Syiahindonesia.com - Konflik yang terjadi di Yaman, tidak terlepas dari adanya salah satu kelompok pemberontak yang sangat menentang pemerintahan Yaman dan memicu konflik yang berkepanjangan di negara ini, kelompok pemberontak ini menamakan dirinya Houthi .
Houthi atau dibaca hausi adalah kelompok pemberontak yang berpaham Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah 12 imam. Munculnya Syiah Houthi bermula dari sebuah desa atau kota kecil yang bernama Sha’dah. Sebuah kota yang terletak 240 Km di utara ibu kota Shan’a. Di sana terdapat perkumpulan terbesar orangorang Syiah Zaidiyah di Yaman. Nama aliran Syiah Zaidiyah berasal dari Zaid bin Ali, cucu dari Imam Hussain, cucu Nabi Muhammad. Kaum Syiah Zaidiyah meyakini Zaid bin Ali adalah imam mereka.
Pada tahun 1986, dibentuklah sebuah perkumpulan untuk mempelajari ajaran-ajaran Syiah Zaidiyah. Perkumpulan itu disebut dengan Ittihad Asy-Syabab (Persatuan Pemuda). Perkumpulan ini punya agenda mengenalkan kondisi sosial politik dan budaya kepada kaum muda Zaidiyah Yaman. Untuk memperlancar proses pembelajaran di sana, salah seorang ulama Zaidiyah yang bernama Badrudin al- Houthi mendatangkan para pengajar dari berbagai daerah untuk menetap di wilayah Sha’dah.
Semenjak Yaman Utara dan Yaman Selatan bersatu membentuk negara demokrasi baru yang bernama Republik Yaman pada tahun 1990, sistem demokrasi menuntut adanya partai politik dan parlemen. Saat itulah Ittihad Asy Syabab menjelma menjadi parti politik dengan nama baru Parti al-Haq ( Hizbul Haq ) sebagai penyambung aspirasi Syiah Zaidiyah di Republik Yaman. Dari partai itu juga muncul seorang kadernya yang bernama Husein bin Badruddin alHouthi, anak dari Badrudin al-Houthi. Dia menjadi seorang polititikus yang terkenal dan menjadi anggota parlemen Yaman pada 1993-1997 dan 1997– 2001.
Pada tahun 2004, kelompok ini mulai angkat senjata dalam perang melawan pemerintahan Ali Abdullah Saleh. Orang-orang Houthi dipimpin oleh Husein al-Houthi turun ke jalan menentang sikap pemerintah yang mendukung ekspansi Amerika ke Irak, dan memprotes sikap diskriminatif dan penindasan Presiden Saleh dan menuntut otonomi khusus di Yaman Utara. Pemerintah Yaman merespon demonstrasi tersebut dengan sikap represif.
Pemerintah Yaman mengumumkan perang terbuka dengan gerakan Syiah dan Houthi . Penangkapan anggota Houthi dan penyitaan senjata-senjata mereka pun digelar besar-besaran. Tidak hanya itu, pemerintah menginstruksikan untuk membunuh pemimpin Houthi , Husein Badruddin al-Houthi.
Hussein Al- Houthi tewas pada tahun 2004 setelah Saleh mengirim pasukan pemerintah ke Saada. Namun dominasi keluarga Houthi dalam kepemimpinan gerakan tidak mereda dengan kematian Hussein. Ayahnya (pemuka agama syiah Zaidiyah, juga disebut Hussein) dijadikan pemimpinan spiritual gerakan dan adiknya, Abdul Malik al- Houthi dijadikan pemimpin baru pemberontakan.
Keberhasilan pemberontak Houthi mengangkat isu-isu kondisi ekonomi, sosial, dan pembangunan Yaman yang sangat buruk sebagai bukti kegagalan pemerintah dalam membangun negeri nenek moyang bangsa Arab itu, mengakibatkan rakyat pun simpati dengan gerakan separatis ini.
Memasuki tahun 2011 menyusul timbulnya aksi–aksi demontrasi di sejumlah negara Arab yang dikenal dengan Arab Spring, puluhan ribu penduduk Yaman juga ikut melakukan demonstrasi menuntut reformasi pemerintahan yang selama ini dianggap korup dan otoriter. Kelompok pemberontak Houthi memanfaatkan kemelut ini dan menjadi bagian penyebab mundurnya presiden Ali Abdullah Saleh yang telah berkuasa lebih dari 20 tahun.
Aksi–aksi militer pemberontak Houthi terus dilakukan untuk bisa menguasai Saana dan sejumlah wilayah Yaman. Dan puncaknya adalah pada tanggal 21 Januari 2015, dengan sangat mengejutkan, pemberontak Houthi melakukan “kudeta” di Sana’a dengan cara membubarkan parlemen dan memasang dewan presiden untuk menjalankan pemerintahan serta menjadikan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi sebagai tawanan setelah menduduki istana kepresidenan.
Apa yang terjadi saat ini, menempatkan pemberontak Houthi sebagai salah satu pihak yang memegang peranan penting terjadinya konflik bersenjata berkepanjangan di Yaman. dictio.id
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Houthi atau dibaca hausi adalah kelompok pemberontak yang berpaham Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah 12 imam. Munculnya Syiah Houthi bermula dari sebuah desa atau kota kecil yang bernama Sha’dah. Sebuah kota yang terletak 240 Km di utara ibu kota Shan’a. Di sana terdapat perkumpulan terbesar orangorang Syiah Zaidiyah di Yaman. Nama aliran Syiah Zaidiyah berasal dari Zaid bin Ali, cucu dari Imam Hussain, cucu Nabi Muhammad. Kaum Syiah Zaidiyah meyakini Zaid bin Ali adalah imam mereka.
Pada tahun 1986, dibentuklah sebuah perkumpulan untuk mempelajari ajaran-ajaran Syiah Zaidiyah. Perkumpulan itu disebut dengan Ittihad Asy-Syabab (Persatuan Pemuda). Perkumpulan ini punya agenda mengenalkan kondisi sosial politik dan budaya kepada kaum muda Zaidiyah Yaman. Untuk memperlancar proses pembelajaran di sana, salah seorang ulama Zaidiyah yang bernama Badrudin al- Houthi mendatangkan para pengajar dari berbagai daerah untuk menetap di wilayah Sha’dah.
Semenjak Yaman Utara dan Yaman Selatan bersatu membentuk negara demokrasi baru yang bernama Republik Yaman pada tahun 1990, sistem demokrasi menuntut adanya partai politik dan parlemen. Saat itulah Ittihad Asy Syabab menjelma menjadi parti politik dengan nama baru Parti al-Haq ( Hizbul Haq ) sebagai penyambung aspirasi Syiah Zaidiyah di Republik Yaman. Dari partai itu juga muncul seorang kadernya yang bernama Husein bin Badruddin alHouthi, anak dari Badrudin al-Houthi. Dia menjadi seorang polititikus yang terkenal dan menjadi anggota parlemen Yaman pada 1993-1997 dan 1997– 2001.
Pada tahun 2004, kelompok ini mulai angkat senjata dalam perang melawan pemerintahan Ali Abdullah Saleh. Orang-orang Houthi dipimpin oleh Husein al-Houthi turun ke jalan menentang sikap pemerintah yang mendukung ekspansi Amerika ke Irak, dan memprotes sikap diskriminatif dan penindasan Presiden Saleh dan menuntut otonomi khusus di Yaman Utara. Pemerintah Yaman merespon demonstrasi tersebut dengan sikap represif.
Pemerintah Yaman mengumumkan perang terbuka dengan gerakan Syiah dan Houthi . Penangkapan anggota Houthi dan penyitaan senjata-senjata mereka pun digelar besar-besaran. Tidak hanya itu, pemerintah menginstruksikan untuk membunuh pemimpin Houthi , Husein Badruddin al-Houthi.
Hussein Al- Houthi tewas pada tahun 2004 setelah Saleh mengirim pasukan pemerintah ke Saada. Namun dominasi keluarga Houthi dalam kepemimpinan gerakan tidak mereda dengan kematian Hussein. Ayahnya (pemuka agama syiah Zaidiyah, juga disebut Hussein) dijadikan pemimpinan spiritual gerakan dan adiknya, Abdul Malik al- Houthi dijadikan pemimpin baru pemberontakan.
Keberhasilan pemberontak Houthi mengangkat isu-isu kondisi ekonomi, sosial, dan pembangunan Yaman yang sangat buruk sebagai bukti kegagalan pemerintah dalam membangun negeri nenek moyang bangsa Arab itu, mengakibatkan rakyat pun simpati dengan gerakan separatis ini.
Memasuki tahun 2011 menyusul timbulnya aksi–aksi demontrasi di sejumlah negara Arab yang dikenal dengan Arab Spring, puluhan ribu penduduk Yaman juga ikut melakukan demonstrasi menuntut reformasi pemerintahan yang selama ini dianggap korup dan otoriter. Kelompok pemberontak Houthi memanfaatkan kemelut ini dan menjadi bagian penyebab mundurnya presiden Ali Abdullah Saleh yang telah berkuasa lebih dari 20 tahun.
Aksi–aksi militer pemberontak Houthi terus dilakukan untuk bisa menguasai Saana dan sejumlah wilayah Yaman. Dan puncaknya adalah pada tanggal 21 Januari 2015, dengan sangat mengejutkan, pemberontak Houthi melakukan “kudeta” di Sana’a dengan cara membubarkan parlemen dan memasang dewan presiden untuk menjalankan pemerintahan serta menjadikan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi sebagai tawanan setelah menduduki istana kepresidenan.
Apa yang terjadi saat ini, menempatkan pemberontak Houthi sebagai salah satu pihak yang memegang peranan penting terjadinya konflik bersenjata berkepanjangan di Yaman. dictio.id
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: