Syiahindonesia.com - Perdana Menteri (PM) Lebanon Mustapha Adib mengumumkan pengunduran dirinya setelah upayanya membentuk kabinet non-partisan mengalami masalah. Terutama mengenai siapa yang akan menjalankan jabatan menteri keuangan. Demikian dilansir Aljazeera, Minggu (27/9/2020).
Disebutkan, Adib mengaku mundur dari "tugas membentuk pemerintah" setelah melakukan pertemuan dengan Presiden Michel Aoun.
Adib adalah mantan duta besar Lebanon untuk Berlin. Ia dipilih sebagai PM Lebanon pada 31 Agustus untuk membentuk kabinet setelah pemerintah terakhir yang dipimpin oleh Hassan Diab. Sebelumnya, Diab mengundurkan diri setelah ledakan pelabuhan Beirut pada 4 Agustus yang menewaskan sekitar 200 orang dan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Para pemimpin Syiah takut diabaikan karena Adib adalah seorang Muslim Sunni. Beberapa politisi mengatakan, Adib berusaha melakukan terobosan untuk penunjukan kementerian. Padahal, posisi menteri selama bertahun-tahun telah dikendalikan oleh faksi yang sama.
Pengunduran diri Adib terjadi beberapa hari setelah Presiden Aoun kepada wartawan mengatakan bahwa Lebanon akan “masuk neraka” jika pemerintah baru tidak segera dibentuk.
Langkah Adib itu merupakan pukulan telak bagi upaya Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk memecahkan kebuntuan politik saat Lebanon menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak perang saudara 1975-1990.
Al Jazeera melaporkan, “partai politik yang berbeda (telah) berjanji kepada Macron bahwa pemerintah yang baru akan ada pada pertengahan September.”
“Partai Syiah, Hizbullah dan Amal, sangat gigih dan bersikeras menginginkan portofolio menteri keuangan. Mereka bilang itu milik kelompok mereka,” katanya.
Dilaporkan, Adib “mencoba menciptakan pemerintahan yang profesional, untuk menangani krisis ekonomi dan keuangan yang mengerikan di negara itu.”
Namun, Adib menghadapi hambatan besar dalam sistem pemerintahan berbasis sektarian di Lebanon.
Pekan lalu, Aoun memperingatkan bahwa tidak ada solusi yang jelas untuk mengurai kemacetan politik yang telah mencegah pembentukan pemerintahan baru.
Sumber:Aljazeera/CNA
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Disebutkan, Adib mengaku mundur dari "tugas membentuk pemerintah" setelah melakukan pertemuan dengan Presiden Michel Aoun.
Adib adalah mantan duta besar Lebanon untuk Berlin. Ia dipilih sebagai PM Lebanon pada 31 Agustus untuk membentuk kabinet setelah pemerintah terakhir yang dipimpin oleh Hassan Diab. Sebelumnya, Diab mengundurkan diri setelah ledakan pelabuhan Beirut pada 4 Agustus yang menewaskan sekitar 200 orang dan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Para pemimpin Syiah takut diabaikan karena Adib adalah seorang Muslim Sunni. Beberapa politisi mengatakan, Adib berusaha melakukan terobosan untuk penunjukan kementerian. Padahal, posisi menteri selama bertahun-tahun telah dikendalikan oleh faksi yang sama.
Pengunduran diri Adib terjadi beberapa hari setelah Presiden Aoun kepada wartawan mengatakan bahwa Lebanon akan “masuk neraka” jika pemerintah baru tidak segera dibentuk.
Langkah Adib itu merupakan pukulan telak bagi upaya Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk memecahkan kebuntuan politik saat Lebanon menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak perang saudara 1975-1990.
Al Jazeera melaporkan, “partai politik yang berbeda (telah) berjanji kepada Macron bahwa pemerintah yang baru akan ada pada pertengahan September.”
“Partai Syiah, Hizbullah dan Amal, sangat gigih dan bersikeras menginginkan portofolio menteri keuangan. Mereka bilang itu milik kelompok mereka,” katanya.
Dilaporkan, Adib “mencoba menciptakan pemerintahan yang profesional, untuk menangani krisis ekonomi dan keuangan yang mengerikan di negara itu.”
Namun, Adib menghadapi hambatan besar dalam sistem pemerintahan berbasis sektarian di Lebanon.
Pekan lalu, Aoun memperingatkan bahwa tidak ada solusi yang jelas untuk mengurai kemacetan politik yang telah mencegah pembentukan pemerintahan baru.
Sumber:Aljazeera/CNA
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: