Secara bahasa Habib adalah kekasih atau yang dicinta. Νamun, dalam istilah masyarakat Indonesia Habib lebih dikenal dengan dzurriyah atau keturunan Rasulullah SAW, seperti istilah Sayyid dan Syarif jika berada di daerah Arab. Belum diketahui asal-usul panggilan atau gelar Habib tersebut, akan tetapi jika dilihat dari segi maknanya, gelar Habib tersebut disematkan sebagai rasa cinta dan untuk memuliakan Ahlul Bait Rasulullah SAW.
Mengenai siapa sajakah ahlul bait Rasulullah SAW yang perlu kita muliakan, imam Nawawi mengutip riwayat Imam Muslim dalam Riyadlus Shalihin perihal pertanyaan Hushain bin Sabrah kepada Zaid bin Arqam RA.
Hushain Bertanya: “Siapa mereka (ahlu bait)”. Zaid bin Arqam menjawab: “Mereka adalah keturunan Ali, Uqail, Ja’far, dan Abbas”. Kesemuanya diharamkan (mendapatkan) Shadaqah? Tanya Husain. Zaid menjawab: “Iya”. (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ahlul bait adalah ahlul kisa’ (beberapa orang yang pernah diselimuti oleh Rasulullah SAW), yakni Sayyidah Fathimah, Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan, Sayyidina Husain (beserta seluruh keturunannya) RA (HR. Tirmidzi) dan para istri Nabi RA yang kemudian disebut dengan Ummahatul Mukminin (QS. Al-Ahzab [33]: 6).
Wajibkah mencintai Ahlul Bait?
Dalam keyakinan Ahlusunah hukumnya wajib mencintai ahlul bait dan para Shahabat Nabi SAW. Kecintaan yang dimaksud adalah kecintaan yang I’tidal (lurus) dan tawazun (seimbang), yakni cinta yang tidak fanatik dan tidak berlebihan. Cinta yang menyebabkan kita mencapai Ridlo Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:
====
Artinya : Katakanlah, “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (QS. As-Syu‘ara [26]: 23)
Diceritakan pula dari Abdullah bin Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Cintailah Allah karena ia telah memberikan nikmat-nikmat-Nya. Cintailah aku karena cinta kepada Allah dan cintailah keluargaku karena cinta kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi)
Sikap Para Shahabat dan Ulama Terhadap Ahlul Bait
Sudah banyak disinggung oleh para ulama dalam kitab-kitab salaf, bagaimana penghormatan dan sanjungan para Shahabat terhadap ahlul bait, diantaranya adalah perkataan sayyidina Abu Bakar RA . “Dari Aisyah RA sesungguhnya Abu Bakar berkata: sesungguhnya kerabat-kerabat Rasulullah SAW lebih aku cintai dari pada ahlul baitku sendiri.” (HR. Bukhari)
Juga, kisah Shahabat Zaid bin Tsabit yang suatu ketika menunggang hewan, kemudian sayyidina Ibnu Abbas mengambil tali kekangnya dan menuntunya. Zaid berkata: “Jangan lakukan itu wahai putra paman Rasulullah!. Ibnu Abbas berkata: “Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan (menghormati) ulama kami.” Zaid berkata: “Kemarilah”, kemudian Zaid mengambil tangan Ibnu Abbas dan menciumnya, dan berkata: “Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan (menghormati) ahli bait Nabi kami.” (lihat Faydhul Qodir)
Sikap Kita Terhadap Ahlul bait
Seperti yang pernah dipesankan oleh Habib Munzir bin Fuad al-Musawwa, bahwa kita harus mencintai ahlul bait secara proporsional. Dengan artian, boleh memuliakan ahlul bait yang ulama melebihi ulama yang bukan ahlul bait, namun tidak boleh memuliakan ahlul bait yang bukan ulama melebihi ulama, meski bukan dari ahlul bait.
Diantara pesan beliau juga tidak terlalu berlebihan dalam memuliakan, karena kadang kecintaan yang tidak semestinya akan merusak mental mereka. Semisal, terlalu dibedakan, dan keinginannya selalu dituruti walaupun salah. karena hal-hal tersebut akan berdampak buruk terhadap ahlul bait, seperti terlenanya para dzurriyah, terutama yang masih remaja, menjadi sombong, gila hormat, dan sebagainya.
Terakhir, semoga kita dijadikan orang-orang yang mencintai keluarga nabi, sehingga kita masuk ke dalam barisan orang-orang yang mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW. Wallahul Musta’an...
Penulis: Mustofa Al-Hasany
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: