HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar di Indonesia. Sebagai organisasi mahasiswa Islam yang tak condong pada satu aliran mazhab tertentu, anggota-anggota HMI bisa saja beraliran Sunni, Syiah, dan aliran lainnya.
Syiahindonesia.com - Kelompok Syiah pertama kali muncul di daerah mana?
"Di Bandung. Lalu Syiah masuk ke HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan mulai tersebar ke kampus di daerah lain. Aktivis HMI menyebarkan ajaran Syiah secara sistematis, yakni melalui pelatihan kepemimpinan."
Wawancara di atas diajukan oleh jurnalis tempo.co kepada Kang Jalal pada tahun 2012 yang lalu.
Percakapan itu dilakukan di rumah Kang Jalal pada 29 Agustus 2012 dan diupload di tempo.co pada 03 September 2012.
Itu hanya penggalan percakapan mereka yg saya rekam. Karena itu terkait dengan HMI.
Ada enam bagian percakapan yang diupload di website tersebut. Percakapan mengenai HMI itu pada bagian pertama.
***
HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar di Indonesia. Sebagai organisasi mahasiswa Islam yang tak condong pada satu aliran mazhab tertentu, anggota-anggota HMI bisa saja beraliran Sunni, Syiah, dan aliran lainnya.
Hal itu tergantung sampai sejauh mana genre bacaan yang dilahap seorang kader ketika ia berproses di HMI.
Baca juga: Daftar Tokoh HMI/KAHMI dalam Dokumen Pelengseran Gus Dur
Pernyataan Kang Jalal tersebut menimbulkan reaksi ketika itu. Saya sempat menemukan dua arsip makalah di sekretariat HMI Cabang Jambi yang membahas pernyataan Kang Jalal tersebut.
Makalah itu dibuat sebagai salah satu syarat mengikuti jenjang training di HMI. Intermediate Training namanya.
Selain arsip tersebut, saya juga melihat sebuah tulisan di kompasiana.com pada tahun 2012 lalu membahas hal tersebut.
Isi dalam tulisan tersebut menguatkan bahwa HMI memang menerima semua aliran Islam.
Pada wawancara di tempo.co, Kang Jalal menjelaskan bahwa penyebaran paham Syiah di HMI itu hanya sebatas intelektualitas. Ia menjelaskan bagaimana minat mahasiswa dalam mengonsumsi buku-buku mengenai ajaran Syiah.
Para mahasiswa mengupas buku-buku revolusi Islam Iran, mengenal Syiah, mempelajari ideologi serta filosofisnya.
Di sinilah konteks pernyataan yang harus kita pahami. Wajar saja seorang kader melahap seluruh buku. Tak ada yang menyalahkan hal itu.
Bukannya seorang kader HMI harus rajin baca buku? Entah itu buku apa pun. Yang penting membaca saja dulu.
Buku Syiah, Sunni, dan sebagainya harus dibaca. Agar kita mengerti letak sebuah perbedaan yang diciptakan Tuhan.
Sayangnya, Kang Jalal tidak menjelaskan secara rinci terkait penyebaran ajaran Syiah melalui "pelatihan kepemimpinan" tersebut. Apakah ajaran Syiah disebar pada pelatihan formal atau bagaimana?
Terkait hal itu, kita perlu melakukan wawancara eksklusif dengan beliau.
Sebagai organisasi berazaskan Islam dan tak condong kepada salah satu aliran, organisasi, atau mazhab tertentu, HMI begitu unik dan membanggakan.
Saya banyak belajar bagaimana caranya menghargai suatu perbedaan dalam Islam di HMI.
Anda akan menyaksikan ada beberapa kader dan alumni HMI berpaham Syiah, Sunni, Wahabi, dan sebagainya. Udah ketemu gak? Kalau belum, perbanyak bergaul.
Semua itu hidup di HMI. Tergantung bagaimana pertarungan gagasan yang akan memengaruhi seorang kader ke depannya. Apakah ia akan memilih salah satu atau tak ada sama sekali? Itu semua tergantung bacaan dan pergaulan kader HMI.
Toh, selama aliran tersebut tidak membuat resah sekelilingnya, gak bakal ada yang menyalahkan.
Maksud saya, selama seorang kader HMI tidak menjadikan dirinya "Tuhan" yang bisa menentukan seseorang itu sesat, kafir dan masuk neraka, tidak ada yang salah dari hal itu.
Coba cek saja alumni-alumni HMI dari berbagai aliran. Di Sunni banyak, di Syiah ada, Wahabi juga banyak, dan yang terjaring sebagai teroris juga ada. Unik gak?
Sunni dan Syiah itu sudah ribuan tahun berkonflik. Apakah kita harus melanjutkannya? Janganlah. Islam itu cinta damai dan menghargai perbedaan. Kompasiana
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Syiahindonesia.com - Kelompok Syiah pertama kali muncul di daerah mana?
"Di Bandung. Lalu Syiah masuk ke HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan mulai tersebar ke kampus di daerah lain. Aktivis HMI menyebarkan ajaran Syiah secara sistematis, yakni melalui pelatihan kepemimpinan."
Wawancara di atas diajukan oleh jurnalis tempo.co kepada Kang Jalal pada tahun 2012 yang lalu.
Percakapan itu dilakukan di rumah Kang Jalal pada 29 Agustus 2012 dan diupload di tempo.co pada 03 September 2012.
Itu hanya penggalan percakapan mereka yg saya rekam. Karena itu terkait dengan HMI.
Ada enam bagian percakapan yang diupload di website tersebut. Percakapan mengenai HMI itu pada bagian pertama.
***
HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar di Indonesia. Sebagai organisasi mahasiswa Islam yang tak condong pada satu aliran mazhab tertentu, anggota-anggota HMI bisa saja beraliran Sunni, Syiah, dan aliran lainnya.
Hal itu tergantung sampai sejauh mana genre bacaan yang dilahap seorang kader ketika ia berproses di HMI.
Baca juga: Daftar Tokoh HMI/KAHMI dalam Dokumen Pelengseran Gus Dur
Pernyataan Kang Jalal tersebut menimbulkan reaksi ketika itu. Saya sempat menemukan dua arsip makalah di sekretariat HMI Cabang Jambi yang membahas pernyataan Kang Jalal tersebut.
Makalah itu dibuat sebagai salah satu syarat mengikuti jenjang training di HMI. Intermediate Training namanya.
Selain arsip tersebut, saya juga melihat sebuah tulisan di kompasiana.com pada tahun 2012 lalu membahas hal tersebut.
Isi dalam tulisan tersebut menguatkan bahwa HMI memang menerima semua aliran Islam.
Pada wawancara di tempo.co, Kang Jalal menjelaskan bahwa penyebaran paham Syiah di HMI itu hanya sebatas intelektualitas. Ia menjelaskan bagaimana minat mahasiswa dalam mengonsumsi buku-buku mengenai ajaran Syiah.
Para mahasiswa mengupas buku-buku revolusi Islam Iran, mengenal Syiah, mempelajari ideologi serta filosofisnya.
Di sinilah konteks pernyataan yang harus kita pahami. Wajar saja seorang kader melahap seluruh buku. Tak ada yang menyalahkan hal itu.
Bukannya seorang kader HMI harus rajin baca buku? Entah itu buku apa pun. Yang penting membaca saja dulu.
Buku Syiah, Sunni, dan sebagainya harus dibaca. Agar kita mengerti letak sebuah perbedaan yang diciptakan Tuhan.
Sayangnya, Kang Jalal tidak menjelaskan secara rinci terkait penyebaran ajaran Syiah melalui "pelatihan kepemimpinan" tersebut. Apakah ajaran Syiah disebar pada pelatihan formal atau bagaimana?
Terkait hal itu, kita perlu melakukan wawancara eksklusif dengan beliau.
Sebagai organisasi berazaskan Islam dan tak condong kepada salah satu aliran, organisasi, atau mazhab tertentu, HMI begitu unik dan membanggakan.
Saya banyak belajar bagaimana caranya menghargai suatu perbedaan dalam Islam di HMI.
Anda akan menyaksikan ada beberapa kader dan alumni HMI berpaham Syiah, Sunni, Wahabi, dan sebagainya. Udah ketemu gak? Kalau belum, perbanyak bergaul.
Semua itu hidup di HMI. Tergantung bagaimana pertarungan gagasan yang akan memengaruhi seorang kader ke depannya. Apakah ia akan memilih salah satu atau tak ada sama sekali? Itu semua tergantung bacaan dan pergaulan kader HMI.
Toh, selama aliran tersebut tidak membuat resah sekelilingnya, gak bakal ada yang menyalahkan.
Maksud saya, selama seorang kader HMI tidak menjadikan dirinya "Tuhan" yang bisa menentukan seseorang itu sesat, kafir dan masuk neraka, tidak ada yang salah dari hal itu.
Coba cek saja alumni-alumni HMI dari berbagai aliran. Di Sunni banyak, di Syiah ada, Wahabi juga banyak, dan yang terjaring sebagai teroris juga ada. Unik gak?
Sunni dan Syiah itu sudah ribuan tahun berkonflik. Apakah kita harus melanjutkannya? Janganlah. Islam itu cinta damai dan menghargai perbedaan. Kompasiana
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: