Syiahindonesia.com, TEHERAN - Iran telah menghabiskan hingga sekitar USD30 miliar (lebih dari Rp444,3 triliun) dalam kampanye Suriah-nya untuk menjaga agar Presiden Bashar Al-Assad tetap berkuasa. Hal itu disampaikan seorang anggota parlemen Iran yang menuntut rezim Damaskus membayar suatu hari nanti.
Nominal dana itu disampaikan anggota Parlemen Heshmatollah Falahatpisheh dalam wawancaranya dengan surat kabar Etemad, media yang berafiliasi dengan pemerintah Iran. Politisi tersebut menegaskan dana yang dihabiskan untuk operasi di Suriah merupakan utang yang harus dibayar rezim Damaskus.
“Saya ulangi, kami kemungkinan telah memberi Suriah USD20 miliar hingga USD 30 miliar, dan kami harus mengambilnya kembali dari Suriah. Uang bangsa ini telah dihabiskan di sana," katanya. "(Iran) harus mendapatkan uang ini kembali dari Suriah," katanya lagi yang dilansir Middle East Monitor, Sabtu (23/5/2020).
Selama sembilan tahun perang sipil Suriah yang sedang berlangsung, Iran telah menjadi sekutu penting bagi rezim Assad dan telah memberikan dukungan militer melalui penyebaran milisi Syiah, komandan, senjata dan peralatan tempur Iran, Korps Garda Revolusi Syiah (IRGC), serta pendanaan kelompok proksi seperti Hizbullah. (Baca: Jet-jet Tempur Israel Bombardir Suriah, 23 Orang Tewas)
Dibandingkan dengan USD30 miliar yang dihabiskan untuk menopang rezim Suriah, anggaran pertahanan Iran tahun lalu berjumlah sekitar 700 triliun real (USD16,6 miliar).
Komentar Falahatpisheh muncul seminggu setelah dilaporkan bahwa Iran menarik beberapa pasukan militer dan elemen-elemennya dari Suriah karena kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh sanksi yang dikenakan oleh Amerika Serikat pada Teheran dan dampak pandemi virus corona pada negara itu. Selain itu, serangan udara berkelanjutan Israel terhadap posisi militer Iran dan situs di Suriah selama beberapa tahun terakhir juga ikut andil dalam krisis ekonomi Teheran.
Namun, laporan penarikan pasukan militer itu dibantah oleh pemerintah Iran, Hizbullah dan Suriah sendiri.
Jika Iran memang menuntut pembayaran penuh USD30 miliar dari Suriah dalam waktu dekat, itu akan memberi tekanan signifikan pada rezim Suriah karena ketidakstabilan ekonomi yang sedang dihadapinya sendiri, bersama dengan pembangunan kembali nasional Suriah dan infrastruktur sipilnya yang hancur setelah bertahun-tahun perang. international.sindonews.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Nominal dana itu disampaikan anggota Parlemen Heshmatollah Falahatpisheh dalam wawancaranya dengan surat kabar Etemad, media yang berafiliasi dengan pemerintah Iran. Politisi tersebut menegaskan dana yang dihabiskan untuk operasi di Suriah merupakan utang yang harus dibayar rezim Damaskus.
“Saya ulangi, kami kemungkinan telah memberi Suriah USD20 miliar hingga USD 30 miliar, dan kami harus mengambilnya kembali dari Suriah. Uang bangsa ini telah dihabiskan di sana," katanya. "(Iran) harus mendapatkan uang ini kembali dari Suriah," katanya lagi yang dilansir Middle East Monitor, Sabtu (23/5/2020).
Selama sembilan tahun perang sipil Suriah yang sedang berlangsung, Iran telah menjadi sekutu penting bagi rezim Assad dan telah memberikan dukungan militer melalui penyebaran milisi Syiah, komandan, senjata dan peralatan tempur Iran, Korps Garda Revolusi Syiah (IRGC), serta pendanaan kelompok proksi seperti Hizbullah. (Baca: Jet-jet Tempur Israel Bombardir Suriah, 23 Orang Tewas)
Dibandingkan dengan USD30 miliar yang dihabiskan untuk menopang rezim Suriah, anggaran pertahanan Iran tahun lalu berjumlah sekitar 700 triliun real (USD16,6 miliar).
Komentar Falahatpisheh muncul seminggu setelah dilaporkan bahwa Iran menarik beberapa pasukan militer dan elemen-elemennya dari Suriah karena kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh sanksi yang dikenakan oleh Amerika Serikat pada Teheran dan dampak pandemi virus corona pada negara itu. Selain itu, serangan udara berkelanjutan Israel terhadap posisi militer Iran dan situs di Suriah selama beberapa tahun terakhir juga ikut andil dalam krisis ekonomi Teheran.
Namun, laporan penarikan pasukan militer itu dibantah oleh pemerintah Iran, Hizbullah dan Suriah sendiri.
Jika Iran memang menuntut pembayaran penuh USD30 miliar dari Suriah dalam waktu dekat, itu akan memberi tekanan signifikan pada rezim Suriah karena ketidakstabilan ekonomi yang sedang dihadapinya sendiri, bersama dengan pembangunan kembali nasional Suriah dan infrastruktur sipilnya yang hancur setelah bertahun-tahun perang. international.sindonews.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: