Breaking News
Loading...

Apa Itu Syiah? Sejarah, Ajaran, dan Alasan Banyak Ditolak

Syiah merupakan salah satu aliran kelompok Islam pengikut Ali bin Abi Thalib. Aliran ini mendapat banyak penolakan di dunia, termasuk Indonesia karena bertentangan dengan ajaran Islam Sunni.
Untuk mengetahui apa itu Syiah, simak penjelasan berikut ini, mulai dari sejarah perkembangan di dunia dan Indonesia, pokok-pokok ajaran, hingga alasan mengapa Syiah banyak ditolak.

Apa Itu Syiah?

Dikutip dari artikel Studi Syiah: dalam Tinjauan Historis, Teologis, Hingga Analisis Materi Kesyiahan di Perguruan Tinggi Islam karya Thoriq Aziz Jayana yang diterbitkan dalam Jurnal Akademika Vol 16 No 1 tahun 2022, kata Syiah secara etimologi berasal dari kata syi'i yang berarti pengikut, pecinta, pembela kelompok tertentu. Kata Syiah juga bisa berakar dari kata tasyaiyu' yang bermakna mematuhi dengan penuh keikhlasan tanpa keraguan sedikitpun.

Sedangkan secara terminologi, Husain Thabathaba'i yang merupakan ulama tafsir beraliran Syiah, mengartikan Syiah sebagai salah satu aliran dalam Islam yang berkeyakinan bahwa orang yang paling berhak menjadi imam umat Islam setelah Nabi Muhammad wafat adalah ahlul bait Nabi Muhammad sendiri, yaitu Ali bin Abi Thalib.

M Quraish Shihab yang mengutip pendapat Jawad Maghniyah dan al-Jurjani, mengatakan Syiah adalah pengikut Imam Ali bin Abi Thalib dan mempercayai bahwa Ali adalah imam sesudah Rasulullah yang ditetapkan secara nash atau pasti.

Kelompok ini juga percaya imamah juga berasal dari keturunan Ali. Definisi ini, menurut Shihab, hanya mencerminkan sebagian dari golongan Syiah, bukan keseluruhan.

Sejarah Syiah

Sejarah perkembangan Syiah kita bagi menjadi dua, yaitu awal kemunculannya sesudah Nabi Muhammad wafat, dan perkembangan Syiah di Indonesia.

Awal Kemunculan Syiah

Masih dari sumber Jurnal Akademika Vol 16 No 1 tahun 2022, menukil jurnal karya Oki Setiana Dewi, ada lima teori tentang kemunculan syiah, yaitu:

  1. Syiah sudah muncul sejak masa Rasulullah, bahkan beliau dianggap yang menanamkan benih kesyiahan kepada umat Islam.
  2. Syiah muncul setelah wafatnya Rasulullah, yakni munculnya dukungan agar Ali sebagai khalifah. Teori ini didukung Ibnu Khaldun, Ahmad Amin, Hasan Ibrahim, dan al-Ya'qubi.
  3. Syiah muncul pada masa khalifah Usman bin Affan. Teori ini didukung oleh Ibnu Hazm.
  4. Syiah muncul pada masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Teori ini didukung Naubakhti dalam kitab Firaq al-Syi'ah dan Ibnu Nadhim dalam kitab al-Fihrist.
  5. Syiah muncul pada peristiwa Karbala, yakni perang antara Husain bin Ali dengan pasukan Dinasti Umayah. Teori ini didukung Kamil Musthafa al-Syaibi dalam kitab al-Silah.
  6. Terkait perbedaan teori di atas, diperlukan pembeda antara Syiah sebagai ajaran dan Syiah sebagai suatu kelompok.

Ajaran Syiah diyakini sudah ada sejak masa Rasulullah sebagai konsekuensi langsung dari formula gerakan dakwah yang bertujuan menjaga perjuangan Rasulullah dan dilanjutkan ahlul bait.

Sedangkan kelompok Syiah muncul setelah Rasulullah wafat karena adanya perbedaan ideologi kepemimpinan dengan mendukung Ali sebagai orang yang paling berhak melanjutkan kepemimpinan umat Islam.

Pada hari Rasulullah wafat, sejumlah sahabat senior bermusyawarah tentang kekhalifahan. Hasilnya, mereka mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah kaum muslimin. Ali dan pengikutnya awalnya enggan berbaiat kepada Abu Bakar, tapi untuk menghindari perpecahan di tubuh umat Islam, Ali akhirnya berbaiat kepada Abu Bakar.

Dari situlah kelompok Syiah muncul, yakni kelompok pendukung Ali. Ali dianggap lebih berhak menjadi khalifah karena memiliki kedekatan dan hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah. Keyakinan tersebut berdasarkan hadis-hadis sebagai isyarat tegas penunjukan Ali bin Abi Thalib sebagai penerus Rasulullah.

Kemudian Syiah muncul sebagai gerakan politik yang progresif ketika terjadi Perang Shiffin antara Ali dan Muawiyah. Perang ini berakhir dengan tahkim atau arbitrase. Sejak saat itu, Muawiyah memainkan propaganda politik yang merugikan Ali beserta pengikutnya.

Kemudian peristiwa pembunuhan Ali oleh Ibnu Muljam, keturunan Ali juga dibantai Bani Umayah, membuat simpati kepada Ali dan ahlul bait semakin mendalam. Syiah pun menjadi gerakan politik yang setia mendukung Ali dan keturunannya sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad.

Munculnya Syiah di Indonesia
Syiah berkembang di mana-mana, termasuk Indonesia. Dilansir dari NU Online, ada tiga gelombang perkembangan Syiah di Indonesia.

1. Islam Masuk Nusantara
Gelombang pertama adalah ketika Islam masuk Nusantara pertama kali, yaitu di Aceh. Saat ini, Kesultanan Perlak menjadi kerajaan bermazhab Syiah di abad ke-8 Masehi.

Kemudian Putri Sultan Perlak terakhir dinikahkan dengan raja pertama Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13. Syiah pun semakin berkembang di Indonesia.

2. Revolusi Islam Iran
Revolusi Islam Iran pada 1979 menjadi momentum perkembangan Syiah di dunia. Revolusi ini menggulingkan Rajadiraja Shah Mohammad Reza Pahlevi dan digantikan oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini.

Iran kemudian menjadi Republik Islam hingga menarik simpati kalangan aktivis dan mahasiswa muslim di berbagai negara, termasuk Indonesia. Banyak buku Syiah membanjiri Indonesia saat itu dan diminati banyak orang. Perkembangan Syiah pun semakin terbuka.

3. Berdirinya IJABI dan ABI
Syiah semakin berkembang dengan berdirinya ormas keagamaan Ikatan Jama'ah Ahlulbait Indonesia (IJABI) dan ormas Ahlulbait Indonesia (ABI). Ormas ini aktif menyebarkan ajaran Syiah.

Pokok Ajaran Syiah
Dijelaskan Moh Hasim, seorang Peneliti Balai Litbang Agama Semarang dalam Jurnal Harmoni Oktober-Desember 2012 berjudul Syiah: Sejarah Timbul dan Perkembangannya di Indonesia, bahwa Syiah memiliki pandangan berbeda dengan ajaran Sunni atau Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang diikuti mayoritas Muslim dunia.

Berdasarkan Ketetapan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tanggal 7 Maret 1984 yang ditandatangani Prof KH Ibrahim Hosen, berikut ini pokok-pokok ajaran Syiah yang berbeda dengan pandangan umum kelompok Sunni:

  • Syiah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq, Umar Ibn Al Khattab, dan Usman bin Affan. Mereka hanya mengakui khalifah Ali bin Abi Thalib
  • Syiah menolak hadits yang tidak diriwayatkan oleh Ahlul Bait
  • Syiah memandang "Imam" sebagai orang yang maksum atau suci
  • Syiah tidak mengakui ijma' tanpa adanya "Imam"
  • Syiah berpandangan bahwa menegakkan kepemimpinan/pemerintahan (imamah) adalah termasuk rukun agama
Alasan Syiah Ditolak

Lantas mengapa Syiah ditolak, bahkan menjadi sasaran tindak kekerasan dari beberapa kelompok masyarakat?

Dikutip dari NU Online, penelitian Balitbang Diklat Kemenag RI tahun 2016, menemukan enam alasan dilakukannya kekerasan terhadap komunitas Syiah.

1. Berkembangnya Tuduhan Syiah Sesat
Syiah selama ini dituduh sebagai ajaran sesat dan anggapan ini terus berkembang dari masa ke masa. Bahkan kaum muslim yang awam sampai ikut membenci Syiah. Ketika ada kelompok yang melakukan demonstrasi atau melakukan kekerasan, muslim awam ikut dalam aksi tersebut.

2. Adanya Kelompok Syiah Takfiri
Kelompok Takfiri tidak hanya ada di kelompok Sunni. Syiah juga terbagi menjadi sejumlah sekte, salah satunya Syiah Takfiri. Ajaran ini berbeda dengan Syiah pada umumnya, yaitu Syiah Imamiyah. Kelompok Takfiri ini melaknat sahabat besar Nabi Muhammad, termasuk Aisyah.

3. Adanya Kelompok Salafi Takfiri
Di luar kelompok Syiah terdapat kelompok Salafi Takfiri yang dengan mudah mengkafirkan kelompok-kelompok Sunni maupun Syiah yang tidak sepaham dengan mereka. Kelompok ini sering menolak kegiatan kelompok Syiah, bahkan melakukan kekerasan.

4. Perbedaan Posisi Kitab Ajaran
Komunitas Syiah sering mengkritik penggunaan suatu kitab sebagai sumber ajaran, meskipun kitab itu dikarang ulama besar. Mereka berpendapat kitab yang layak diajarkan adalah yang sesuai Al-Qur'an dan akal sehat.

Hal ini juga dilakukan sebagian kalangan Sunni dan anti-Syiah yang memposisikan kitab-kitab sahih sebagai rujukan setara Al-Qur'an.

5. Tidak Pernah Tabayun
Masalah yang sering terjadi adalah tidak pernah dilakukan tabayun atau klarifikasi terhadap kelompok dan ajaran Syiah.

Pihak yang berseberangan sering merasa enggan melakukan tabayun dan meyakini persepsinya sendiri sehingga mudah tersulut ketika ada masalah terkait kelompok Syiah.

6. Dianggap Membahayakan NKRI dan Kelompok Sunni
Alasan terakhir adalah tuduhan Syiah yang dianggap membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan kelompok Sunni. Meski tuduhan ini belum tentu benar, banyak orang meyakininya dan ikut membenci Syiah.

Nah, itulah tadi telah kita ketahui apa itu Syiah, mulai dari sejarah perkembangan di dunia dan Indonesia, pokok-pokok ajaran, hingga alasan mengapa Syiah banyak ditolak.

sumber: detik


************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: