Syiahindonesia.com - Seorang ayah di Suriah meninggal karena serangan jantung setelah melihat foto-foto putra tercintanya yang disiksa dan dibunuh oleh rezim laknat Bashar Asad.
Nadir Abbud, yang berasal dari provinsi Idlib belum pernah mendengar kabar dari putra tercintanya, Yusuf, sejak rezim menangkap sang putra tujuh tahun lalu.
Sang ayah kemudian mengetahui kematian anaknya yang hilang setelah melihat foto-foto yang dibagikan di internet.
Ratusan ribu warga Suriah berusaha mencari kerabat mereka setelah pemerintah AS mengesahkan Caesar Art, sebuah undang-undang berisi sanksi bagi rezim Suriah atas kejahatan perang yang dilakukannya.
Pihak keluarga yang selama ini hampir putus asa mencari kabar dari kerabat yang mereka cintai kemudian mengklik sebuah tautan web, yang berisi foto-foto mereka yang tewas di dalam penjara rezim.
Imaduddin Rasit, anggota pendiri asosiasi yang berbasis di Perancis yang memantau korban tewas dan tawanan perang Suriah, mengatakan bahwa ada lebih dari 6.000 foto orang yang disiksa hingga tewas oleh rezim Asad yang sudah dibagikan di internet.
Foto-foto tersebut pertama kali diunggah pada tahun 2015.
Rasit mengatakan bahwa websitenya dikunjungi satu juta orang setelah penerapan UU Caesar dan lebih banyak keluarga yang menghubungi asosiasi tersebut.
Dia mencatat bahwa pada Februari lalu asosiasinya mengunggah 60 foto yang belum dibagikan sebelumnya.
Undang-undang yang mulai diberlakukan pada 17 Juni tersebut dinamai Caesar Art berdasarkan nama seorang fotografer forensik militer dengan nama sandi “Caesar” yang berhasil membocorkan foto-foto korban yang disiksa hingga tewas pada tahun 2014.
Foto-foto yang diambil oleh Caesar pertama kali diunggah oleh media Anadolu Agency pada tahun 2014 dan membuat dampak yang luar biasa secara global, dalam arti membuktikan kejahatan perang yang selama ini dilakukan oleh rezim Asad seperti penyiksaan sistematis dan kelaparan yang menewaskan para tahanan.
Pada 18 Desember 2019, Senat AS mengadopsi rancangan undang-undang yang menetapkan sanksi tambahan kepada individu dan organisasi yang membantu rezim Asad termasuk dua sekutunya, Rusia dan Iran.
Pada 21 Desember, presiden AS Donald Trump menandatangangi UU Perlindungan Warga Sipil Ceasar Art, yang termasuk dalam anggaran pertahanan negara tahun 2020.
Pertempuran di Suriah meletus pada 2011 ketika rezim Asad secara brutal menembaki dan menahan para demonstran yang melakukan aksi damai menuntut keadilan.(rafa/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Nadir Abbud, yang berasal dari provinsi Idlib belum pernah mendengar kabar dari putra tercintanya, Yusuf, sejak rezim menangkap sang putra tujuh tahun lalu.
Sang ayah kemudian mengetahui kematian anaknya yang hilang setelah melihat foto-foto yang dibagikan di internet.
Ratusan ribu warga Suriah berusaha mencari kerabat mereka setelah pemerintah AS mengesahkan Caesar Art, sebuah undang-undang berisi sanksi bagi rezim Suriah atas kejahatan perang yang dilakukannya.
Pihak keluarga yang selama ini hampir putus asa mencari kabar dari kerabat yang mereka cintai kemudian mengklik sebuah tautan web, yang berisi foto-foto mereka yang tewas di dalam penjara rezim.
Imaduddin Rasit, anggota pendiri asosiasi yang berbasis di Perancis yang memantau korban tewas dan tawanan perang Suriah, mengatakan bahwa ada lebih dari 6.000 foto orang yang disiksa hingga tewas oleh rezim Asad yang sudah dibagikan di internet.
Foto-foto tersebut pertama kali diunggah pada tahun 2015.
Rasit mengatakan bahwa websitenya dikunjungi satu juta orang setelah penerapan UU Caesar dan lebih banyak keluarga yang menghubungi asosiasi tersebut.
Dia mencatat bahwa pada Februari lalu asosiasinya mengunggah 60 foto yang belum dibagikan sebelumnya.
Undang-undang yang mulai diberlakukan pada 17 Juni tersebut dinamai Caesar Art berdasarkan nama seorang fotografer forensik militer dengan nama sandi “Caesar” yang berhasil membocorkan foto-foto korban yang disiksa hingga tewas pada tahun 2014.
Foto-foto yang diambil oleh Caesar pertama kali diunggah oleh media Anadolu Agency pada tahun 2014 dan membuat dampak yang luar biasa secara global, dalam arti membuktikan kejahatan perang yang selama ini dilakukan oleh rezim Asad seperti penyiksaan sistematis dan kelaparan yang menewaskan para tahanan.
Pada 18 Desember 2019, Senat AS mengadopsi rancangan undang-undang yang menetapkan sanksi tambahan kepada individu dan organisasi yang membantu rezim Asad termasuk dua sekutunya, Rusia dan Iran.
Pada 21 Desember, presiden AS Donald Trump menandatangangi UU Perlindungan Warga Sipil Ceasar Art, yang termasuk dalam anggaran pertahanan negara tahun 2020.
Pertempuran di Suriah meletus pada 2011 ketika rezim Asad secara brutal menembaki dan menahan para demonstran yang melakukan aksi damai menuntut keadilan.(rafa/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: