Syiahindonesia.com, Surabaya - Masyarakat Desa Karanggayam, Kabupaten Sampang, menolak pemakaman ibu tokoh syiah Sampang, Tajul Muluk, Umah binti Maruki.
Umah, 69 tahun, meninggal di tempat pengungsian di Rumah Susun Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo pada Rabu, 12 Februari 2020. Umah kemudian dikebumikan di sebuah desa di Kabupaten Bangkalan. Umah meninggal karena menderita sakit yang cukup lama.
Mereka yang telah meninggal ialah Busidin, Kuriyah binti Syafi’I dan Syaiful Ulum. “Mereka meninggal dalam status sebagai pengungsi, dan dimakamkan di tempat pemakaman umum milik Kabupaten Sidoarjo,” kata Fatkhul sebagaimana dilansir Kontras (15/2/20).
Tajul Muluk belum merespon pesan yang dikirim Tempo. Namun, dalam laman ahlulbaitindonesia or.id, Tajul mengatakan bahwa semula ia hendak memakamkan jenazah ibunya di Karanggayam. Dengan momentum meninggalnya sang ibu, Tajul berharap dapat membangun rekonsiliasi dan kerukunan dengan warga Sampang.
Namun, karena ada sejumlah kendala, baik berupa komunikasi maupun kondisi, akhirnya Tajul Muluk memutuskan memakamkan ibunya di Bangkalan. Hal itu dilakukan setelah terjadi kesepakatan antara Tajul dan saundara-saudaranya yang ada di Bangkalan.(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Umah, 69 tahun, meninggal di tempat pengungsian di Rumah Susun Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo pada Rabu, 12 Februari 2020. Umah kemudian dikebumikan di sebuah desa di Kabupaten Bangkalan. Umah meninggal karena menderita sakit yang cukup lama.
Mereka yang telah meninggal ialah Busidin, Kuriyah binti Syafi’I dan Syaiful Ulum. “Mereka meninggal dalam status sebagai pengungsi, dan dimakamkan di tempat pemakaman umum milik Kabupaten Sidoarjo,” kata Fatkhul sebagaimana dilansir Kontras (15/2/20).
Tajul Muluk belum merespon pesan yang dikirim Tempo. Namun, dalam laman ahlulbaitindonesia or.id, Tajul mengatakan bahwa semula ia hendak memakamkan jenazah ibunya di Karanggayam. Dengan momentum meninggalnya sang ibu, Tajul berharap dapat membangun rekonsiliasi dan kerukunan dengan warga Sampang.
Namun, karena ada sejumlah kendala, baik berupa komunikasi maupun kondisi, akhirnya Tajul Muluk memutuskan memakamkan ibunya di Bangkalan. Hal itu dilakukan setelah terjadi kesepakatan antara Tajul dan saundara-saudaranya yang ada di Bangkalan.(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: