Syiahindonesia.com, PUTRAJAYA: Muslim di Malaysia perlu bersatu dalam menghadapi ancaman Aqidah terhadap Islam.
Kedutaan Besar Arab Saudi di Kuala Lumpur, Sheikh Abdurrahman Ibrahim Al-Rubai'in, mengatakan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi umat Islam saat ini adalah perpecahan yang disebabkan oleh ajaran Syiah.
"Perbedaan antara Sunni dan Syiah bukan hanya tentang Fiqiyyah saja, tetapi juga antara haq dan yang bathil," katanya pada upacara pembukaan Konvensi Tingkat Nasional Sunnah.
Konvensi yang diselenggarakan oleh Organisasi Ilmiah Malaysia (iLMU) bekerja sama dengan Mustasyar Al-Islami Arab Saudi dihadiri oleh sekitar 200 peserta dari seluruh negeri.
Sheikh Abdurrahman mengatakan para ulama sebelumnya telah membuat kelompok-kelompok Taqrib (pendekatan), tetapi itu adalah upaya yang sia-sia karena tidak ada titik pertemuan antara Sunnah dan Syiah.
Penyatuan Syiah dengan Sunnah tidak akan tercapai karena sikap Syiah sendiri yang tidak mengakui Quran yang ada di sisi Ahlus Sunnah.
Sementara itu, konvensi tersebut menguraikan enam resolusi untuk mengekang gerakan pengajaran Syiah di Malaysia.
Sekretaris Jenderal iLMU Ahmad Fazrin Yahaya, dalam membaca resolusi, mengatakan dia pertama kali menyatakan harapannya yang tinggi kepada Dewan Penguasa untuk mengambil semua langkah yang diperlukan dalam menggandakan upaya untuk mengekang gerakan.
K-iSDC 2019 juga meminta departemen agama negara dan Pemerintah Federal secara umum untuk menyebarkan kampanye melalui berbagai media komunikasi untuk meningkatkan kesadaran akan kekeliruan dan bahaya ajaran Syiah.
"Selain itu, kami mendesak pemerintah untuk membatasi ruang media apa pun untuk kelompok Syiah atau pembela mereka untuk mengekspresikan pemikiran atau klaim mereka.
“Menyadari niat itu, K-iSDC 2019 mengusulkan segera diadakannya konferensi internasional para cendekiawan anggota Sunnah Wal Jamaat di bawah payung Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk membahas topik-topik utama terkait bahaya pendidikan Syiah dengan Malaysia sebagai negara tuan rumah.
"Itu juga menyerukan pemerintah untuk terus bekerja dengan negara-negara Muslim untuk memperkuat persatuan umat Islam di bawah payung OKI yang dipimpin oleh Arab Saudi, dan untuk waspada dalam bekerja dengan mereka yang memiliki agenda untuk memberlakukan persatuan ini," katanya.
Ahmad Fazrin mengatakan konvensi itu juga meminta komunitas Muslim untuk bekerja sama untuk menolak ajaran Syiah dengan meningkatkan pengetahuan mereka dan informasi terkait melalui pendidikan berkelanjutan. (albert / syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Kedutaan Besar Arab Saudi di Kuala Lumpur, Sheikh Abdurrahman Ibrahim Al-Rubai'in, mengatakan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi umat Islam saat ini adalah perpecahan yang disebabkan oleh ajaran Syiah.
"Perbedaan antara Sunni dan Syiah bukan hanya tentang Fiqiyyah saja, tetapi juga antara haq dan yang bathil," katanya pada upacara pembukaan Konvensi Tingkat Nasional Sunnah.
Konvensi yang diselenggarakan oleh Organisasi Ilmiah Malaysia (iLMU) bekerja sama dengan Mustasyar Al-Islami Arab Saudi dihadiri oleh sekitar 200 peserta dari seluruh negeri.
Sheikh Abdurrahman mengatakan para ulama sebelumnya telah membuat kelompok-kelompok Taqrib (pendekatan), tetapi itu adalah upaya yang sia-sia karena tidak ada titik pertemuan antara Sunnah dan Syiah.
Penyatuan Syiah dengan Sunnah tidak akan tercapai karena sikap Syiah sendiri yang tidak mengakui Quran yang ada di sisi Ahlus Sunnah.
Sementara itu, konvensi tersebut menguraikan enam resolusi untuk mengekang gerakan pengajaran Syiah di Malaysia.
Sekretaris Jenderal iLMU Ahmad Fazrin Yahaya, dalam membaca resolusi, mengatakan dia pertama kali menyatakan harapannya yang tinggi kepada Dewan Penguasa untuk mengambil semua langkah yang diperlukan dalam menggandakan upaya untuk mengekang gerakan.
K-iSDC 2019 juga meminta departemen agama negara dan Pemerintah Federal secara umum untuk menyebarkan kampanye melalui berbagai media komunikasi untuk meningkatkan kesadaran akan kekeliruan dan bahaya ajaran Syiah.
"Selain itu, kami mendesak pemerintah untuk membatasi ruang media apa pun untuk kelompok Syiah atau pembela mereka untuk mengekspresikan pemikiran atau klaim mereka.
“Menyadari niat itu, K-iSDC 2019 mengusulkan segera diadakannya konferensi internasional para cendekiawan anggota Sunnah Wal Jamaat di bawah payung Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk membahas topik-topik utama terkait bahaya pendidikan Syiah dengan Malaysia sebagai negara tuan rumah.
"Itu juga menyerukan pemerintah untuk terus bekerja dengan negara-negara Muslim untuk memperkuat persatuan umat Islam di bawah payung OKI yang dipimpin oleh Arab Saudi, dan untuk waspada dalam bekerja dengan mereka yang memiliki agenda untuk memberlakukan persatuan ini," katanya.
Ahmad Fazrin mengatakan konvensi itu juga meminta komunitas Muslim untuk bekerja sama untuk menolak ajaran Syiah dengan meningkatkan pengetahuan mereka dan informasi terkait melalui pendidikan berkelanjutan. (albert / syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: