Syiahindonesia.com - Peristiwa ledakan bom terjadi di pemakaman non-muslim di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (11/11/2020) waktu setempat. Ledakan itu terjadi saat peringatan Perang Dunia I di negeri kerajaan itu.
Mengutip AFP, keterangan diberikan Kementerian Luar Negeri Prancis. Di tempat kejadian hadir para diplomat Eropa, termasuk dari negeri Presiden Emmanuel Macron itu.
"Beberapa konsulat termasuk dari Prancis menjadi sasaran serangan IED (improvised explosive device)," kata kementerian itu, dikutip Kamis (12/11/2020).
"Prancis mengutuk keras serangan yang pengecut dan tak dibenarkan."
Belum ada komentar resmi dari Saudi terkait ledakan ini.Namun sejumlah media mengaitkan dengan kontroversi kartun Nabi Charlie Hebdo dan komentar Macron soal Islam di Prancis.
Sementara itu, dikutip Reuters dari televisi pemerintah, negara tersebut beberapa jam setelah kejadian, mengumumkan mencegat dan menghancurkan dua drone bermuatan bahan peledak yang diluncurkan Kelompok Houthi Yaman.
Kelompok Houthi di Yaman disebut erat kaitannya dengan Iran. Kelompok ini menjadi sumber sejumlah serangan ke negeri itu termasuk ledakan di fasilitas minyak BUMN migas Saudi, Saudi Aramco, di 2019.
Bukan hanya itu, koalisi pimpinan Saudi juga mencegat dua kapal sarat bahan peledak di Laut Merah. Ini diyakini juga milik kelompok Houthi.
Di hari yang sama, Raja Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz juga dikabarkan menyerang Iran di hari yang sama setelah kejadian. Ia secara tegas mendesak dunia untuk mengambil sikap tegas ke negara Ayatollah Khamenei itu.
"Kerajaan menekankan bahaya proyek regional Iran, campur tangannya di negara lain, mendorong terorisme, mengipasi api sektarianisme ... dalam upayanya untuk memiliki senjata pemusnah massal," katanya dalam pidato di Dewan Syura Arab Saudi, yang disiarkan melalui video conference dikutip Reuters.
Itu adalah pidato publik pertamanya sejak dia berpidato di depan Majelis Umum PBB pada September melalui videolink, di mana dia juga membidik Iran.
Sunni Arab Saudi dan Syiah Iran terkunci dalam perjuangan selama puluhan tahun untuk mendapatkan pengaruh di seluruh wilayah, mendukung pihak yang berlawanan dalam konflik dari Suriah hingga Yaman.
Ketegangan meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir penting dengan kekuatan dunia pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang ketat terhadap Republik Syiah tersebut. cnbcindonesia.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: