah juga dituduh mendalangi serangan mematikan terhadap Kedutaan Besar Israel.
Tawaran imbalan US$ 7 juta akan diberikan kepada siapa saja yang bisa memberikan informasi yang mengarah pada lokasi atau keberadaan Salman, yang juga dikenal sebagai Salman al-Reda. Departemen Keuangan AS menyebut Salman sebagai dalang utama serangan bom tahun 1994 di Argentina. "Dia telah mengarahkan operasi teroris bagi Hizbulah di belahan Barat," sebut Departemen Keuangan AS.
Salman juga dilaporkan memiliki kewarganegaraan ganda, Lebanon dan Kolombia, yang memudahkan dirinya berpindah-pindah lokasi di kawasan Amerika Latin. Menurut Departemen Keuangan AS, Salman juga bertindak sebagai handler bagi seorang pria yang ditangkap di Peru tahun 2014 lalu atas tuduhan merencanakan serangan terhadap warga Israel dan Yahudi.
Saat ditanya di mana kini Salman berada, seorang pejabat senior AS menjawab: "Kami pikir dia mungkin ada di suatu tempat di Timur Tengah."
Salman telah dijatuhi sanksi oleh pemerintah AS. Di bawah sanksi itu, aset-aset Salman yang ada di wilayah AS akan dibekukan oleh Departemen Keuangan dan setiap pihak yang bertransaksi atau membantunya akan ditindak secara pidana. Sanksi terhadap Salman ini berbeda dengan sanksi besar-besaran untuk Hizbullah. Detik.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: