Juni 1976
Yayasan Pesantren Islam (YAPI) Bangil didirikan pada tanggal 21 Juni 1976 oleh al-Marhum Ustadz Husein bin Abu Bakar Al-Habsyi. Pesantren ini awalnya mengembangkan hanya pendidikan agama murni. Tetapi, sejak tahun 1997 mulai mengembangkan perpaduan antara pendidikan Agama dan Umum. Pesantren ini adalah salah satu pesantren yang mengembangkan wawasan diniyah keagamaan yang beragam, dimana dalam Pesantren ini tidak hanya diajarkan kurikulum pesantren pada umumnya (Mulai al-Quran, Hadist, Tafsir, falsafah, mantiq dan lain-lain). Pesantren ini juga mengajarkan dan mengembangkan pemikiran Syiah disamping tentunya Ahl-Sunnah. Sebagai lembaga dakwah dan pendidikan, YAPI berkiprah dalam pengelolaan lahan-lahan pendidikan keagamaan yang bertujuan mencetak para santri yang diharapkan mampu menjadi cikal bakal bagi sumber daya manusia masa depan yang tangguh serta mampu menyikapi berbagai masalah secara arif.
Demi meraih tujuan-tujuannya, YAPI merasa berkewajiban menyediakan berbagai sarana dan prasarana pendidikan yang dianggap perlu dan sesuai dengan lingkup kegiatannya. Kurikulum dan aktivitas Pesantren dirancang sesuai dengan kebutuhan para santri dalam membina dirinya menjadi pribadi muslim berkeyakinan lurus (benar) dan sadar akan kewajiban-kewajibannya, baik hubungan dengan Tuhan maupun antar sesamanya, serta memiliki kapasitas keilmuan yang memadai terutama ilmu-ilmu keislaman, sebagai dasar pijakan dalam menyikapi problema kehidupan secara proporsional.
Sebagai lembaga pendidikan yang profesional, pada mulanya YAPI hanya mengacu pada pendidikan keagamaan murni, kemudian melangkah menjadi pendidikan terpadu. Pola pendidikan ini menyajikan program pensantren dan program umum dengan formulasi yang berimbang. Dengan demikian maka para santri akan lebih leluasa untuk menekuni disiplin ilmu yang mereka harapkan dengan tidak merasa khawatir akan kelanjutan pendidikan seusai mereka menyelesaikan studinya di YAPI.
Dengan pertimbangan yang matang dan kajian yang dalam, maka YAPI pada tahun pelajaran 1997-1998 mengadakan perombakan program pendidikan, yaitu membuka pendidikan Takhasus (Diniyah) yang mengedepankan kurikulum Pesantren, SMP/SMA yang menyajikan kurikulum Dekdikbud dan kurikulum Pesantren serta Taman Kanak-Kanak (TK-Plus) Al-Abrar.
Kajian tentang kelompok atau sekte keagamaan dalam Islam tidak terbatas pada permasalahan teologis yang membedakan pandangan semua aliran, tetapi juga melibatkan persoalan lain seperti politik, sosial, ekonomi dan budaya dari aliran pemikiran tersebut. Semua aspek tersebut saling terkait dengan pembahasan tentang teologi karena ikut menjadi faktor pemicu dari munculnya berbagai kelompok pemikiran dalam Islam.
Kelompok Sunni dan Syiah YAPI Bangil di Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan tidak muncul dan berkembang secara tiba-tiba, namun keduanya adalah merupakan bagian dari reaksi atas fakta yang sedang terjadi di sekelilingnya. Sebagai sebuah reaksi, maka kelompok keagamaan tersebut juga melakukan responsi terhadap permasalahan umat Islam yang sedang terjadi. Tentu kemudian reaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh doktrin aliran yang digunakan oleh berbagai sekte tersebut sehingga keduanya memiliki variasi yang berbeda.
Penolakan masyarakat pada tahun 2007
Fakta yang terjadi pada tahun 2007, ribuan warga Bangil Pasuruan seperti para ulama, pemuda dan masrarakat kecil berunjuk rasa menuntut pembubaran ajaran atau kelompok Syiah yang mulai berkembang di Bangil.
Mereka menganggap ajaran ini menyesatkan dan menghancurkan masyarakat, khususnya umat Islam. Aksi yang digelar di Alun-alun Bangil, Jum’at (20/4/2007), selain diikuti orangtua, juga dipenuhi para remaja maupun anak-anak. Arus lalu lintas di Bangil yang menghubungkan Banyuwangi-Surabaya pun macet. Setelah menunaikan sholat Jum’at, sekitar 2.000 warga menggelar aksinya. Diawali dari Alun-alun Bangil, mereka kemudian menyisir di beberapa sudut kota. Ponpes Yayasan Pesantren Islam (YAPI) yang dituding massa sebagai basis dan markas Syiah tak luput dari sasaran warga.
Meski berlangsung tertib dan damai, namun sempat terjadi aksi saling dorong antara pengunjuk rasa dengan aparat kepolisian. Tapi tidak berlangsung lama. Setelah melakukan orasi dan menghujat penganut Syiah yang berada di Ponpes YAPI, massa kemudian melanjutkan aksinya dengan berjalan kaki menuju SD Plus Mutiara Ilmi. Sekolah ini diyakini sebagai sekolah aliran Syiah. Kemudian massa sempat menduduki stasiun radio swasta Bangil untuk menyuarakan aspirasinya.
Menurut salah satu pengurus Jam’iyah Ahlussunnah Wal Jama’ah Bangil, Ustad Basyir mengatakan, bahwasanya berawal dari sebuah pengajian rutin yang dilaksanakan setiap hari rabu malam kamis yang diasuh oleh Ustad Husin al-Habsyi pendiri Pondok Pesantren Putra Putri YAPI Bangil di masjid Jami Bangil.
Orang-orang tertarik dengan Ustad Husin al-Habsyi karena beliau figur seorang ulama dari kalangan Ahlul Bait Nabi. Kemudian setelah banyak yang hadir beliau mulai mengadakan pendekatan terhadap ummat Islam. Beliau selalu mengumandangkan tema Ukhuwah Islamiyah. Setelah sekian lama me
ngadakan pengajian di Bangil, kemudian muncullah perkataan-perkataan yang berbau Syiah seperti halalnya nikah Mut’ah dan kedudukan imamah lebih tinggi dari Nabi dan Rasul.
Tepatnya pada tahun 1983 Ustad Husin al-Habsyi mulai membuka jati dirinya sebagai penganut Syiah. Hal itu telah terungkap ketika membujuk rayu orang-orang terdekat di sekeliling pondok YAPI, di satu pihak dia telah berhasil mengajak dewan guru yang loyal, sehingga mereka mendukung dan tetap eksis bertahan mengajar di pondok tersebut, tetapi di lain pihak ajakan tersebut ditolak dengan tegas oleh mayoritas pengasuh dan menyatakan keluar sebagai pengasuh dari Pondok YAPI, bahkan Habib Muhammad bin Alwi al-Maliki seorang ulama Haromain, mantan teman dekatnya dari Makkah sempat menasehati agar keyakinan Habib Husein al-Habsyi tetap di jalan para auliya’ dan sholikin.
Suatu ketika Ustad Husin al-Habsyi pernah menerangkan halalnya nikah Mut’ah dan kedudukan imamah lebih tinggi dari pada nabi dan rasul di Masjid Agung Bangil. Maka hal itu semua dibantah dan dimentahkan dengan jawaban al-Qur’an dan hadits oleh para mustami’in yang pada akhirnya teradi polemik, kemudian peristiwa tersebut sampai ke telinga ta’mir dan ulama Bangil. Sehingga para ulama dan ta’mir sangat reaktif dengan cepat dan tanggap menyelenggarakan musyawarah.
Dengan menghasilkan keputusan bersama yaitu menolak ajaran Syiah dan mengeluarkan Ustad Husin al-Habsyi dari Masjid Agung Bangil dengan segala aktifitasnya, seperti pengajian rutin yang dilaksanakan setiap hari rabu malam kamis serta sebagai khotib dan imam Jum’at, dengan alasan Habib Husain al-Habsyi terbukti meninggalkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah justru mengikuti agama Syiah Khumaini dengan menyebarkannya.
Dalam hal ini mengungkapkan sejarah di balik terjadinya konflik Sunni dan Syiah di Bangil pada tahun 2007. Perselisihan antara Sunni dan Syiah di Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan sesungguhnya telah berlangsung lama. Insiden bentrok di pesantren YAPI (Yayasan Pesantren Islam) Bangil adalah akumulasi dari perselisihan yang telah mengakar sejak awal tahun sembilan puluhan.
Sumber : penelitian yang berjudul “Konflik Sunni – Syiah (Studi Kasus tentang Pertikaian antara Penganut Paham Sunni dan Paham Syiah YAPI Bangil di kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan Tahun 2007)”.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: