Awal mula kemunculan syiah adalah sebuah gerakan politik. Ketidakpuasan terhadap politik umat islam pada saat itu menyebabkan sebuah aliran baru dalam islam. Awalnya hanya persoalan politik semata. Secara aqidah dan muamalah, serta fiqihnya belum ada penyimpangan.
Seiring berjalannya waktu, maka aliran baru ini memiliki doktrin aqidah dan fiqih yang berbeda. Ajaran-ajarannya banyak yang tidak sejalan dengan hal-hal yang sudah menjadi ijma’ umat islam dari saat itu sampai saat ini.
Aqidah mereka mengenai sifat Allah dan juga penafsiran Alquran, mereka punya versi sendiri. Hanya menurut penafsir syiah yang mereka akui. Sekarang sekuat tenaga, para dai dan pengikut syiah berusaha menyebarkan doktrin ajaran syiah tersebut. Mereka berusaha menejelaskan pada kaum sunni bahwa hanya doktrin syiah yang sesuai dengan ajaran islam. Para sahabat radliyallahu anhum yang menjadi pelanjut estafet perjuangan dakwah Islam tidak mereka akui.
Di Indonesia, perjuanan penyebaran ajaran syiah melalui beberapa perangkat. Salah satu pelopornya adalah adanya ICC, sebuah lembaga yang berkedok yayasan kebudayaan yang sejatinya adalah salah satu remote untuk memanage dakwah syiah di Indonesia. Program strategis dan efektifnya adalah pengiriman pelajar Indonesia ke pusatnya langsung di Iran. Para alumni Iran inilah yang sekarang menjadi personal kunci dalam dakwah syiah di Indonesia. Dengan berbagai profesinya, para alumni ini yang akan menjadi penyebar ajaran syiah di Indonesia. Kader-kader syiah rutin tiap tahun akan di kirim ke iran agar dalam jangka panjang akan menjadi generasi aktif syiah menjalankan dakwah syiah.
Dalam menyebarkan dakwah syiah, mereka membuat perangkat. Ada yang sekupnya adalah yayasan dan lembaga pendidikan. Di era 30 tahun terakhir, mereka memakai cara yang lebih nasional dan menyebar. Mereka membuat ormas yang pusatnya dI Jakarta dan didirikan banyak cabang seluruh Indonesia. Ormas tersebut adalah IJABI (Ikatan Jamaah ahlul bait Indonesia) dan ABI (Ahlul Bait Indonesia). Mereka tidak mengunakan nama syiah karena nama syiah di Indonesia adalah mendapat stigma negative karena kesesatammya.
Sampain tulisan ini ditulis (Agustus 2024), kedua ormas tersebut masih terus berkembang. Penambahan cabang dan program-program syiah di tingkatkan. Mereka juga berusaha keras merangkul NU, Muhammadiyah dan tokoh penting masyarakat agar tidak mendapat penolakan umat islam. Bersambung (Admin syiahindonesia com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: