Selain itu, Ustadz Hafidz mengakui dalam ajaran Syiah, tak dikenal adanya salat tarawih sehingga kegiatan tersebut diganti dengan ceramah.
Syiahindonesia.com - Jika biasanya waktu berbuka puasa dilaksanakan seusai azan Maghrib, umat Syiah memiliki waktu berbuka sendiri.
Mengutip berita Suara.com berjudul "Sehari Berpuasa Bersama Syiah di Selatan Jakarta" yang terbit hari Senin (28/5/2018), perbedaan waktu ini didasari oleh QS Al-Baqarah Ayat 187.
"Surah Al Baqarah ayat 187 tertulis, 'Kemudian Sempurnakanlah puasa kalian hingga malam'. Jadi, kami menunggu benar-benar malam," kata Ustadz Ahmad Hafidz Alkaff, juru bicara Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta.
ICC adalah kompleks Pusat Kebudayaan Iran yang dibiayai oleh pemerintah Iran dan berada di bawah naungan Kedutaan Besar Republik Iran.
Biasanya, umat Syiah mengumandangkan adzan 15 menit setelah adzan Maghrib pada umumnya.
Namun, berbeda dengan Islam, usai adzan Maghrib, umat Syiah tidak langsung berbuka melainkan bersiap untuk menunaikan ibadah salat Maghrib yang dijamak dengan ibadah salat Isya.
Hafidz menerangkan hal ini bukan bertujuan untuk menunda waktu berbuka seperti yang kerap dituduhkan kepada mereka, melainkan menjalankan tradisi sesuai hadits Ahlulbait Nabi Muhammad SAW.
"Salat dalam keadaan berpuasa itu tentu pahalanya akan lebih besar. Salat jamak juga mengikuti tradisi keluarga suci Rasulullah," kata Ustadz Hafidz.
Selepas melaksanakan salat jamak Maghrib dan Isya, barulah mereka berbuka puasa dan berdoa.
Selain itu, Ustadz Hafidz mengakui dalam ajaran Syiah, tak dikenal adanya salat tarawih sehingga kegiatan tersebut diganti dengan ceramah.
"Salat tarawih adalah salat sunah. Sementara salat sunah yang diajarkan adalah salat yang dilakukan sendiri-sendiri. Karenanya, sebagai gantinya, kami mengadakan ceramah," ujarnya. suara.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Syiahindonesia.com - Jika biasanya waktu berbuka puasa dilaksanakan seusai azan Maghrib, umat Syiah memiliki waktu berbuka sendiri.
Mengutip berita Suara.com berjudul "Sehari Berpuasa Bersama Syiah di Selatan Jakarta" yang terbit hari Senin (28/5/2018), perbedaan waktu ini didasari oleh QS Al-Baqarah Ayat 187.
"Surah Al Baqarah ayat 187 tertulis, 'Kemudian Sempurnakanlah puasa kalian hingga malam'. Jadi, kami menunggu benar-benar malam," kata Ustadz Ahmad Hafidz Alkaff, juru bicara Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta.
ICC adalah kompleks Pusat Kebudayaan Iran yang dibiayai oleh pemerintah Iran dan berada di bawah naungan Kedutaan Besar Republik Iran.
Biasanya, umat Syiah mengumandangkan adzan 15 menit setelah adzan Maghrib pada umumnya.
Namun, berbeda dengan Islam, usai adzan Maghrib, umat Syiah tidak langsung berbuka melainkan bersiap untuk menunaikan ibadah salat Maghrib yang dijamak dengan ibadah salat Isya.
Hafidz menerangkan hal ini bukan bertujuan untuk menunda waktu berbuka seperti yang kerap dituduhkan kepada mereka, melainkan menjalankan tradisi sesuai hadits Ahlulbait Nabi Muhammad SAW.
"Salat dalam keadaan berpuasa itu tentu pahalanya akan lebih besar. Salat jamak juga mengikuti tradisi keluarga suci Rasulullah," kata Ustadz Hafidz.
Selepas melaksanakan salat jamak Maghrib dan Isya, barulah mereka berbuka puasa dan berdoa.
Selain itu, Ustadz Hafidz mengakui dalam ajaran Syiah, tak dikenal adanya salat tarawih sehingga kegiatan tersebut diganti dengan ceramah.
"Salat tarawih adalah salat sunah. Sementara salat sunah yang diajarkan adalah salat yang dilakukan sendiri-sendiri. Karenanya, sebagai gantinya, kami mengadakan ceramah," ujarnya. suara.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: